Saat ini, Jerman sedang membutuhkan banyak tenaga kerja dari luar negeri untuk mengisi kekosongan sektor-sektor tertentu misalnya di bidang perhotelan, restoran, pertanian, keperawatan, dokter, hingga tenaga kebersihan. Tak mengherankan perusahaan Jerman banyak yang bekerja sama dengan agen-agen dari luar negeri termasuk Indonesia untuk menyalurkan tenaga kerja demi mengisi kekosongan di sektor-sektor itu.
Namun, kesempatan ini ternyata banyak dimanfaatkan oleh agen abal-abal asal Indonesia yang berbasis di Jerman untuk menyalurkan tenaga kerja yang notabene adalah mahasiswa Indonesia dengan sebutan magang ferienjob. Padahal, ferienjob merupakan kerja singkat untuk siswa atau mahasiswa dengan masa kerja maksimal 90 hari. Lebih lanjut, pekerjaan ini tidak terkait kegiatan akademis, seperti kegiatan magang yang kita ketahui.
Terlepas dari kasus penipuan yang mengatasnamakan magang di Jerman, sebenarnya banyak juga orang Indonesia yang bisa magang dan kerja di Jerman lewat jalur agen yang tepat, lho. Misalnya, yang dilakukan oleh seorang pekerja asal Indonesia, Anita Nur Fitriany, yang sudah 2 tahun menjadi seorang tenaga kerja di bidang gastronomi yang berbasis di Emden, Jerman.
Dia pun tidak sungkan berbagi pengalaman dan tips untuk kamu yang tertarik magang atau bekerja di Jerman lewat jalur yang aman, lewat perbincangan singan CXO Media via Instagram, Sabtu (20/4) lalu.
Sektor Gastronomi dan Hospitality Butuh Banyak Tenaga Kerja
Kepada CXO Media, Anita mengatakan saat ini Jerman memang sangat membutuhkan banyak tenaga kerja dan membuka lapangan pekerjaan yang luas untuk berbagai negara, salah satunya di region Asia Tenggara. Adapun beberapa lapangan pekerjaan di Jerman sangat sepi peminat sehingga memiliki peluang yang besar adalah gastronomi, hospitality, dan tenaga kesehatan dokter dan perawat.
"Mostly [pekerjaan] ini diminati banyak orang dari Asia Tenggara termasuk Indonesia. Peluang terbesarnya kalau mau kerja di Jerman memang di industri gastronomi atau hospitality, sih. Sebab tidak banyak orang Jerman yang mau kerja di bidang itu," kata Anita.
Ia pun mengungkapkan sebenarnya ada banyak program tenaga kerja yang ditawarkan oleh Jerman bagi tenaga asing. Mulai dari au pair, program magang untuk hidup dan membantu sebuah keluarga di Jerman; FSJ atau BFD, program volunteer kerja sosial di Jerman, dan Ausbildung, program magang sambil sekolah.
Kalau kamu sekarang adalah seorang karyawan atau mahasiswa dan tertarik bekerja di Jerman, Anita menyarankan untuk mengikuti program Ausbildung. Bisa juga langsung melamar pekerjaan jadi professional worker sehingga langsung ambil jalur profesional.
"Untuk jadi professional worker ini akan lebih sulit daripada ikut Ausbildung atau volunteering. Karena mereka harus melakukan penyetaraan ijazah mereka, di sisi lain standar level bahasa Jermannya kalau professional worker B2 atau C1. Syukur-syukur kalau mereka dapat perusahaan yang multinasional, mungkin bahasa Jermannya tidak terlalu tinggi dan bisa pakai bahasa Inggris," ujarnya.
Bahasa Jerman Itu Wajib Dikuasai
Menurut Anita, memang banyak perusahaan multinasional yang ada di Jerman bahasa pengantar yang digunakan pun bahasa Inggris. Namun, jumlahnya tidak banyak. Sebagian besar perusahaan di Jerman memang mewajibkan para tenaga kerja asing bisa berbahasa Jerman.
Bukan hanya untuk komunikasi bisnis, tetapi wajib digunakan untuk keseharian. Bahkan, dalam birokrasi dengan pemerintah, orang asing wajib bisa berbahasa Jerman yang sederhana. Kalau susah untuk berbahasa Jerman, para calon tenaga kerja, bisa mulai dari jalan yang mudah dulu. Misalnya mengambil program au pair, lalu FSJ atau BFD, lalu kemudian Ausbildung. Apalagi kalau umur kamu masih muda, tidak sulit untuk mendaftar au pair, sekalian belajar bahasa dan pertukaran budaya, kamu juga bisa mendapatkan gaji.
"Kalau mau kerja di Jerman yang sudah pasti wajib bahasa Jerman. Perusahaan multinasional memang ada dan bahasa pengantarnya bahasa Inggris, tapi tidak menutup kemungkinan penggunaan bahasa Jerman juga diperlukan. Untuk au pair, FSJ, BFD, Ausbildung itu sudah pasti wajib harus bisa bahasa Jerman. Kalau mau niat kerja di sini, ya harus niat belajar bahasanya. Suka tidak suka," kata Anita.
Tidak Gegabah Memilih Agen
Anita pun mengakui bahwa membedakan agen yang abal-abal dan yang benar-benar menyalurkan cukup sulit, sehingga kamu memerlukan riset yang mendalam untuk bisa mendapatkan agen yang tepat dan jujur. Misalnya, jangan cuma mencari lewat situs resmi, tetapi juga harus mencari opini-opini dalam forum dari orang-orang yang pernah memakai jasa agen tersebut.
Selain itu, jangan terlalu gegabah untuk mencari agen untuk bekerja di Jerman, sebab harus diakui bekerja di Jerman membutuhkan biaya yang tidak sedikit juga. Tapi intinya, kamu harus banyak bertanya dalam sesi interview kepada agen yang kamu minati, misalnya modul dan progress mereka dari A-Z tentang pencapaian mereka. Serta, apa-apa saja yang akan kamu dapatkan jika mendaftar di sana.
"Kalau dibilang mahal atau enggak itu relatif ya, kalau kita bandingkan dengan agen A dan B pasti akan lebih mahal. Kalau agen yang menaungi aku itu cukup mahal tapi ada yang lebih mahal lagi dari itu. Tapi, aku sudah dapat les bahasa Jerman dari A1-B1 yang super-super intensif selama 4 bulan, fasilitas mess, biaya transkrip berkas-berkas yang diperlukan, administrasinya itu dari mereka."
"Sementara pembuatan visa itu, pembaruan paspor, biaya penyaluran itu excluded, ya. Jadi kalau mau diurusin harus menambah biaya lagi. Ujian Goethe juga di luar biaya juga ya. Kalau dijumlahkan aku keluar [biaya] sekitar Rp50-60 jutaan mungkin," ungkap Anita.
Tidak Ada Program Kerja di Jerman yang Gratis
Selama ini banyak agen penyalur kerja ke Jerman yang menawarkan program kerja secara gratis. Namun, menurut Anita jika ingin disalurkan kerja dari Indonesia ke Jerman, tidak ada yang gratis. Maksudnya, kalau program yang dicanangkan pemerintah Jerman soal pekerja itu memang gratis, tapi kita sebagai orang Indonesia yang mau ke Jerman tidak gratis. Alias, kita tetap harus membayar banyak keperluan.
"Semua membutuhkan cost. Mulai dari belajar bahasa Jerman, ujian sertifikasi bahasa juga butuh biaya, transkrip ijazah dan berkas, dan kalau kamu mau kerja sebagai professional worker juga harus biaya penyetaraan yang harus dibayar. Jadi, tidak ada yang gratis," ujarnya.
Dia pun memberi tips bagi kamu yang ingin pergi ke Jerman untuk memulai karier dan kehidupan baru. Pertama tentu saja kamu harus menguasai bahasa Jerman sesuai dengan permintaan perusahaan tersebut. Memang susah, tetapi kalau kamu sudah punya tekad dan niat, harus dipaksakan.
Kedua, siapkan mental. Sebab, perbedaan budaya bekerja di Jerman dan Indonesia sangat kentara. Kamu jangan mudah tersinggung dan tidak enakan dengan rekan kerjamu. Kamu harus punya sifat yang tegas dan masa bodo. Ketiga, siapkan modal juga untuk ke Jerman. Kalau kamu punya tabungan yang cukup, tidak ada salahnya untuk berinvestasi untuk pindah ke luar negeri. Bagi kamu yang tertarik, kamu bisa mencari tahu lowongan pekerjaan Ausbildung di www.ausbildung.de.
"Biar tidak tertipu, pastikan mereka dari perusahaan mana dan cari tahu siapa mereka. Kritis dan skeptis adalah kunci utama agar kamu lebih selektif memilih agen. Satu lagi, kalau diminta uang dari Jerman, jangan pernah mau, ya. Soalnya perusahaan mana pun di Jerman tidak pernah meminta uang dari pekerja. Kecuali, kalau pakai agen dari Indonesia, ya [pasti ada] biaya penyaluran ke perusahaannya," tutup Anita.
(DIR/alm)