Siapa sangka, salah satu perusahaan kosmetik besar asal Amerika yang telah beroperasi selama 90 tahun nyatanya berada di ambang kebangkrutan? Revlon, brand yang terkenal dengan produk cat kuku, lipstik, dan foundation andalannya mengajukan permohonan perlindungan kebangkrutan pada Rabu (15/6) lalu karena terlilit utang. Hal ini didasari karena munculnya masalah likuiditas dan persaingan yang ketat terlebih dari banyaknya bisnis online baru yang membanjiri pasar kosmetik dunia.
Pengajuan ini diharapkan menjadi langkah yang akan memungkinkan mereka untuk mengatur ulang kondisi keuangan perusahaan dan mengembalikan kepercayaan konsumen. "Dengan mengatasi kendala utang warisan yang kompleks ini, kami berharap untuk bisa menyederhanakan struktur permodalan dan secara signifikan mengurangi utang kami, membuat kami bisa membuka kembali potensi dari brand yang sudah diakui secara global ini," ucap Presiden dan CEO Revlon, Debra Parelman.
Faktanya, penjualan Revlon telah mengalami penurunan selama bertahun-tahun. Sahamnya turun sebanyak 22% pada tahun 2021 dan kemudian terjun ke 80% sejak awal tahun 2022. Revlon dinyatakan hanya memiliki USD $575 juta yang dialokasikan untuk membayar utang serta menyokong kebutuhan operasional.
Selama pandemi, Revlon mengalami pelemahan permintaan yang cukup signifikan akibat adanya gangguan rantai pasokan. Bahan-bahan material yang digunakan untuk merancang produk Revlon mengalami kenaikan selama pandemi yang membuat biaya produksi kosmetik meningkat hingga 25%-30% dan tidak diimbangi dengan kenaikan penjualan.
Selain itu, Revlon juga kesulitan melampaui persaingan dengan brand kosmetik yang diluncurkan oleh selebriti seperti Fenty Beauty maupun Kylie Cosmetics. Sehingga, alasan-alasan ini pun menjadi bola salju Revlon mengalami kesulitan dalam memproduksi produk baru untuk konsumen.
Tentunya berita ini cukup menggemparkan, karena semua orang pasti familiar dengan brand raksasa ini, meskipun mereka yang bukan penggemar kecantikan. Kalau kamu, sudah siapkah berpisah dengan Revlon?
