Seniman kontemporer Jepang, Eugene Kangawa, akan memamerkan karya-karyanya secara permanen di Eugene Museum yang sebentar lagi hadir di Bali. Eugene Museum, akan dibangun di kawasan Nuanu City, mengusung konsep integrasi antara gaya hidup, seni, pendidikan, dan kesadaran lingkungan. Perancangan arsitektur museum akan dipimpin oleh arsitek ternama Andra Matin.
Eugene Museum, Kolaborasi Eugene Kangawa dan Andra Matin
Lahir di Amerika Serikat pada tahun 1989, Eugene Kangawa dikenal dengan pendekatannya yang canggih dan menakjubkan dalam lukisan, instalasi berskala besar, dan berbagai proyek yang ditujukan untuk inisiatif anak-anak dan sosial. Aktivitas awalnya diprofilkan dalam buku tahun 2017 karya Daisuke Miyatsu yang diterbitkan oleh Kobunsha Shinsho, di mana ia disorot sebagai salah satu dari empat artis Jepang terkemuka.
Kangawa semakin dikenal setelah ia menggelar pameran tunggal di Museum Seni Kontemporer Tokyo, di mana ia mencetak rekor sebagai seniman termuda yang mengadakan pameran tunggal di museum tersebut. Sebagai seniman generasi baru berbakat yang telah mengglobal, beragam komunitas dan kolektor dari Indonesia turut mendukung rencana pembangunan Eugene Museum.
"Saya sangat bersemangat untuk berkolaborasi dengan arsitek Andra. Arsitekturnya menawan karena perpaduan canggih antara tradisi dan modernisme. Yang terpenting, detail dan kedalaman teliti yang diciptakan oleh kepribadiannya menonjol. Kami sedang menjajaki pendekatan yang hanya dapat dicapai dalam lingkungan ini, dengan tujuan agar arsitektur menjadi satu karya seni yang terpadu," ucap Eugene dikutip dari rilis media yang diterima CXO Media.
Bali dipilih sebagai lokasi karena merupakan salah satu episentrum seni di Asia yang juga memiliki perpaduan unik antara kekayaan budaya dengan lingkungan alam yang subur. Elemen ini selaras dengan tema simbiosis yang menjadi ciri khas dari karya-karya Kangawa. Selain itu, kehadiran Eugene Museum juga mewakili bentuk museum baru di Asia yang beralih dari format pameran keliling.
Rencananya, museum akan menampilkan sekitar 15 instalasi permanen, termasuk karya khasnya yaitu "Sea Garden", "Goldrain", dan "Everything Shines". Selain itu, museum dengan luas lebih dari 1 hektar ini juga akan dilengkapi dengan perpustakaan dan kafe. Peluncuran awal dijadwalkan untuk penduduk sekitar pada tahun 2025, dan akses publik penuh diharapkan pada tahun 2026.
(cxo/alm)