Mencari film horor di layar bioskop Indonesia cenderung pekerjaan mudah. Setiap minggunya, kita bisa saja meniatkan diri untuk mencari ketegangan dalam cita rasa horor yang disajikan oleh sineas lokal, maupun internasional. Dengan berbagai cara marketing yang dilakukan, gimmick yang terasa nyata membuat film horor memiliki cara tersendiri dalam menarik perhatian. Termasuk Longlegs, karya terbaru Oz Perkins yang dirilis dengan didahului penyebaran ketakutan di media sosial.
Bukti dari betapa menyeramkan film ini mulai dibangun secara pelan tapi pasti dari potongan video dalam satu adegan interogasi yang diperkirakan menjadi hook utama. Penampilan Nicolas Cage sebagai sang pembunuh berantai dengan nama yang sama seperti judul film ini pun menjadi bumbu tambahan dari apa yang disajikan Longlegs. Setelah dirilis di Indonesia beberapa hari lalu, akhirnya cara marketing dari Longlegs bisa dibuktikan secara nyata. Apakah benar semenyeramkan itu?
Review 'Longlegs'
Sinopsis Longlegs terbaca dengan sederhana. Ada seorang pembunuh berantai bernama Longlegs yang sudah muncul dari tahun ke tahun dengan skema korban yang sama di sebuah kota. Lalu pihak berwenang alias FBI langsung turun tangan dalam memburunya. Namun seiring berjalannya menit film ini, kita dibawa ke dalam sebuah lubang yang dalam dan gelap tentang keterkaitan Longlegs dengan para pemburunya sendiri. Pemburu yang diburu, jika ingin digambarkan secara lebih mudah. Namun ternyata ujungnya mereka saling memburu dengan pendekatan horor mencekam nan sunyi.
Oz Perkins sebagai sutradara memang dikenal paham betul tentang bagaimana mengambil cinematography yang menawan. Kita lupa kalau film ini sebetulnya bergenre horror thriller yang seharusnya membuat kita takut melihat layar. Namun kalau kamu sempat mengalihkan pandangan, maka akan ada kesempatan untuk tidak bisa menikmati keindahan dari gambar demi gambar yang disajikan.
Melihat keindahan yang sama, terkadang membuat kita sedikit melupakan tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Saat semuanya mulai sunyi, suara keras nan menghentak bisa saja muncul secara tiba-tiba. Jurus yang ampuh dalam menghipnotis para penonton agar kaget seketika.
Tidak banyak yang bisa diceritakan tentang jalan cerita Longlegs. Ketika semuanya semakin terbuka lebar, di sanalah muncul visi misi dari apa yang membuat sang pembunuh berantai melakukan tugasnya. "Hail Satan!" katanya beberapa kali. Kalimat yang sama pun keluar dari mulut seseorang yang dianggap innocent, tapi sudah tercium bau mencurigakan saat kita menikmati film ini.
Hate-relationship atas sosok Nicolas Cage sebagai monster membuat saya sendiri penasaran. Sebagus apa penampilannya di sini? Dengan wajah pucat yang didukung cekatannya divisi make-up dari produksi Longlegs sempat membuat muncul sensasi bergidik. Apalagi kita selalu dibuat penasaran dengan seberapa mengerikan wajahnya. Sayangnya, saat benar-benar ditunjukkan dengan jelas di layar bioskop, termasuk dalam adegan interogasi yang menjadi gimmick pertama, ternyata tidak seperti yang diharapkan.
Ditambah lagi, sekte satanis yang menjadi latar belakang Longlegs semakin diperkuat dengan gimmick tambahan. Bukan lagi soal penampilan Nicolas Cage sebagai Longlegs, melainkan munculnya baphomet dalam beberapa scene yang membuat kita makin penasaran. Penasaran untuk memperhatikan sudut-sudut layar yang terlalu gelap, hingga akhirnya malah membuat kita lupa memperhatikan dialog yang hadir pada saat yang sama.
Jadi apakah Longlegs menjadi layak ditonton dengan gimmick yang cukup masif? Saya rasa film ini bisa memenuhi ekspektasi kalian yang suka dengan film horor slow-burn. Perlahan-lahan membuat kita semakin merasa penasaran dengan apa ujung dari cerita ini. Lebih beruntung lagi, durasi 1 jam 40 menit sangat cukup memuat jalan cerita Longlegs.
Tidak ada part yang dinilai terlalu bertele-tele sampai membuat kita bosan berduduk diam sambil siaga untuk jumpscare selanjutnya. Melihat pertempuran layar bioskop yang semakin sengit menuju akhir Juli, sebaiknya disegerakan menonton Longlegs di bioskop terdekat. Terlalu sayang untuk melewati keindahan rekam jejak dari film Oz Perkins yang satu ini.
(tim/DIR)