Band gahar asal ibu kota, Amerta, resmi merilis single berjudul "Hejira". Lagu penuh gemuruh ini merupakan karya perdana sang unit post/sludge/power metal semenjak menyandang formasi terbaru per tahun 2022 lalu.
Diperkuat kuintet: Raja Panggabean (gitar), Auliya Akbar (drum), Anida Bajumi (bass), Techa Aurellia (vokal), dan Lody Andrian (synthesizer), materi teranyar Amerta kali ini juga kembali melibatkan sang mentor, Ricky Siahaan, yang mengambil peran sebagai produser.
Sebagai karya kolektif Amerta—di wajah terbaru—"Hejira" disebut memuat banyak sentuhan personal dari masing-masing member. Dengan kata lain, track berdurasi 5 menit 49 detik ini merupakan buah eksplorasi terbaik dari kelima anggota, yang mengaku sangat menikmati proses pembuatannya.
"Semua punya keterlibatannya masing-masing," ujar Anida Bajumi, pada keterangan pers. "Workshop dan brainstorming kami lakukan berkali-kali. Bagi saya pribadi, lagu ini sangat menyenangkan untuk dimainkan, terlebih lagi pada alur permainan bassnya. Seperti beberapa lagu Amerta lainnya, struktur 'Hejira' tidak ketebak dan memiliki elemen berbagai genre yang menginspirasi kami. Dari post-metal, post-hardcore, sampai post-punk."
Peran Ricky Siahaan
Semenjak dicetuskan Raja Panggabean dan Auliya Akbar di Melbourne, Australia, kemunculan Amerta di scene cadas dalam negeri memang tidak bisa dipisahkan dari sokongan Ricky. Tidak terkecuali, sewaktu mereka meracik "Hejira".
"Ricky Siahaan sebagai produser selalu mendorong potensi kami dan memaksa kami to think outside of the box. Peran Ricky sangat penting terutama pada berbagai vokal di lagu Amerta," kata Anida.
Serupa dengan sang basis, Raja turut menguraikan peran krusial sang produser bagi Amerta. "Ricky itu punya intuisi dan sensitivitas yang dalam terhadap musik secara general," ucap Raja. Baginya, gitaris Seringai itu juga mampu menjadi penengah yang proporsional bagi ego dan ideal dari masing-masing personel Amerta.
Peran pivotal Ricky juga kentara saat Amerta merumuskan lirik "Hejira", yang secara lebih luas, diharapkan dapat menjadi karya musik paling kohesif yang mereka buat bersama. "Treatment kami terhadap vokal adalah sebagai instrumen, bukan hanya sebagai sarana untuk menyampaikan makna," tutur Lody.
"Saat rekaman vokal 'Hejira', kami sampai harus mengosongkan bagian chorus karena ternyata lirik yang ditulis saat itu belum menemukan pelafalan yang kami rasa tepat. Jadi, Techa mengembangkan alternatif lirik lagi dan dicoba pada sesi rekaman berikutnya."
Pada proses tersebut, peran Ricky sebagai produser sekaligus audiens pertama kian krusial. Menurut Lody, Ricky dengan wawasan dan pengalamannya mampu mengarahkan lirik "Hejira" di poros kreatif dan estetik, selagi memastikan porsi emosional, anthemic, dan pembawaan slengean ala Amerta terkandung seluruhnya di lagu ini.
Menuju Album Penuh
"Hejira" bukan hanya hadir sebagai katalog terbaru dari Amerta. Menyusul duo single "Bleeker" (2020) dan "Chevron" (2022), lagu anyar ini juga akan menjadi pintu bagi proyek album yang tengah dipersiapkan, dan siap dirilis dalam waktu dekat.
Di samping itu, "Hejira" juga akan dilengkapi visualizer garapan Dena R. Prabandara yang akan tayang di YouTube, sedangkan artwork lagu ini diambil oleh fotografer Adi Putra.
(cxo/alm)