Satu dekade bukan waktu yang sebentar bagi seniman mana pun. 10 tahun yang berjalan bisa menjadi penanda tumbuhnya keragaman karya atau berevolusi secara pribadi, hingga akhirnya lahir kembali pada momen yang tepat. Rasanya Negative Lovers merepresentasikan keduanya secara bersamaan setelah merilis EP berjudul Shatter pada 23 November kemarin via Bandcamp, namun baru akan dilepas ke DSP pada 16 Desember mendatang.
Negative Lovers yang diperkuat oleh Tony Setiaji, Yoga Indrista, Respati Nugroho, dan Benedict Pardede bukanlah nama-nama asing di peta permusikan tanah air, khususnya Jakarta. Maka dari itu, kenapa ada visi bahwa mereka semua bekerja sama secara secukupnya ketika membicarakan band ini. Setelah terakhir kali merilis karya baru pada tahun 2023 kemarin lewat album Love In The Toilet, tidak butuh waktu lama bagi mereka dalam merangkum sajian lainnya setahun kemudian.
Mendengarkan tiga lagu dalam Shatter sedikit memberikan gambaran bagaimana konsistensi perihal genre yang sering tidak dipedulikan oleh musisi, tapi bukan berarti terlupakan begitu saja. Negative Lovers sendiri mengaku sebagai unit noise rock yang dibumbui psychedelia dan post-punk, hingga berakhir seperti apa yang kita dengar dalam lagu-lagu terbaru mereka ini.
Namun saat membaca keterangan pers yang diberikan, ternyata ada percobaan melebarkan spektrum bermusik lewat genre-genre lain yang setidaknya layak untuk disandingkan dengan musik mereka selama ini. Shatter berisi tiga lagu yang mencakup "Shatter" sebagai single utama, serta dua lagu lain, "Rock & Folk" dan "It Takes Me Back" yang sudah direkam duluan pada tahun 2012 bersama produser Joseph Saryuf (Santamonica).
Review EP Shatter dari Negative Lovers
Demi mendapatkan pengalaman yang sesungguhnya bersama Shatter, ada beberapa respons atas setiap lantunan dan rima dari masing-masing lagu baru Negative Lovers.
"Shatter"
Jika ingin mencari lagu mana yang menunjukkan DNA Negative Lovers, maka "Shatter" adalah jawabannya. Noise rock yang membahana sekaligus diiringi ritme hipnotik nan menghantui terdengar sejak detik pertama berjalan.
Lagu yang diproduksi oleh Tony Setiaji ini tidak melupakan unsur EBM yang kalau kata Otong Koil, "Dari awal sampe akhir, lagu begitu terus." Untungnya, Negative Lovers mengelevasi sound EBM hingga suara rendah yang menyanyikan lirik demi lirik mampu menunjukkan arti universal tentang mengorbankan prinsip pribadi demi sesuatu, atau seseorang yang kita cintai.
"Rock & Folk"
Berbanding terbalik dengan "Shatter", "Rock & Folk" membawa unsur fun yang kuat dengan memasukkan nafas 60's pop yang akan membuatmu terdampar di pinggir pantai sambil menikmati matahari dan segelas cocktail favorit.
Sound yang diberikan juga lebih mentah, tapi langsung bereskalasi saat chorus menyerang dalam beat padat sambil sedikit bernostalgia. Sebuah karya kuat yang rasanya akan melahirkan paduan suara massal saat dibawakan nanti di atas panggung.
"It Takes Me Back"
Menurut Negative Lovers, "It Takes Me Back" jadi bentuk introspektif mereka tentang rasa kehilangan. Ternyata perasaan itu memang benar adanya. Lagu ini membuka kembali ingatan tentang masa-masa yang dulu pernah terjadi namun tidak akan pernah bisa diulangi lagi setelah adanya perubahan dalam hidup kita.
Gitar yang monoton hanya menjadi fondasi dari ambience yang merambat pelan untuk menyayat semua kenangan itu hingga akhirnya menjadi pecah selamanya. "It Takes Me Back" layak menjadi lagu yang mereka rilis pada tahun ini walaupun sudah diproduksi 12 tahun yang lalu karena sama sekali tidak termakan zaman; malah menjadi jawaban atas keadaan zaman kini.
Kalian sudah bisa mendengarkan EP Shatter dari Negative Lovers via Bandcamp. Jika ingin bersabar, ketiga lagu ini baru dirilis ke DSP pada 16 Desember.
(tim/DIR)