Perbedaan pendapat ketika rapat berlangsung, seperti hal yang biasa terjadi di perusahaan mana pun. Namun ada perilaku yang mungkin tidak kamu sadari, kamu dan kolega kantormu lakukan, yakni bermalas-malasan usai rapat penuh ketegangan itu usai.kantormu lakukan, yakni bermalas-malasan usai rapat penuh ketegangan itu usai.
Ini mungkin tidak disengaja, tetapi inilah sebuah reaksi spontan umum yang sering diungkapkan untuk mengungkapkan rasa frustrasi. Perilaku ini disebut, back-channeling . Meskipun bukan sesuatu yang mengancam perusahaan, tetapi ini bisa berdampak pada rusaknya kinerja tim. Lalu, apa sebenarnya back-channeling itu?rusaknya kinerja tim. Lantas, apa itu back-channeling sebenarnya?
“ Back-channeling adalah ketika terjadi percakapan rahasia yang tidak sejalan dengan percakapan yang lebih besar,” kata Sabrina Baker, seorang konsultan HR di Amerika Serikat.
Contohnya, ada sebuah tim di tempat kerja bertemu untuk memutuskan bagaimana melanjutkan proyek aru. Semua orang tampak mempunyai pemikiran yang sama dalam rapat tersebut, dan menyusun rencana strategi untuk memulainya. Tetapi setelah rapat selesai, ada satu atau dua orang yang merasa tidak menyukai ide yang sudah disetujui dalam rapat tersebut dan keduanya berdiskusi hal ini.
"Hal yang mereka lakukan menciptakan back-channeling. Saya menyebut perkumpulan rahasia perbedaan pendapat, di mana tim besar tidak tahu kalau ada anggota tertentu sebenarnya tidak setuju dengan apa yang terjadi," kata Baker.
Salah Satu Perilaku Toxic
Bagi sebagian orang, back-channeling mungkin hanya sebagai wadah untuk menyampaikan uneg-uneg yang tak tersampaikan kepada rekan kerja terpercaya. Namun secara holistik, ini menimbulkan rasa tidak percaya satu sama lain.uneg-uneg tak tersampaikan kepada rekan kerja terpercaya. Namun secara holistik, ini menimbulkan rasa tidak percaya satu sama lain.
"Mereka yang melakukan back-channel mungkin tidak ingin benar-benar melanjutkan tugas-tugas yang telah disepakati bersama dalam pertemuan tersebut, lalu beberapa minggu kemudian, semua orang harus berdiskusi lagi untuk mengatasi kekhawatiran yang ada di back-channel . Sehingga pada dasarnya, memulai dari awal lagi," katanya.
Tidak berhenti sampai di situ saja, kelompok itu mungkin akan bertanya-tanya apakah mereka yang melakukan back-channeling benar-benar setuju dengan kesepakatan bersama, atau mereka akan terus tidak setuju dengan kondisi kelompok, tidak angkat bicara, tapi mengeluh.
Baker mengatakan, pada dasarnya back-channeling bukanlah perilaku yang jahat. Mungkin ada alasan kuat mengapa mereka memilih melakukan hal tersebut. Meskipun tampaknya bukan keputusan yang disengaja. Mungkin kamu merasa tidak bisa angkat bicara dalam rapat tanpa dampak buruknya. Mungkin juga kamu menyadari apa yang sebenarnya kamu rasakan hingga nanti, setelah kamu punya waktu untuk memutuskan, kamu sebenarnya tidak setuju dengan konteks tersebut.
"Meskipun hal ini valid-menyampaikan kekhawatiran tersebut pada orang lain-tetapi itu tidak akan mengubah apa pun dan tidak akan selesai," kata Baker.
Hilangkan Kebiasaan Ini
Dari sisi manajemen, Baker mengatakan penting untuk menciptakan lingkungan di mana karyawan di seluruh tingkatan merasa nyaman menyuarakan pendapat mereka. Misalnya, ketika keputusan besar sedang dibuat, manajer sebaiknya membiarkan lebih banyak anggota staf junior memberikan ide dan masukan mereka.
“Tujuannya adalah memberikan saluran yang tepat kepada karyawan untuk menyuarakan pendapat mereka dengan aman dan dengan cara yang membuat mereka merasa didengarkan,” kata Baker.
Sementara dari sisi karyawan, ia menyarankan setiap orang melakukan bagian mereka untuk menghentikan back-channeling ketika seseorang mencoba mengajakmu ke dalamnya.
"Katakanlah, 'Kita tidak bisa melakukan ini. Kalau kamu punya kekhawatiran, kita perlu bertemu lagi dengan semua orang dan menyuarakannya. Kita tidak bisa mengadakan rahasia pertemuan, jika tidak setuju,'" ujarnya.
Sebenarnya perilaku ini mungkin berkembang dari situasi dan kondisi perusahaan yang otoriter alias sulit menerima pendapat bawahannya. Atau mungkin ada rasa trauma dari karyawan ketika mengungkapkan pendapatnya, malah malah diremehkan di dalam forum tersebut. Back-channeling pun juga tidak akan terjadi ketika tim sudah kompak dan memahami tanggung jawab masing-masing tanpa perlu diingatkan.
(DIR/tim)