Interest | Art & Culture

FOMO Bikin Event Berujung Gagal

Jumat, 19 Jul 2024 18:02 WIB
FOMO Bikin Event Berujung Gagal
Foto: Unsplash
Jakarta -

Pasca pandemi, event-event hiburan banyak bermunculan untuk memuaskan 'dahaga' masyarakat kita yang kurang lebih 2 tahun terbatasi. Event-event semacam festival musik misalnya, kini telah menjadi suatu kebutuhan 'healing' anak-anak muda. Tak heran, banyak event organizer (EO) baru pun bermunculan ke permukaan membuat event yang kurang lebih hampir sama.

Fear of Missing Out (FOMO) karena ingin sukses seperti acara yang sudah-sudah pun kebanyakan jadi alasan banyaknya bermunculan EO-EO baru yang mencoba peruntungannya. Ada yang benar-benar sukses memberikan konten yang unik dan out-of-the box, hingga meng-upgrade-nya menjadi sebuah 'standar' event yang berakhir sukses.

Namun tidak semua EO berhasil memberikan performa yang terbaik, konten berbeda dari yang lain, atau sekadar memenuhi ekspektasi. Dalam kurung waktu 2 tahun terakhir pun, begitu banyak event yang gagal hingga merugikan para penonton atau pengunjung yang hadir. Seperti permasalahan perizinan lahan untuk mengadakan acara, keamanan acara, masalah antara EO dan artis, sampai kasus EO yang sampai menggelapkan uang demi kepentingan pribadinya.

EO Abal-abal

Belum lama ini, jagad dunia maya dihebohkan dengan kasus sebuah event di Tangerang yang berujung ricuh karena panitia yang kabur membawa uang pembayaran dari artis yang tampil. Terlanjur kecewa, penonton pun sampai membakar panggung, merusak properti vendor, sampai membawa barang-barang yang tersisa dari event tersebut untuk dijual lagi.

Bahkan sampai artikel ini dinaikkan, update terakhirnya adalah polisi menetapkan dua tersangka dalam kasus pembakaran panggung di acara tersebut. Padahal yang beredar di dunia maya, begitu banyak kelompok yang berbondong-bondong membawa perlengkapan vendor sampai ke luar venue dengan alasan mereka merasa menjadi korban kerugian event tersebut.

Meski tindakan beberapa oknum tersebut tak dapat dibenarkan, namun alasan mereka masuk akal karena merasa dirugikan akibat event yang gagal. Influencer sekaligus penulis buku, Alit pun sampai curhat di akun X-nya soal banyaknya event yang gagal karena ternyata EO-nya bodong alias palsu.

"Abis pandemi kemarin, event musik menjamur, ya. Tiap minggu ada beberapa event musik konser/festival. Masalahnya gak dikit juga event yang TERNYATA BODONG," tulisnya seperti dikutip dari akun @shitlicious.

Menanggapi tweet tersebut, beberapa netizen pun merasa resah dengan keberadaan EO abal-abal yang kerap membuat acara, tetapi tidak pernah terlaksana. Misalnya saja akun @adisatya_ bercerita salah satu event yang pernah akan diselenggarakan tahun 2020 tidak ada kejelasan sama sekali. Bahkan tak ada kabar soal refund, apalagi kabar terselenggaranya event itu.

Netizen lainnya pun menanggapi karena banyaknya event palsu seperti ini ia sampai takut dan malas menonton konser. Apalagi konsernya di luar kota dengan EO yang mungkin belum pernah punya track record kesuksesan event sebelumnya.

Kredibilitas Event Organizer itu Penting

Tapi tak semua event berakhir gagal seperti yang sudah-sudah. EO yang sudah memiliki track record sukses mengadakan event seperti Pestapora, Synchronize, dan We The Fest pun kini menjadi standar alias tolok ukur. Alit pun juga berpendapat bahwa masih banyak event yang sebenarnya bagus dengan EO yang kredibel. Menurutnya, sudah semestinya event-event sukses semacam itu lebih banyak dibuat.

Menjawab keresahan Alit, Founder Pestapora Kiki Ucup pun menanggapi betapa banyaknya EO yang mungkin ingin ikut andil menghibur masyarakat dalam negeri dengan kualitas yang tak kalah saing dengan EO mancanegara. Menurutnya kegagalan sebuah event karena promotor tidak memperhatikan hal-hal yang mendetail. Kebanyakan hanya memperhatikan, artis dan venue.

"Banyak printilan yang mereka baru temuin di perjalanan yang akhirnya membuyarkan semua rencana mereka yang ternyata tidak ada plan B nya. Hehehehee," tulisnya dalam akun X pribadinya @kikiauliaucup.

Namun menurutnya, kualitas para event organizer yang ada di Indonesia sudah sangat baik dengan vendor-vendor berkualitas yang memadai. Untuk mencapai kesuksesan sebuah event, manajemen EO-nya pun harus memiliki profesionalitas yang tinggi. Sayangnya, dalam tweet-nya, pria yang akrab disapa Ucup ini tidak memberikan detail yang menyeluruh.

Jadi bagi kamu yang penasaran bagaimana ekosistem event organizer itu bekerja hingga menciptakan kualitas event yang baik sampai membicarakan masa depan industri kreatif dalam #ConversationForTomorrow di bidang event, Ucup, founder Pestapora akan hadir dalam Creativepreneur Summit 2024 di Jakarta Convention Center pada 24-25 Agustus 2024 mendatang. Jangan sampai kelewatan ya!

[Gambas:Instagram]

(DIR/tim)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS