Interest | Art & Culture

Latari Renung Ramadan, Rangkai Lepas Album Pekik Hening di Lantang Angan

Selasa, 18 Mar 2025 17:00 WIB
Latari Renung Ramadan, Rangkai Lepas Album Pekik Hening di Lantang Angan
Rangkai Lepas Album Pekik Hening di Lantang Angan./Foto: Istimewa
Jakarta -

Trio folk, Rangkai, membersamai bulan suci Ramadan dengan merilis album Pekik Hening di Lantang Angan. Dilepas pada 28 Februari 2025, atau persis satu hari sebelum Ramadan (1446H) tahun ini, album penuh perdana trio Rangkai   Mirza (gitar klasik), Rai (kontrabas), dan Bimo (vokal, gender/gamelan Jawa)   ini memuat narasi yang kental akan nilai-nilai spiritual.

Memuat sepuluh materi berdurasi sekitar 43 menit, album Pekik Hening di Lantang Angan tampil bak wadah refleksi batiniah para personel, terutama, pasca ditinggal sang mentor sekaligus produser, Ade Firza Paloh.

Selagi mengilustrasikan fase-fase penciptaan yang tersurat di dalam kitab suci Al-Quran, melalui susunan nomor-nomornya, Pekik Hening di Lantang Angan juga memperdengarkan ragam pelajaran kebajikan tanpa menjadi sok bijak.

Sarana Renungan

Nuansa permenungan yang dibawa Rangkai dalam Pekik Hening di Lantang Angan adalah hal yang tumbuh secara natural. Album ini seperti mengelaborasikan tiga single lirih yang dirilis lebih dulu   "Seperti Rindu", "Mesra Tanpa Kata", dan "Puan, Kau Beri Nyawa"   tahun 2023.

Mendiang Ade Paloh, yang mendampingi Rangkai sejak 2022, bahkan sempat menyebut mereka sebagai "kumparan yang tampak diam, tetapi sesungguhnya berputar dengan laju tinggi."

Entah apa maksud sebenarnya, tapi lirik-lirik yang disampaikan Rangkai memang menyimpan makna-makna yang tersembunyi oleh instrumentasi-tak sederhana-yang renyah di telinga. Mulai dari pergumulan eksistensialisme, perkara awal penciptaan, hingga rasa penerimaan di dalam hidup.

[Gambas:Instagram]

Melintasi Fase-Fase Penciptaan

Rangkai menyebutkan bahwa sepuluh lagu di dalam album kontemplatif ini disusun mengikuti enam fase penciptaan Al-Quran. Pada tahapan pertama, nomor "Api" mengkonotasikan ledakan besar perdana yang melahirkan kehidupan.

Pada single pembuka ini, Rangkai mengilaskan gairah besar manusia yang tersemayam di sanubari. "Hati itu tempatnya api/Jika ku biarkannya menjadi/Apapun dilahapnya mati".

Dari sana, jagad diilustrasikan bertumbuh kembang melalui lagu-lagu seperti "Ruang", "Seperti Rindu", dan "Mesra Tanpa Kata", yang mencerminkan pencarian dan perluasan makna kehidupan di alam raya. Kemudian "Isyarat Hawa" dan "Puan, Kau Beri Nyawa" datang meniupkan identitas hidup yang harmonis, sebelum akhirnya penuh dengan konflik tak terelakan yang tersiar pada "Pertengkaran" dan "Tabir".

Setelah melewati fase itu, alam raya yang mencapai kestabilan dan menemui titik reflektif diperdengarkan lewat "Selam Hati Sulam Diri", sebelum akhirnya benar-benar masuk ke fase regenerasi. Sebuah siklus tiada akhir, yang merdu dilantunkan lewat "Seberang Fana".

Buah Kolaborasi

Album Pekik Hening di Lantang Angan bukan hanya tumbuh berkat pupuk refleksi, tetapi juga menjadi buah dari kerja-kerja kolaboratif. Dalam prosesnya, album perdana Rangkai ini melibatkan banyak tangan kreatif.

Terdapat dukungan penuh mendiang Ade Paloh, dihiasi suara merdu Sekar Anggi pada "Mesra Tanpa Kata", juga menampilkan Endah Widiastuti dalam nomor "Selam Hati Sulam Diri". Menurut Endah, keterlibatannya dalam album ini seperti keniscayaan. Selain karena konsep albumnya kuat, "Lagu ini memiliki kesan tersendiri karena lirik dan bunyi Rangkai yang begitu menarik," ungkap Endah.

Belum selesai di situ, Pekik Hening di Lantang Angan juga melibatkan lebih banyak pihak, termasuk Setengah Lima Records sebagai produser eksekutif, dengan mixing-mastering dari Ruang Waktu Music, Lokale Satin Studio, dan Earspace Studio, sementara Khalid Albakaziy ditunjuk sebagai pengisi elemen visual album.

(RIA/DIR)

Author

Riz Afrialldi

Description
An adventurer, but lost in the land of words
NEW RELEASE
CXO SPECIALS