Siapa sih yang tak tahu sederet brand fashion mewah seperti Chanel, Dior, Louis Vuitton, Prada, atau Hermes? Ya, mungkin nama-nama inilah yang santer terdengar selama ini di telinga masyarakat. Menurut klasifikasi, brand-brand tersebut bisa disebut loud luxury brand ataupun quiet luxury brand. Tapi apa perbedaan dua kategori brand fashion ini dan mengapa mereka diklasifikasikan berbeda?
Pengkategorian ini muncul pertama kalinya di akhir tahun 90an dan dibuat oleh para pengamat fashion pada saat itu untuk membedakan strategi pemasaran brand-brand tersebut. Loud luxury brand misalnya, mereka melakukan pemasaran jor-joran menampilkan logo brand dengan jelas dalam ukuran besar atau banyak.
Selain itu, mereka pun tidak pelit menggaet tokoh-tokoh influencer ternama yang memiliki pengikut banyak di seluruh dunia untuk memakai produk mereka. Harapannya, strategi ini dapat meningkatkan penjualan mereka berkali-kali lipat. Contoh loud luxury brand di antaranya seperti, Dior, Louis Vuitton, Balenciaga, dan Fendi.
Sementara, quiet luxury brand cenderung memasarkan produk mereka secara lebih halus. Bahkan, sangat kecil kemungkinan kamu melihat iklan mereka di billboard atau media sosial. Bisa dibilang orang-orang yang mengetahui brand ini hanyalah mereka yang dianggap sebagai penikmat fashion sejati. Beberapa brand yang jatuh pada kategori ini antara lain Lemaire, Brioni, Loro Piana, Bottega Veneta, atau The Row.
Beda Kategori, Beda Target Pelanggan
Klasifikasi brand mewah ini bukan hanya sekadar pelabelan cara pemasaran saja, tapi juga demi menyaring pelanggan-pelanggan mereka. Ini dimaksudkan agar target pelanggan yang ingin mereka sasar tercapai. Terbukti cara pemasaran ini cerdas, karena ia bisa mendorong penjualan lebih baik.
Quiet luxury brand biasanya mengaitkan merek mereka dengan dunia seni. Misalnya, Bottega Veneta kerap meminta fotografer dari berbagai latar belakang untuk menafsirkan ulang brand mereka dari sudut pandang yang lebih artistik. Biasanya mereka menciptakan feed di Instagram layaknya galeri seni atau pameran fotografi untuk memperkuat posisi mereka sebagai quiet luxury brand.
Selain itu dari segi harga pun berbeda. Loud luxury brand cenderung memasang harga lebih murah daripada quiet luxury brand. Tak heran, sebab quiet luxury brand pun cenderung menggunakan bahan-bahan yang berkualitas tinggi yang hanya dapat dikenali oleh orang-orang tertentu.
Soal gaya berpakaian pun juga menjadi penentu siapa saja yang mengenakan quiet luxury brand ataupun loud luxury brand. Pelanggan quiet luxury brand biasanya akan memilih produk mewah dengan hati-hati dan selalu melihatnya dari segi keindahan serta kualitas. Tanpa harus basa-basi dan menampilkan logo yang besar, pecinta quiet luxury brand tetap bisa menegaskan taste level mereka dengan cara halus. Para pelanggan mereka pun biasanya bukan dari kalangan biasa-biasa saja, tapi memang telah dikenal sebagai pembeli setia. Kadang, produk-produk dari brand tersebut memang hanya dapat diakses oleh konsumen yang spesifik.
Sementara, loud luxury brand cenderung mengejar konsumen dengan selera yang flashy dan biasa dikenal sebagai 'logomania', semakin besar dan banyak logo yang terpampang, semakin tinggi tingkat kepercayaan dirinya. Untuk menggaet klien semacam ini, membutuhkan pemahaman mengenai gaya hidup mereka serta apa yang mereka suka atau tidak suka. Oleh sebab itu, brand-brand ini tidak segan untuk merogoh kocek dalam untuk menggandakan logo dan berinvestasi kepada influencer ternama yang memiliki banyak pengikut. Walau bagi sebagian produk mereka kadang terdapat waitlist yang panjang, mayoritas produk dari loud luxury brand dapat diakses oleh konsumen dari latar belakang apa pun.
Itulah perbedaan antara quiet dan loud luxury brand. Bagi kamu yang tertarik untuk membeli produk-produk mewah ternama, kamu bisa memilih mana yang cocok untuk tampilanmu. Dengan memahami brand yang kamu ingin terlebih dahulu, ada alasan yang cukup untuk membeli dan menghargai produk yang kamu beli selamanya. Hal ini juga akan menentukan apakah kamu membeli produk tersebut hanya untuk implikasi sosial atau memang karena kamu benar-benar menyukainya.
(DIR/alm)