Interest | Art & Culture

Review Rona Merah Pipi Tak Selalu Berarti Tersipu: caldera Mulai Merekah

Senin, 18 Nov 2024 18:45 WIB
Review Rona Merah Pipi Tak Selalu Berarti Tersipu: caldera Mulai Merekah
Review Rona Merah Pipi Tak Selalu Berarti Tersipu: caldera Mulai Merekah/ Foto: caldera
Jakarta -

Paruh kedua tahun 2024 menjadi "kolam baru" bagi industri musik Indonesia. Sangat banyak karya-karya yang dirilis pada jangka waktu tersebut dengan dampak besar bagi pendengarnya. Sebut saja Melodi dari Skandal, do you guys wanna listen to some electro-pop music? milik White Chorus, dan sekarang ada Rona Merah Pipi Tak Selalu Berarti Tersipu ciptaan caldera.

Beberapa waktu sebelumnya, sudah ada impresi positif akan karya caldera saat ia merilis "Rabun" yang dipersiapkan sebagai appetizer dari EP terbarunya tersebut. Kabar tentang perilisan EP-nya pun membuat pikiran ini mulai berjalan ke mana-mana; sajian seperti apa yang membuat kita bisa betah menikmati lima lagu yang ada di dalamnya.

Layaknya mesin waktu yang membawa kita ke masa Indonesia baru merdeka, Rona Merah Pipi Tak Selalu Berarti Tersipu melahirkan angin segar yang setidaknya bisa membuatmu melebarkan wawasan tentang keberadaan caldera.

Rona Merah Pipi Tak Selalu Berarti Tersipu yang Harfiah

Penyanyi bernama asli Mutia Deviana ini sukses merangkai judul yang punya hook dengan memainkan sisi penasaran manusia. Membaca judul EP ini saja sudah meningkatkan rasa itu hingga bisa menciptakan gelombang pendengar baru hanya karena tertarik akan tulisan di sampulnya.

Namun bukan berarti caldera tidak menciptakan materi yang kuat. Semuanya dimulai dengan lima lagu yang dipresentasikan dalam judul dengan huruf depan "R" dan hanya menggunakan satu kata saja. Semua diawali oleh "Resah" lewat melantunkan melodi nyanyian satu kata yang dikreasikan sebagai bentuk teriakan dari setiap rasa di hati perempuan tanpa harus menceritakan ke sekitarnya. Tanpa banyak kata-kata, ada kesedihan, kemarahan, dan kebingungan ketika meresapi "Resah".

Ketika track pembuka memasuki detik-detik akhir, caldera tidak membuatnya tertutup dengan memberikan tanda khas kepada pendengar. Tiba-tiba berhenti dalam satu posisi yang janggal untuk berpindah masuk ke "Renung". Sebuah movement yang wajib diapresiasi karena membuat kita memperhatikan lagu kedua ini dengan lebih saksama.

"Renung" menjadi single andalan kalau melihat ada logo bintang di laman Apple Music dari EP ini. Ternyata memang ada bintang yang menyala kecil namun tetap terlihat dari kejauhan saat mendengarkannya. Nada mendayu yang mendekati keroncong sebagai ciri khas nyanyian caldera menciptakan komposisi indah nan catchy. Bahkan saat masuk ke chorus, arti sebenarnya lagu ini merekah dengan sendirinya.

caldera menjadikan "Renung" sebagai wadah curahan hati para perempuan yang punya sikap ingin menjadi sosok independen namun di sisi lain, tetap membutuhkan sosok pria untuk melengkapi hidup yang tidak selamanya berjalan baik-baik saja. Masih ada sifat alamiah yang ingin disayang, dirawat, dan dimanja oleh lawan jenis tanpa harus membuat diri menjadi di bawah kendalinya.

Di tengah-tengah tracklist Rona Merah Pipi Tak Selalu Berarti Tersipu, terselip "Rabun" yang sudah tidak perlu dibicarakan lebih jauh karena verse keduanya benar-benar membunuh secara perlahan. Intinya, caldera ingin membuat kita memahami mencari jawaban nan samar dengan kondisi yang harus menyadari takdir; karena takdir tidak akan pernah mengkhianati.

"Ranjang" bergerak secara seamless, tanpa batasan dan aturan baku. Tidak ada pengulangan part yang menjadi bentuk representasi cerita di balik lagu ini. Sesuai judul dan rangkaian liriknya, "Ranjang" merayakan format kepolosan pasangan yang hidup untuk hari ini karena dibuai cinta tanpa harus memikirkan masa depan. Pada akhirnya, semua akan bisa dilalui ketika gelora asmara itu terus membara.

Jika boleh memilih lagu mana yang paling personal bagi caldera, maka harus diakui kalau "Rekah" adalah jawabannya. Mutia menciptakan lirik yang menceritakan dirinya sendiri hingga bisa membentuk moniker bernama caldera. Kalau itu belum cukup, lagu dengan durasi paling panjang ini diejawantahkan sejujur-jujurnya, bahkan dengan pembentukan lirik yang lebih straight to the point tanpa memainkan pengandaian yang lebih luas.

Mendengarkan Rona Merah Pipi Tak Selalu Berarti Tersipu dari awal sampai akhir, lalu diulang lagi, akan membuat kalian sadar terhadap potensi besar caldera. Tanpa harus membandingkan dengan beberapa solois perempuan lainnya yang sudah lebih dulu meroket, caldera punya masa depan cerah dengan bekal yang cukup kuat. Jika selanjutnya ia bisa membuat karya yang lebih monumental lagi, maka kita akan lebih sering melihat namanya dalam pamflet-pamflet acara musik di luar sana.

(tim/DIR)

Author

Timotius P

NEW RELEASE
CXO SPECIALS