Jakarta, ibu kota Indonesia yang pesonanya tak pernah surut dari generasi ke generasi. Kota ini seakan menjadi kota impian orang-orang di daerah untuk mengadu nasib dan mencapai kesuksesan yang mereka inginkan. Bahkan ada anggapan, jika orang-orang daerah bisa tinggal di Jakarta, artinya mereka sudah sukses.
Padahal di balik gemerlapnya kota metropolitan ini, persaingan antar manusianya tidak main-main. Bukan hanya bagi orang yang lahir dan besar di Jakarta atau orang-orang daerah yang sengaja pergi ke Jakarta, tapi juga bagi orang asing yang ikut mengadu nasib di kota ini.
Jakarta di mata mereka adalah sebuah tangga besar untuk menapaki karier yang lebih cemerlang meskipun sejujurnya gajinya tidak seberapa dengan tantangan yang dihadapi di depan. Bahkan bagi para lulusan baru di daerah, kota ini masih dianggap bisa menanggung mimpi-mimpi mereka. Melihat fenomena—yang uniknya—belum berubah, CXO Media mencoba untuk mencari tahu apa yang ada di benak mereka dan harapan-harapan mereka tentang mendapatkan kesuksesan di Ibu Kota.
Tak Masalah Gaji Kecil atau Kerja Apapun Asal Itu di Jakarta
Saat bertandang ke Surabaya, saya sempat mewawancarai beberapa anak-anak muda generasi Z mengenai ketertarikan dan pendapat mereka tentang bekerja di Jakarta. Athiyyah misalnya, ketika ditanyakan tentang rencana ke depannya setelah menyelesaikan perkuliahannya, ia tertarik untuk magang, bekerja, dan bahkan tinggal di Jakarta.
"Dari aku sendiri sih pingin banget kerja di Jakarta. Apply magang juga di daerah Jakarta. Pinginnya sih karena aku lihat dan tertarik di bidang media sosial, aku pingin nantinya kerja di bidang ini juga sih atau tim kreatif," kata Athiyyah kepada CXO Media.
Perempuan berusia 21 tahun tersebut mengaku, meski jurusan perkuliahannya tidak sama dengan minatnya yakni jurusan ilmu administrasi, namun dia yakin bisa mencapai tujuannya untuk bekerja di dunia media. Sebab zaman sekarang, banyak anak muda yang menekuni minat yang berbeda dari pendidikan perkuliahan yang dijalani. Jadi ia pun tetap percaya diri mampu bekerja di bidang yang ia suka walau berbeda jurusan sekalipun.
Meskipun percaya diri, tapi di lubuk hati Athiyyah pun menaruh rasa khawatir jika nantinya ia tidak berhasil atau bahkan gagal untuk mencapai impiannya. Tapi dengan keteguhan hatinya, ia percaya bahwa masih ada jalan lain yang terbuka bila salah satu jalannya tertutup.
"Kalau sudah telanjur terjun di situ, jadi harus aku tekuni dan aku harus fight juga di situ. Aku tidak mau pulang hanya untuk mengadu ke orang tua juga, aku harus bertahan. Yang penting apapun yang bisa aku kerjakan di Jakarta, asal masih relevan, aku tetap stay," ujarnya.
Hal serupa pun diungkapkan oleh Surya, mahasiswa dari salah satu universitas di Surabaya ini mengatakan Jakarta adalah bagian dari mimpinya untuk berkarier. Pria yang sedang menekuni bidang musik itu menilai bahwa lebih baik berkarier di Jakarta, sebab industri musik lebih berkembang di ibu kota dibandingkan daerah.
"Sebenarnya kalau mau berkembang, di sini (Surabaya) juga bisa, tapi pada akhirnya karya-karya [musik] dari daerah bakal dibawa juga ke ibu kota. Menurut saya, kalau masih bisa ke pusatnya, kenapa nggak ke pusatnya saja. Apalagi saya punya cita-cita juga sebagai orang yang [bekerja] di balik layar," kata Surya.
Baginya, bekerja di Jakarta masih sangat relevan untuk anak-anak muda dan malah harus. Dia menyadari bahwa di daerah pun penawaran gaji untuk lulusan baru tidak terlalu kecil juga, tapi semua itu tergantung pribadi masing-masing.
"Mau menuruti gaji atau passion, Kalau saya tambah tua nantinya mungkin akan mikir ke gaji, tapi kalau masih muda, masih membara semangatnya. Jadi mikirnya masih soal passion. Kalau masih bisa berjalan beriringan kenapa nggak dilakukan saja sekalian," ujar pria berumur 20 tahun tersebut.
Selain Athiyyah dan Surya, Jakarta juga menjadi impian dari seorang Adell, seorang mahasiswi baru jurusan biologi salah satu universitas di Surabaya. Meskipun belum pernah pergi ke Jakarta, tapi menurutnya kota tersebut memberikannya mimpi dan kesempatan untuk berkarier di bidang yang ia tekuni saat ini. Bahkan menurutnya, gaji di Jakarta lebih tinggi dari daerah-daerah lain di Indonesia.
Adell sadar bahwa keinginannya menjadi seorang periset atau peneliti di bidang biologi memang bukan sesuatu yang umum di Jakarta. Kalaupun akhirnya harus gagal mendapatkan opportunity yang sesuai jurusan, ia masih ingin mencoba bidang lainnya.
"Aku punya kenalan juga di Jakarta, nanti kalau sudah tidak ada (kesempatan kerja) baru balik ke daerah. Lihat dulu juga dari kesanggupan dan finansial aku, kalau masih mencukupi stay di Jakarta, kalau nggak ya balik saja ke daerah. Tapi kalau untuk sekarang pikiranku pingin banget ke Jakarta setelah lulus kuliah," kata Adell.
Bekerja di Jakarta: Antara Ekspektasi dan Realita
Sebenarnya sah-sah saja bahwa generasi muda saat ini memiliki impian dan keinginan untuk mewujudkan passion-nya, seperti bekerja di Jakarta. Namun, realitanya bekerja di Jakarta tidak semudah itu bagi para lulusan baru.
Gaji yang tidak setara dengan biaya hidup dan ekspektasi yang terlalu tinggi menjadi salah satu penyebab sulitnya bekerja di Jakarta. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), per Februari 2022, tingkat pengangguran Indonesia mencapai 5,83 persen dari total penduduk usia kerja yakni 208,54 juta orang. Sebanyak 35,2 juta orang atau 14 persen dari angka pengangguran itu berasal dari jenjang diploma dan sarjana strata 1.
Alasannya pun beragam, mulai dari tidak sesuainya keterampilan yang ada dengan kebutuhan di lapangan, terbatasnya penyedia lapangan pekerjaan saat ini, permasalahan ekonomi dunia yang membuat banyak perusahaan saat ini melakukan layoff, hingga ekspektasi penghasilan dan status yang tinggi tidak sesuai realita yang ada membuat pengangguran semakin banyak.
Ditambah lagi fase recovery pasca pandemi COVID-19 membuat para lulusan baru harus bersaing dengan orang-orang lebih berpengalaman yang sebelumnya terkena layoff, membuat lapangan pekerjaan semakin sedikit. Mau tak mau, pada akhirnya mereka harus memutar otak atau bahkan mencari opportunity di bidang lain agar masih bisa kerja di Jakarta.
Meski begitu, sesungguhnya generasi Z seperti Athiyyah, Surya, atau Adell masih memiliki waktu untuk meraih keinginannya walaupun bukan di Jakarta. Pemikiran bahwa Jakarta masih menjadi tempat yang relevan untuk meraih mimpi sebenarnya harus segera berubah. Sebab saat ini, di mana pun kita bekerja dan berada, semua mimpi bisa terwujud dan mendapatkan gaji yang mungkin lebih besar dari hanya sekadar ke Jakarta mengadu nasib.
(DIR/alm)