Interest | Art & Culture

Homicide Menziarahi 'Barisan Nisan', 20 Tahun Kemudian

Senin, 30 Sep 2024 23:36 WIB
Homicide Menziarahi 'Barisan Nisan', 20 Tahun Kemudian
Homicide Menziarahi 'Barisan Nisan', 20 Tahun Kemudian/ Foto: Grimloc Records
Jakarta -

Peringatan darurat atas stabilitas negara berkumandang lantang pada sejak akhir Agustus kemarin. Bulan yang selama ini disambut gebyar-gebyar demi memperingati terbentuknya Republik Indonesia harus dikotori oleh tangan-tangan para pembesarnya sendiri. Berangkat dari sana, penyebutan September Hitam menjadi efek domino yang diberkati dari catatan pelanggaran HAM dan penindasan negara di ingatan sejarah; karena tidak tertulis dalam buku yang dipelajari di institusi pendidikan.

Memang yang namanya takdir takkan pernah mengkhianati para penerimanya. Saat semua peristiwa September Hitam dijahit sedemikian rupa menunjukkan segala jenis ketidakadilan, Morgue Vanguard dan DJ Evil Cutz menziarahi sudut pemakaman demi kuburan dengan nisan bertuliskan "Homicide". Keduanya menggali kubur grup hip hop mereka sendiri demi memperingati perilisan album Barisan Nisan yang tepat pada bulan ini telah memasuki umur 20 tahun; angka kutukan yang memaksa setiap pemerolehnya menjadi dewasa.

Menziarahi 'Barisan Nisan' dari Homicide

Jika hidup kita saat ini adalah film, maka soundtrack yang paling layak mengiringi adegan demi adegan adalah Barisan Nisan (20th Anniversary Revisited). Grimloc Records merilis album ini tanpa panjang lebar yang disambut besarnya animo masyarakat penikmat karya Homicide. Jiwa-jiwa hasrat pembangkangan masih terus hidup dan mengakar untuk mendatangi kembali pengguntingan pita Homicide di gorong-gorong bawah tanah bernama "industri musik lokal".

Morgue Vanguard dan DJ Evil Cutz tidak membiarkan karya ini didengar kembali lewat komposisi yang standar, layaknya pemerintah yang melakukan reshuffle melalui tawar menawar jatah kursi. Kondisi sekarang membuat semuanya harus lebih gelap, baik dari aransemen hingga artwork yang dipilih.

Ketika sampul Barisan Nisan edisi pertama bermain dengan semiotika simbol ala Ferdinand de Saussure, kini Bahrull Marta diminta meinterpretasikan atmosfer kekelaman secara lebih dalam. Sebelum memasuki setiap nomor yang ada, maka sebaiknya amati dulu sampulnya. Judul album ini digambarkan secara lebih gamblang dengan goresan cat yang dibiarkan turun mengikuti hukum gravitasi secara alamiah; seperti semangat hidup yang timbul pada 10 tahun lalu tapi memudar seiring janji-janji terlupakan.

Ia menggoreskan setiap nisan yang membentuk barisan dengan kondisi yang tidak semuanya bagus, melainkan sama buruknya. Barisan nisan dari Bahrull dilengkapi dengan citra berbentuk bulat di bagian atas yang seakan menggambarkan matahari yang memayungi pemakaman tanpa nama tersebut. Matahari ini sepertinya diambil dari kalimat pertama lagu "Barisan Nisan": "Matahari terlalu pagi mengkhianati". Suatu penggambaran yang mampu membuat bulu kuduk berdiri dengan sendirinya. Apalagi ketika kita mulai menziarahi satu per satu lagu yang dipugar oleh Homicide.

Ada usaha untuk membandingkan setiap lagu yang dibawakan di sini berdasarkan versi pertama dan versi 20 tahun. Namun tanpa perlu melakukan hal itu, kalian akan tersadar kalau kemuakan dari setiap ludah Morgue Vanguard lebih terasa berat. Raga yang semakin menua tapi keadaan masih begitu-begitu saja melahirkan aransemen yang tetap didukung oleh barisan wajah lama dan tamu baru. Selain Addy Gembel dan Mali, masih ada Widi Sulistya dari SSSLOTHHH; Luckyta Akbar dari Extincted; Tesla Manaf dari Kuntari; Vladvamp dari Koil; juga performa purba Rully Sabhara dan Wukir Suryadi dari Senyawa.

Setiap nama di atas membawa warna berbeda demi melahirkan kembali "Senjakala Berhala", "Garnisun Arang", "Barisan Nisan", "Rima Ababil", "Nekropolis", "Membaca Gejala dari Jelaga", hingga "Yang Bersembunyi di Balik Kabut" sebagai salah satu lagu baru di sini. Belum lagi pendekatan berbeda yang harus dilakukan Morgue Vanguard setelah Sarkasz tidak ikut dalam perayaan ini. Ranah rima, lirik, dan beragam teknik menjadi arena bermainnya untuk membuat Barisan Nisan semakin mendekati kesadaran personal.

DJ Evil Cutz memodifikasi setiap lagu dengan beat yang tetap menggabungkan musik boom bap dan kasarnya deru gerbong musik industrial-slash-hardcore-slash-noise. Didukung oleh Jaydawn dalam proses rekaman, apa yang dilakukan dari sektor musik masih membawa tipikal Homicide bahkan setelah mereka mati lalu dihidupkan kembali. Suatu formula musik yang tidak memiliki kecacatan dan sulit diduplikasi oleh unit hip hop lain di tanah air.

Di luar urusan romantisme atas karya terbaru Homicide, ada rasa bergidik dari alasan kenapa mereka harus hadir kembali pada tahun ini. Mau mencari jawaban menggunakan daftar pertanyaan 'Adiksimba' atau meniatkan diri melihat portal berita yang semakin mendegradasikan harapan kita, rasa kesal yang hadir hanya menjadi bukti; kalau sampai nama seantik Homicide harus bangun dari tidur panjangnya, maka keadaan saat ini sudah terlalu durjana. Dan Barisan Nisan (20th Anniversary Revisited) jadi bentuk pelunasan dari tagihan atas nama perlawanan.

(tim/DIR)

Author

Timotius P

NEW RELEASE
CXO SPECIALS