Nama Studio Ghibli sudah tidak asing di kalangan penggemar anime dan juga ilustrator dunia. Lewat karya-karyanya yang orisinil, unik. dan penuh idealistik, Hayao Miyazaki berhasil membawa Studio Ghibli setara dengan karya animasi dunia yang tersohor seperti Disney.
Bukan sesuatu yang mudah bagi Hayao Miyazaki menapaki tangga demi kesuksesan Studio Ghibli. Perlu kerja keras dan kreativitas tanpa batas sehingga bisa menghasilkan ilustrasi seindah itu. Namun seiring berkembangnya teknologi, tampaknya membuat ilustrasi semakin mudah lewat kecerdasan buatan (AI).
Meskipun mudah dan membuat orang yang tak bisa menggambar bisa menggambar dalam waktu singkat menggunakan mesin, tetapi tetap saja tidak bisa menggantikan kreativitas manusia. Baru-baru ini, ChatGPT mengambil langkah kontroversial dengan memperbarui versinya yang bisa mengubah fotomu menjadi ilustrasi seperti Ghibli.
Walau peluncuran versi ini pun disambut antusias oleh seluruh dunia hingga menjadi viral, namun tren ini justru bermasalah karena secara etika, fitur tersebut tidak memiliki izin dan tentu saja melukai seniman pembuatnya yakni Hayao Miyazaki. Padahal dalam perjalanan kreativitasnya, Miyazaki dikenal sebagai seniman idealis yang menggambar dengan tangan dan punya penceritaan yang unik.
![]() |
Sebelum huru-hara ini muncul, Miyazaki ternyata pernah merespons tentang AI yang nantinya bisa memudahkan manusia dalam kesehariannya, tak terkecuali soal kreativitas. Alih-alih mendukung kemajuan teknologi tersebut, Miyazaki justru mengecam bagaimana AI bisa merusak kreativitas manusia.
"Saya tidak akan pernah ingin memasukkan teknologi ini ke dalam pekerjaan saya sama sekali. Saya merasa bahwa ini adalah sebuah penghinaan terhadap kehidupan itu sendiri," pungkas Miyazaki dalam film dokumenter NHK Special: The Never-Ending Man Hayao Miyazaki tahun 2016.
Dia pun menambahkan kalau ia 'sangat jijik' dengan tampilan AI pada tahun itu. Menurutnya AI memberikan gerakan-gerakan aneh yang tidak bisa dibayangkan sebagai manusia. AI terlihat seperti zombi.
"Setiap pagi, tidak dalam beberapa hari terakhir, saya melihat teman saya yang memiliki disabilitas. Sangat sulit baginya untuk sekadar melakukan tos; lengannya yang berotot kaku tidak dapat menjangkau tangan saya. Sekarang, ketika memikirkannya, saya tidak dapat menonton hal-hal ini dan menganggapnya menarik. Siapa pun yang menciptakan hal-hal ini tidak tahu apa itu rasa sakit," ujarnya.
Sementara CEO ChatGPT OpenAI, Sam Altman justru semakin mendorong tren yang disebut "Ghiblification" tersebut dengan mengubah foto profil X-nya menjadi potret gaya Ghibli. Meski begitu, dia mengklaim bahwa ChatGPT telah dilengkapi sistem penolakan jika ada pengguna yang mencoba membuat gambar dengan gaya seniman yang masih hidup. Mereka hanya mengizinkan gaya studio lebih luas--yang telah digunakan untuk membuat dan berbagi beberapa kreasi penggemar asli untuk menginspirasi.
Studio Ghibli Belum Beri Tanggapan
Sayangnya, hingga berita ini dinaikkan, Studio Ghibli belum juga menanggapi tentang viralnya tren tersebut. Namun bila dilihat dari permasalahannya, tentu saja mereka bisa menempuh jalur hukum karena menghasilkan kekayaan intelektual dari AI tanpa izin.
Akibat tren ini, warisan kreativitas Hayao Miyazaki kini dipertaruhkan. Walaupun karya seni yang dibuat dengan AI tidak bisa dibilang merendahkan merk perusahaan, tetapi ini bertentangan dengan filosofi dan etika berkesenian. Mengagumi karya seorang seniman tentu saja boleh dan terinspirasi untuk menjadi seperti mereka. Namun perlu diingat, kreativitas manusia tidak bisa tergantikan oleh mesin secanggih apapun.
(DIR/DIR)