Interest | Art & Culture

Menceritakan Split EP Setengah Mati dari Rekah x White Chorus

Senin, 21 Oct 2024 19:00 WIB
Menceritakan Split EP Setengah Mati dari Rekah x White Chorus
Menceritakan Split EP Setengah Mati dari Rekah x White Chorus/ Foto: Instagram.com/xduatujuhx
Jakarta -

Instagram menghantarkan informasi penting tentang rilisan terbaru duo electro pop/trip hop White Chorus yang seperti menjadikan tahun 2024 sebagai rentang tersibuk mereka. Setelah do you guys wanna listen to some electro-pop music? yang membawa ke jenjang musik lebih lebar, sekarang mereka memutuskan untuk berangkulan dengan unit skramz/blackgaze Rekah melalui sebuah Split EP bertajuk Setengah Mati.

Pertama kali membaca judul EP ini terasa biasa saja. Tidak ada pikiran tentang apa makna di baliknya. Namun setelah mulai menyelami satu per satu lagu, akhirnya "setengah mati" menjadi bentuk usaha merangkai hidup yang tidak selamanya indah, namun berusaha diolah lebih baik. Dan semuanya tergambar dari keempat lagunya.

Cerita Split EP Setengah Mati Rekah dan White Chorus

Split EP merupakan salah satu bentuk format rilisan yang cukup menarik. Biasa dilakukan oleh band underground, minimal ada dua nama yang merilis lagu mereka masing-masing namun bernafaskan kesamaan tema atau genre. Kalau membandingkan musik White Chorus dan Rekah, sudah jelas bagaikan surga dan neraka. Itulah kenapa mereka mencoba jumpa tengah dengan membawa tema senada.

Rekah adalah nama pertama yang tampil di Setengah Mati lewat lagu "Melukis Memar di Langit Ibu". Bayangan tentang pahitnya kehidupan rumah tangga langsung terdengar dari spoken word pada titik berangkat. Lagu ini memang mengangkat permasalahan kekerasan terhadap istri dan perempuan yang sampai saat ini masih terjadi hingga menyentuh angka ribuan. Kata-kata "Ayah / Bisakah kau berhenti / Melukis memar pada langit ibu?" membuka pintu gerbang dari geram amarah khas Rekah. Suara dari hasil pengkhianatan yang mengotori pertalian darah dan janji "hingga maut memisahkan".

Blast beat dan scream penuh emosi membawa kita masuk ke pengalaman emo paling mentok karena dibenturkan oleh tema tersebut. Jangankan untuk orang yang mengalami permasalahan yang sama. Bagi pendengar yang kehidupan keluarganya harmonis saja, sudah seharusnya merasakan kesedihan di dalamnya. Semuanya menjadi lengkap saat chorus mendayu tercipta sebagai puncaknya. Benar-benar catchy dalam skala lebih tinggi.

White Chorus langsung mengambil alih kegeraman Rekah dengan kembali ke akar musik trip hop melalui "Normal". Emir dan Friska tetap membawa tren lirik bahasa Indonesia mereka di lagu ini; sebuah usaha yang patut diapresiasi karena cukup berbeda kalau mau dibandingkan dengan band-band lainnya.

"Normal" mengajak kita berkaca melalui lagu yang mempertanyakan "apa itu hidup?" secara gamblang. Lagu ini pasti relate ke banyak orang yang setiap hari harus menjalankan rutinitas tapi belum mengerti untuk apa ini semua dilakukan, atau ujungnya mau sampai mana. Terkadang pertanyaan tidak bisa dijawab secepatnya. Waktu yang hanya bisa menjawab, sekaligus bisa sedikit ditutupi dengan perasaan mendamba agar setidaknya ada titik pencapaian yang lebih disederhanakan.

WHITE CHORUS DAN REKAH SALING MEMBERI PENGHORMATAN

Setengah Mati tidak hanya menjadi wadah bagi White Chorus dan Rekah untuk berkarya dengan cara normal. Mereka juga saling memberi penghormatan lewat langkah cross cover; Rekah dengan "Amarah" dari album LIMBO (2023), sedangkan White Chorus dalam "Kabar Dari Dasar Botol".

Versi asli "Amarah" yang tenang dibalik 180 derajat menjadi epic nan megah oleh Rekah. Ada bayangan bagaimana respons dari penonton di ruangan sempit dan gelap kalau lagu ini dibawakan Rekah secara live. Pada babak pertama, kita semua akan headbanging bertempo lambat sesuai ketukan drumnya, lalu mulai merusuh saat paruh kedua lagu ini disenandungkan. Aneka gaya bermusik band asal Jakarta ini membuat mereka serbaguna tanpa harus terdengar trying too hard.

Sekarang giliran White Chorus memberikan pendekatan trip hop lewat "Kabar Dari Dasar Botol". Kalau mendengarkan versi Rekah, lagu ini seperti kesendirian di sisi jalanan Jakarta yang mulai sepi dari motor lalu lalang, sambil mencekik satu botol berisi cairan ungu menghitam. Sedangkan versi White Chorus terdengar bagaikan lingkaran pertemanan yang saling memberikan penghiburan namun diiringi tembakan lampu berwarna, ruangan dingin dengan kepulan asap, dan layar proyektor menayangkan lirik lagu dari Spotify. Sama-sama berteriak mencari kesadaran yang disebabkan keinginan menemukan jawaban hidup.

Usaha saling memberikan tribute ini menjadi cara ampuh membedakan Setengah Mati dengan Split EP lainnya. Kalau bahasa anak marketing, di sinilah unique selling point yang mewajibkan kalian wajib mendengarkan keempat lagu ini. Sekarang tinggal mencari kesedihan dari permasalahan yang mana; karena White Chorus dan Rekah menyajikannya lengkap dalam beberapa gaya musik untuk membuatnya lebih segar sekaligus bernas.

(tim/tim)

Author

Timotius P

NEW RELEASE
CXO SPECIALS