Klaim bahwa industri mode merupakan penyumbang polusi terbesar kedua di dunia bukanlah hal yang baru diketahui. Emisi gas rumah kaca, penggunaan air dalam proses produksi, hingga limbah material sintetis yang tidak bisa terurai secara alami seluruhnya turut berkontribusi pada bagaimana ekosistem fashion memberikan dampak negatif pada lingkungan.
Terlebih lagi, cepatnya tren berganti juga turut berpengaruh pada bagaimana masyarakat mengonsumsi produk pakaian. Siklus perubahan mode yang cepat dan strategi pemasaran yang bergantung pada menimbulkan rasa FOMO mendorong pola konsumsi masyarakat dalam mengejar tiap tren terbaru. Yang sering menjadi solusi? Fast fashion. Dengan harga cenderung terjangkau, berbagai jenama fast fashion kerap menjadi pilihan pertama bagi banyak orang untuk membeli pakaian—namun, banyak dampak negatif dari hal ini.
Model bisnis fast fashion bergantung pada volume produksi yang tinggi, dengan turnaround yang cepat untuk produk-produknya. Untuk menekan biaya produksi dan harga jual, bisnis fast fashion kerap menggunakan material sintetis. Selain produksinya yang menghasilkan limbah bagi lingkungan, produk dari bisnis fast fashion sendiri pun memang tidak dirancang untuk bisa dipakai secara tahan lama. Model pakaian yang trendy kerap berarti pakaian tersebut tidak akan dipakai kembali ketika trennya telah berakhir. Jika dikalkulasikan, produk pakaian yang hanya digunakan sebanyak kurang dari 5 kali akan menghasilkan kurang lebih 400% emisi karbon lebih banyak dari pakaian yang digunakan sebanyak 50 kali.
Ketika produk pakaian sudah tidak digunakan dan berakhir dibuang, hal ini juga menimbulkan masalah baru karena material sintetis yang banyak digunakan produk pakaian murah tidak bisa terurai secara alami. Melihat fenomena ini, jelas ada yang perlu diperbaiki dari pola konsumsi kita. Dalam rangka Hari Bumi, ada baiknya kita melihat bagaimana kita bisa sedikit berkontribusi dalam menjaga Bumi, mulai dari satu aspek kehidupan saja.
Membangun Capsule Wardrobe
Siklus tren yang bergerak tanpa henti agaknya bukanlah hal yang sehat untuk terus diikuti. Dengan berpakaian sesuai tren yang ada, kita tidak sempat membangun hubungan yang mendalam dengan pakaian yang kita miliki. Mengikuti siklus yang cepat ini juga mencegah kita untuk menemukan siapa diri kita dalam konteks gaya personal.
Dengan berhenti sejenak untuk mengevaluasi ulang apa yang kita butuhkan dan sukai dari pakaian, kita bisa menemukan mana saja hal-hal yang layak untuk kita miliki. Salah satu cara membangun koleksi pakaian yang lebih merepresentasikan dirimu adalah melalui capsule wardrobe.
Istilah capsule wardrobe mengacu pada satu koleksi pakaian yang dikurasi secara menyeluruh berdasarkan persona penggunanya. Tiap barang yang ada dalam capsule wardrobe juga dimaksudkan untuk bisa dipasangkan secara mudah dengan barang lainnya, sehingga sang pengguna bisa memiliki sebanyak mungkin jumlah outfit dari pakaian yang jumlahnya sebenarnya tak berlebihan.
Konsep ini sudah muncul sejak tahun 1940-an di berbagai publikasi di Amerika Serikat, awalnya sebagai koleksi pakaian yang bisa digunakan dengan satu sama lain secara serasi. Ia kemudian dipopulerkan pada tahun 1970-an oleh pemilik butik bernama "Wardrobe" di London, Inggris, bernama Susie Faux. Mengacu pada Faux, capsule wardrobe berisikan berbagai pakaian esensial yang bersifat timeless dan tak lekang termakan tren. Koleksi ini kemudian dilengkapi dengan sejumlah pakaian yang diperlukan sesuai musim.
Hal pertama yang perlu dilakukan dalam membangun capsule wardrobe adalah dengan melihat dan menilai isi lemarimu. Identifikasi barang mana saja yang paling sering kamu kenakan, lalu jadikanlah pakaian-pakaian tersebut sebagai basis dari koleksimu. Ambil waktu untuk menganalisis gaya personalmu berdasarkan pakaian apa saja yang paling sering kamu pakai, rutinitasmu, hingga selera pribadi terkait apa yang kamu sukai.
Jika kamu telah mengetahui apa saja yang kamu butuhkan dan apa saja yang kamu sukai, gunakan kedua kriteria tersebut untuk membuat daftar mengenai apa saja barang-barang esensial yang perlu kamu miliki. Bila terdapat gap antara apa yang sudah kamu miliki dan apa yang kamu perlukan, kamu bisa mulai mengisinya sedikit demi sedikit berdasarkan skala kepentingan barang tersebut.
Tidak menghabiskan waktu dan uang untuk mengejar tren juga membuatmu bisa menginvestasikan nominal lebih besar untuk barang-barang dengan kualitas lebih tinggi. Produk-produk pakaian dengan material alami, seringkali memiliki harga lebih tinggi daripada produk sintetis—namun daya tahannya juga lebih baik. Lebih lanjut lagi, material alami juga lebih ramah bagi lingkungan. Daripada membeli 5 pasang sepatu murah yang belum tentu bisa tahan lama ketika dipakai, bukankah lebih baik membeli 1 sepatu lebih mahal yang awet dipakai?
Hal yang juga penting untuk dilakukan adalah dengan melakukan riset dan pertimbangan secara matang terlebih dahulu sebelum membeli barang. Cari tahu terlebih dahulu soal jenama yang produknya kamu minati sebelum benar-benar memutuskan untuk membeli barang; apakah mereka menggunakan material berkualitas baik? Apakah proses produksi mereka mencemari lingkungan? Selain itu, kamu juga bisa membeli produk preloved dibanding barang baru. Selain harganya bisa jadi lebih murah, kamu juga bisa mendapatkan pakaian-pakaian yang lebih unik karena ia mungkin sudah tidak diproduksi lagi.
Jangan lupa, untuk menjaga barang-barangmu agar tahan lama, perlu perawatan rutin yang tepat. Barang yang ada di daftar esensial banyak orang seperti jeans atau sepatu kulit jelas tahan lama—bahkan bisa dipakai seumur hidup—namun perawatannya memerlukan langkah-langkah khusus. Walau terkesan sulit, namun menginvestasikan waktu dan biaya lebih untuk merawat barangmu tentu akan lebih murah dibanding membeli barang baru setiap beberapa saat.
Dengan capsule wardrobe yang sesuai dengan karakter dan gaya hidupmu, keseharianmu akan menjadi lebih praktis sekaligus mengurangi konsumsi produk fashion berlebih. Bukankah perubahan besar dimulai dari sesuatu yang kecil? Langkah ini bisa memberi dampak positif bagi lingkungan, serta membuatmu gaya personalmu menjadi semakin unik bagi dirimu sendiri. Selamat Hari Bumi!
(cxo/tim)