Film Bollywood nan fenomenal sudah menghibur para penonton TV sejak awal dekade 2000-an. Sebut saja Kuch Kuch Hota Hai, Mohabbatein, atau Three Idiots dengan membawa cara bercerita lewat konflik beragam untuk menciptakan pengalaman yang tidak terlupakan. Walaupun sering dikenal cheesy lewat nyanyian di tengah-tengah film atau special effect yang terlalu jauh dari imajinasi film normal, sineas India memang tidak pernah gagal untuk memberikan persembahan berbeda setelah kita lelah dicekoki film lokal dan Hollywood.
Setelah sempat tidak memiliki judul yang bisa menarik perhatian khalayak ramai, akhirnya film India berhasil menunjukkan pergerakan masifnya bersama Maharaja. Judul yang cukup mudah diingat ini bisa dinikmati di Netflix dengan sinopsis yang sangat sederhana. Bagaimana ada seorang bapak bernama Maharaja yang sedang mencari "pencuri" lewat cara yang di luar nalar. Sebuah jalan cerita yang membawa kita penasaran setelah mengetahui premis yang terasa mudah diikuti dalam durasi 2 jam 20 menit.
Review 'Maharaja'
Maharaja membawa tren yang menjadi ciri khas industri film India Selatan. Tidak banyak yang tahu kalau film-film dari wilayah tersebut selalu mengangkat konflik yang berhubungan dengan culasnya pemerintah, pihak berwenang, dan kritik sosial yang mendalam. Informasi tambahan ini membuat kita semakin membayangkan apa yang akan terjadi ketika Maharaja sedang diputar.
Pace cerita Maharaja terasa cepat dengan tidak banyaknya dialog di dalamnya. Tema action dan revenge yang muncul saat membuka laman film ini langsung terasa dari awal. Kematian yang tragis; lalu jalan hidup Maharaja sebagai tukang cukur di tempat pangkas rambut; serta kehidupan sehari-hari yang sederhana tapi menyedihkan; semuanya ada di dalam film ini.
Sebenarnya ada momen-momen di mana jalan ceritanya terasa menyenangkan. Namun, karena kita sudah membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya, maka ada perasaan menunggu kapan suasana ceria ini berubah 180 derajat. Transformasi nuansa film ini pun akhirnya mulai berubah perlahan-lahan dengan mengutak-atik jalan cerita yang harus diperhatikan dengan seksama.
Maharaja membawa gaya flashback di beberapa momen dengan maksud yang sama pentingnya dengan masa sekarang. Kita yang mulai mengikuti alur cerita akan terus memperhatikan layar tanpa berusaha mencari waktu ke toilet atau mengambil cemilan. Maharaja seakan-akan menghipnotis kita lewat membangun rasa penasaran kenapa kasus "pencurian" itu terjadi.
Belum lagi dengan karakter Maharaja yang diperankan Vijay Sethupathi karena membawa sisi lain dirinya. Uniknya, tidak banyak yang bisa diketahui tentang sang jagoan dari jalan ceritanya. Kita tidak pernah dikasih tahu latar belakang Maharaja itu apa dan siapa. Bukan cuma dari aktingnya saja, tapi bagaimana kekuatan Maharaja sangat besar dengan sisi emosional yang cukup tenang. Begitu juga cara komunikasinya yang sempat mengingatkan atas sindrom autisme. Karakter ini benar-benar hadir secara misterius layaknya superhero yang terlahir tanpa disadari.
Walaupun Maharaja memang tidak membawa informasi secara gamblang dari karakter utamanya, tetap terasa pas karena tidak mengurangi esensi penting dalam menjelaskan filmnya. Semuanya tepat dan akan mudah dinikmati oleh para pecinta film action. Hanya saja yang menjadi pekerjaan rumah bagi para penonton adalah seberapa besar otak kita bekerja dalam mengatur setiap flashback dengan dunia sekarang. Di luar itu semua, kalian akan merasa enjoy ketika menikmati Maharaja yang mengambil inti dari quote: "karma is a bitch".
(tim/alm)