Sudah menikmati Seringai sejak Serigala Militia (2007) dirilis dengan menyaksikan video klip "Citra Natural" sempat diputar di TV nasional pada rentang waktu yang sama membuat karya-karya mereka tak pernah dilewatkan. Walaupun masih ada momen hit-or-miss dari album-album setelahnya, selalu muncul perasaan bangga atas konsistensi Arian13, Sammy, Ricky, dan Khemod dari segi sound hingga rangkaian lirik perlawanan yang penuh ludah. Namun saat "Pulang" dirilis sebagai karya terbaru Seringai setelah enam tahun sejak album Seperti Api, di sini mereka seakan lahir kembali.
Seringai Tidak Ragu Membahas Kesehatan Mental
Membaca beberapa respons yang muncul sesaat "Pulang" dirilis sudah cukup menggambarkan seperti apa pandangan beberapa pihak tentang mental health. Khusus untuk para laki-laki yang selalu diminta kuat dalam menjalani hidup, ketika menunjukkan kerapuhan mereka perihal mental, sudah pasti banyak yang mencemooh. Apalagi dari sesama gender yang dipandang harus kuat dan menjadi pemimpin.
Padahal pada dasarnya, tidak semua orang bisa seperti itu. Ada masanya, mungkin dalam waktu cukup lama, ketika harus terkena permasalahan mental. Dan itulah yang digambarkan Arian13 dalam kalimat demi kalimat di dalam "Pulang".
Bait pertama lagu ini seperti berbicara ke diri sendiri. Ia sedang mengaca sambil melihat apa yang telah terjadi dalam hidupnya dengan dampak buruk yang cukup besar. Harapan itu ternyata sudah berdiri di ambang batas hingga membuatnya tak waras. Lalu pada saat reff menyerang untuk menjadi bentuk statement atas segala kemuakan, bait selanjutnya dinyanyikan Arian13 melalui cara lama tapi membuat kita yang mendengarnya menjadi iba.
Beruntung, menuju titik akhir dari semua rasa nanar ini, masih ada alasan untuk bertahan hidup karena muncul cahaya terang yang bisa menjadi semangat dari jiwa nan hampa. Pada akhirnya, "aku ingin pulang," katanya.
Berbicara soal lirik, Arian13 membawa pendekatan berbeda karena ketika biasanya kita akan berteriak bernyanyi sambil mengepalkan tangan ke atas, kini berubah 180 derajat. "Pulang" akan disambut dengan perenungan diri yang lebih khusyuk karena bisa-bisanya keluar lagu seperti ini dari band semacam Seringai. Jika pun ada yang butuh dipeluk karena lagu ini, maka merupakan respons yang sangat wajar.
Musik "Pulang" juga diolah sedemikian rupa dalam spektrum lebih luas. Kita tetap akan mendengarkan hentakan khas Seringai sebagai high octane rock. Namun kini didukung adanya lick gitar yang lebih doom serta sedikit bumbu black metal demi mendapatkan nuansa paling pas dari pesan mendalam.
Belum lagi dukungan vokal tamu dari Januaryo Hardy (Pure Wrath) demi mendapatkan distorsi tebal dari sektor suara yang cukup jarang dilakukan Seringai. Di sisi instrumental, tambahan synthesizer dari Lody Andrian (Amerta/Gowa) benar-benar menarik kita ke dalam kesepian yang pekat. Sengaja ditaruh di outro lagu ini dengan mengikuti lick gitar Ricky yang ikonik dan rasanya akan disenandungkan pada saat dibawakan secara live, hawa dingin perlahan dari synthesizer membuat semua menjadi lengkap untuk mengangkat tema utamanya.
Kerennya lagi, Seringai tidak salah untuk memilih cover single ini. Bahrull Marta yang juga sempat "menyumbangkan" karyanya untuk Barisan Nisan (20th Anniversary Revisited) dari Homicide, memberikan karya lainnya yang diberi judul Untitled. Kalau diperhatikan, sebenarnya cukup sederhana. Ada sosok hitam yang sudah emosional namun terlihat sudah pasrah; sambil tangannya membentuk suatu praktik paling lazim untuk dilakukan manusia saat mencapai titik terakhir: berdoa. Di sinilah penilaian akhir yang membuat "Pulang" benar-benar sekuat itu.
Seringai memang sudah menjadi salah satu band rock paling terkenal saat ini di kalangan bawah tanah hingga mainstream. Konsistensi mereka tidak perlu diragukan lagi. Untungnya ketika mereka seharusnya sudah tinggal mengikuti apa yang telah dilakukan sebelumnya, ada cara main baru yang memiliki makna lebih dalam, bahkan jauh melebihi apa yang sudah mereka ciptakan selama ini.
(tim/DIR)