Duo Gallagher bersaudara, Liam dan Noel, akhirnya mau menurunkan gengsi masing-masing demi kemaslahatan band yang membesarkan nama mereka sendiri. Oasis sudah memastikan reuni pada tahun 2025 lewat rangkaian tur di beberapa kota di Inggris dan Irlandia seperti Manchester, Edinburgh, dan Dublin dalam tajuk 'Live '25'.
Kabar yang disambut riuh rendah masyarakat yang besar pada tahun 90-an hingga pertengahan 2000-an menjadi bukti bahwa britpop tidak pernah mati. Walaupun living legend genre ini sudah sempat menunjukkan tanda-tanda "hidup segan, mati tak mau", untungnya kekacauan tahun ini sedikit terobati oleh kembalinya Oasis di atas panggung.
Pentingnya Reuni Oasis
Reuni Oasis memang tidak pernah padam layaknya bara yang masih terus menyala. Liam dan Noel dalam beberapa kesempatan, yang pastinya terpisah, selalu membuka jalan terkait kembalinya formasi utama Oasis.
Kesibukan karier solo yang dijalankan keduanya hanya menjadi selingan dari 15 tahun bubarnya band ini. Repertoar Oasis pun masih berani mereka nyanyikan di bawah bendera berbeda. Ditambah dengan hanya sedikit fans yang terbagi dalam dua kubu ketika konflik keduanya masih membara. Intinya, Oasis tidak pernah ditinggalkan pendengarnya, apalagi saat lagu-lagu mereka masih sering dinyanyikan dalam karaoke night bar-bar di penjuru Indonesia.
Bisa dibilang reuni Oasis menjadi penting di mata blantika musik dunia dalam beberapa faktor. Mereka termasuk menjadi salah satu band terpenting yang mengobarkan britpop hingga masuk ke Indonesia dengan sebutan "indies". Belum lagi pengaruh musik mereka yang terus diikuti oleh banyak orang, baik nama-nama besar hingga band yang mengaku sebagai unit musik tribute untuk Oasis lewat dandanan sampai aksi panggungnya.
Influence besar dari Oasis tidak bisa dimungkiri lagi oleh siapapun. Orang-orang yang membenci langkah Liam dan Noel selama ini pun pasti akan sedikit memerhatikan comeback-nya mereka. Bohong jika masih ada rasa tidak peduli sebesar itu ketika terkadang mulut ini masih ikut bernyanyi secara spontan saat "Don't Look Back in Anger" diputarkan.
Coba liat video penampilan Oasis saat membawakan "Slide Away" pada tahun 2009, beberapa bulan sebelum seutuhnya bubar. Liam yang dalam kondisi pita suara terburuknya masih tetap bernyanyi seperti tidak ada hari esok. Begitu juga dengan Noel yang tiba-tiba menjadikan solo gitar di outro sangat emosional. Niat itu masih ada, tapi keadaan tidak lagi memungkinkan.
Dinginnya hubungan sedarah ini terpancar dari bagaimana "Slide Away" harusnya dinyanyikan bersahut-sahutan pada bait terakhir sambil diikuti teriakan "What for!" dari mereka berdua. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Liam memilih duduk termangu dengan wajah kalut, sedangkan Noel mengambil alih vokal demi sedikit memperpanjang nafas Oasis yang sudah tersengal-sengal.
Liam dan Noel Gallagher/ Foto: YouTube |
Penampilan tersebut menjadi bentuk sempurna betapa hancurnya hubungan personal yang sudah mendekati akhir; penonton yang tidak memberikan rasa positif; jutaan konflik kecil yang ditumpuk; dan kesadaran penuh bahwa Oasis memang sudah tidak bisa dilanjutkan lagi.
Hey, tapi itu 15 tahun yang lalu. Sekarang kita bisa menikmati video di atas dengan perasaan lebih lega. Rasa kangen penggemar Oasis melihat Liam dan Noel dalam satu tangkapan kamera yang sama sudah terwujud dalam photoshoot yang telah mereka lakukan sebulan lalu. Begitu pun dengan janji yang pasti sudah tercatat lewat hitam di atas putih untuk tur "lokal" mereka pada tahun depan.
Jika boleh meminjam lirik "Slide Away", maka sekarang kita bisa membayangkan betapa bahagianya menikmati Oasis sambil terus mengingat lirik, "Don't know, don't care, all I know is you can take me there".
Take us there, Oasis.
(tim/DIR)