Interest | Art & Culture

Ben Abraham Cerita Tentang Orang Tua, "Kidung", dan DNA Dua Benua

Kamis, 20 Jun 2024 18:00 WIB
Ben Abraham Cerita Tentang Orang Tua,
Ben Abraham Cerita Tentang Orang Tua, “Kidung”, dan DNA Dua Benua/ Foto: Istimewa
Jakarta -

"Gue cukup nervous saat mau merilis 'Kidung' karena banyak orang yang suka lagu ini. Terus gue takut orang mikir, 'Siapa nih bule?'"

Perasaan was-was Ben Abraham terasa wajar ketika kita melihat perjalanan lagu "Kidung". Karya yang dinyanyikan oleh Bram Manusama dan Dianne Manusama ini semakin meledak saat dibawakan oleh nama sebesar Chrisye. Sekarang, tiba-tiba ada musisi blasteran yang berani menyanyikan lagu ikonik ini.

Untungnya, pengenalan warga internet dengan Ben melalui "Kidung" sudah dalam koridor yang tepat. Karena Bram dan Dianne adalah orang tua dari Ben, artinya DNA setiap melodi lagu ini memang sudah mendarah daging di tubuhnya. Dia punya hak atas segala bentuk sinar dari "Kidung". Itulah kenapa video singkat "Kidung" yang menampilkan trio Ben, Bram, dan Dianne berhasil menjadi internet phenomenon pada awal tahun, sehingga menjelma menjadi "bensin" untuk perilisan full version-nya.

Cerita Ben Abraham dengan "Kidung"

Setelah mendengarkan apa yang disajikan oleh Ben dalam "Kidung", saya sempat menanyakan beberapa pertanyaan kepadanya. Dari orang tua, "Kidung", hingga masa kecil yang membuatnya memiliki DNA dua benua.

⁠Jadi bagaimana perasaanmu setelah "Kidung" dirilis?

I feel great, walaupun saat hari perilisan ada masalah [yang di-upload adalah versi instrumental] sampai bikin gue stres hahaha. Ternyata itu secara nggak sengaja dilakukan oleh salah satu tim gue. Untungnya bisa direvisi lebih cepat.

Tapi yang bikin gue semangat adalah orang jadi semakin banyak dengerin lagu ini karena terlihat dari angka listeners-nya. It's awesome. I love it.

Kapan pertama kali kamu mendengar lagu "Kidung"? Dan sejak kapan kamu mengetahui kalau lagu ini dibawakan oleh orang tuamu?

Pastinya pas waktu gue masih kecil. Di mana saat itu gue dibesarkan oleh kedua orang tua yang selalu ceritain soal karier musik mereka bareng PAHAMA di Indonesia. Karena gue besar dengan western music dan dikelilingi keluarga nyokap di Australia juga, gue nggak terlalu suka dengan "Kidung" pas kecil karena melodinya cukup asing dibandingkan musik-musik yang gue dengerin waktu itu. Not very western melodies.

Long story short, gue dengerin "Kidung" lagi sekitar 2-3 tahun lalu. Di situ gue memang lagi pengen mendekat dengan sisi Indonesia di dalam DNA gue. Nah, gue baru merasa click ketika memahami betapa indahnya lagu ini.

Kamu adalah seorang penyanyi dan penulis lagu dan telah merilis berbagai karya, tapi kenapa memilih "Kidung" sebagai single berikutnya?

Pas awal tahun ini, bokap nyokap ngunjungin gue di Los Angeles karena gue udah stay di sini. Just for fun, gue ngomong, "Kayaknya kita harus ngerekam video kita bertiga nyanyi 'Kidung' deh." Lalu semuanya dilakukan, dan hasilnya beneran gila. Viral di Instagram dan TikTok, di-share ke semua orang. Nah di sana gue mikir kayaknya memang harus ngerilis lagu ini, deh. Di situlah momen semuanya menjadi seperti sekarang.

⁠Gimana proses kreatif saat membuat "Kidung" versi Ben Abraham?

Diawali dari mencoba mempelajari "Kidung", gue sadar kalau semua elemen di dalamnya; dari petikan gitar yang sangat penting; serta melodi yang juga sama pentingnya. Menariknya dari chorus "Kidung", melodinya memang penting, tapi harmoni di dalamnya juga sama penting. Jadi gue harus memastikan seluruh elemen itu tetap terbawa di dalam versi ini. Gue sampe ketemu sama produser yang memang suka banget sama versi original "Kidung". Saat itu kami harus menemukan style baru yang fresh, tapi tetep menjaga simplicity, keindahan, dan kualitas dari versi original.

Gue juga nanya ke orang tua gue buat nyanyiin "Kidung" versi original. Makanya mereka nyanyi dengan nada versi original pas part chorus di dalam "Kidung" gue sendiri.

Apakah kamu puas dengan hasil "Kidung" versi Ben Abraham?

I'm really happy, man. "Kidung" bener-bener indah. Sebenarnya gue juga ada versi akustik yang sangat simple. Cuma pake gitar. Mungkin suatu saat bakalan gue rilis pada waktu mendatang.

Bagaimana pengaruh orang tua yang berprofesi sebagai musisi/penyanyi terhadap diri kamu sebagai musisi? Apakah mereka mendorong kamu untuk terjun ke dunia musik?

Gue merasa mereka ceritain seluruh hal tentang musik ke diri gue. Khususnya bokap yang mengenalkan gue ke berbagai genre musik yang akhirnya gue suka, terus belajar main piano dan gitar.

Ketika gue mulai serius untuk full time main musik, mereka bener-bener ngedukung gue. Mereka ngasih semangat dan ngomong, "Kami bakalan bantuin kamu dalam musik semampu yang kami bisa." It's awesome.

Apakah mereka suka mengkritik karya kamu?

Yes, yes, it's so funny! Beberapa kali gue kirimin mereka lagu gue. Lagu yang udah finish dan tinggal dirilis aja nih. Tapi kemudian bokap ngomong, "Kayaknya bagian ini nada kamu harusnya lebih tinggi deh." Kemudian nyokap ikutan komentar, "Bagus sih... tapi aku rasa kamu harus ngasih tunjuk passion yang lebih besar." Cuma kan lagu ini udah jadi dan tinggal rilis ya... Tapi mereka memang sangat supportive.

Apakah ⁠ada lagu Indonesia lainnya yang ingin kamu cover?

Gue lagi mencoba mendengar dan mempelajari lagu-lagu PAHAMA, tapi sekarang gue lagi ngeberesin lagu dengan lirik setengah Inggris-setengah Indonesia. Cuma kita liat aja nanti ke depannya gimana.

So what's next for Ben Abraham?

Pertanyaan yang bagus... Gue rasa kami masih menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya bersama "Kidung". Gue harap bisa segera hadir di Jakarta untuk memainkan lagu-lagu gue. Tahun ini masih lumayan panjang, jadi we will see.

⁠Menurut kamu, siapa yang memiliki "Kidung" versi terbaik: Bram dan Dianne alias orang tua kamu, Chrisye, atau Ben Abraham?

HAHAHA! Sudah jelas Bram dan Dianne, orang tua gue sendiri. Alasannya karena itu adalah versi original, ada magic yang terdengar di sana. Suara bokap gue juga sangat indah. Harmoninya juga keren. Ditambah lagi elemen melodi dari Moog synthesizer yang ikonik. Semua elemennya so beautiful and perfect for 1978. To me, it's just magic.

(tim/alm)

Author

Timotius P

NEW RELEASE
CXO SPECIALS