Interest | Art & Culture

Dengar dan Ulas Double Single Good Gestalt

Rabu, 25 Sep 2024 18:00 WIB
Dengar dan Ulas Double Single Good Gestalt
Review Double Single Good Gestalt/Foto: Good Gestalt
Jakarta -

Permainan cap-cip-cup selalu mengasyikkan saat kita membawanya ke ranah musik. Coba buka Spotify-mu, lalu masuk ke dalam section rabbit hole bernama Fans Also Like karena dapat membawamu ke dalam dengung suara baru yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Pengalaman ini membuat khazanah musik kita tidak akan berjalan di tempat, termasuk saat ada sebuah press release masuk dari Good Gestalt, sebuah unit indie pop dari Jakarta yang hidup kembali setelah hiatus lima tahun lamanya.

Good Gestalt terdiri dari Ariel, Yoga, Farras, dan Farrah yang dipertemukan di bawah satu payung institusi perkuliahan pada 2019 silam. Era pandemi yang lebih banyak sisi menyebalkan sangat memengaruhi Good Gestalt, sampai-sampai harus tertidur cukup lama hingga akhirnya sekarang mereka telah merilis double single bertajuk "Ride Back Home" dan "Where Do You Go to Seek Solace?".

Melalui rilis yang diterima, mereka mengaku terinspirasi musik-musik dari Adventures, Citizen, Fiddlehead, Pity Sex, sampai Beabadoobee. Semuanya dilebur oleh Good Gestalt lewat emosi terdalam yang diluapkan dengan emo sebagai cherry on top. Maka terjadilah double single yang sudah bisa didengarkan melalui Spotify mereka.

Setelah beberapa hari terus menyisipkan kedua lagu tersebut di dalam hari-hari saya, muncul beberapa buah pikiran dari "Ride Back Home" dan "Where Do You Go to Seek Solace?". Lahir perasaan yang membangkitkan minat untuk terus mendengarkan, tapi di sisi lain masih menunggu sampai mana potensi mereka bisa ditekan maksimum.

Review Double Single Good Gestalt

"Ride Back Home" menjadi lagu pertama yang saya dengarkan di tengah-tengah perjalanan menuju kantor; sejujurnya sedikit ironi. Berdasarkan pattern intro drum yang selalu mengingatkan saya kepada "Only Shallow" dari My Bloody Valentine, 30 detik pertama langsung muncul plot twist yang sempat membuat saya langsung melihat layar smartphone. Sebuah perubahan tempo mengakibatkan dahi mengenyit seketika karena sangat jarang ada momen-momen seperti ini saat mendengarkan lagu band lokal. Rasa penasaran berhasil tumbuh dengan sendirinya.

Ternyata twist yang ditanam Good Gestalt terus berlanjut sampai menuju klimaks lagu. Saya membayangkan akan ada sedikit sesi headbanging jika nanti "Ride Back Home" dibawakan di atas pentas karena komposisi yang merasuk pelan nan dingin tanpa harus memainkan distorsi setebal-tebalnya. Belum lagi bassline dengan irama post punk di bagian bridge. Ada kenikmatan cukup besar dari lagu ini dengan nyanyian yang sama menariknya.

Kadang ada prasangka kalau band-band baru sering menggunakan teknik twist lewat perubahan tempo sebagai cara untuk menarik perhatian pendengarnya. Setidaknya bisa bikin kita sedikit kaget karena berpikir "kok tiba-tiba gini?" ketika mendengar pertama kali. Tidak tahu apakah Good Gestalt mencoba komposisi ini lewat pemikiran seperti itu, akan tetapi tidak serta merta mematahkan penilaian bahwa "Ride Back Home" merupakan awal perkenalan yang menarik.

"Where Do You Go to Seek Solace?" merupakan nomor yang lebih normal kalau dibandingkan lagu pertama. Mereka bermain lebih kalem layaknya angin; let it flow saja. Sedikit nyanyian monoton, banyak petikan tebal dari gitar dan bass. Lembar lirik yang dikirimkan menyadarkan lagu ini cukup pendek dari segi rangkaian kata. Inilah yang membuat penilaian soal irama konstan menjadi hadir. Ada perasaan kalau Good Gestalt sudah menganggap komposisi ciptaan mereka sudah catchy, jadi kenapa tidak dibuat berulang-ulang terus saja? Namun kelemahan dari pendeknya lirik melahirkan perasaan bosan.

Semakin mencoba masuk ke dalam, akhirnya yang ditunggu-tunggu tiba, yaitu solo gitar yang bergerak untuk memecahkan kejemuan dari "Where Do You Go to Seek Solace?". Walau tidak terlalu signifikan namun cukup kuat demi mengembalikan kesadaran untuk mendengarkan lagu ini lebih serius. Karena jujur saja, ketika sudah memasuki setengah perjalanan lagu, pikiran kita dapat ke mana-mana seakan membuat karya ini hanya menjadi background dari aktivitas yang lagi dilakukan saat itu.

Double single Good Gestalt harus diakui berhasil menggambarkan inspirasi yang mereka tulis di dalam press release secara total. Mungkin yang bisa dicatat hanya ada sisi kurang matang secara keseluruhan. Tidak tahu bagian mana atau apanya—dari musik, vokal, atau penulisan lirik—tapi tetap ada rasa mentah. Sepertinya ini hanya persoalan jam terbang saja.

Begitu juga dengan keunikan yang harus mereka temukan. Baik dari segi komposisi atau sound khas yang sebaiknya diciptakan demi membedakan diri di tengah gempuran band-band newcomer. Namun di antara double single ini, "Ride Back Home" benar-benar bisa jadi ujung tombak dari Good Gestalt untuk mulai bergerilya di playlist Spotify kalian dan panggung-panggung kecil bagaikan bibit yang masih harus terus disiram sehari-hari, sebelum nanti nama mereka dapat tumbuh lalu mekar. Semoga saja.

(tim/DIR)

Author

Timotius P

NEW RELEASE
CXO SPECIALS