Menjadi anak remaja pada pertengahan dekade 2000-an bisa dibilang blessing in disguise. Teknologi belum semaju seperti sekarang, mencari hiburan harus lewat TV atau radio, lalu internet? Jangan berharap lebih, karena teknologi ini masih sebatas bisa dinikmati di warnet atau perumahan orang kaya saja.
Namun, jika melihat dari terkurasinya hiburan yang bisa dinikmati, di sinilah romantisme yang sampai sekarang masih sulit tergantikan. Kami diberkati oleh album-album terbaik dari barisan band major label secara masif dengan penjualan album tercetak jutaan keping secara mudah, serta didukung music video yang selalu diputar di TV nasional sampai MTV yang masih berjaya.
Lakunya penjualan album bak kacang goreng untungnya dibarengi kualitas musikalitas yang tidak bisa diremehkan. Banyak lahir album klasik pada dekade 2000-an, termasuk Bintang di Surga dari Peterpan.
Tahun 2004 menjadi kalender lahir dari album kedua mereka setelah diguyur pujian atas album Taman Langit [2003] yang menjadi fondasi karier Ariel, Lukman, Uki, Indra, Andika, dan Reza. Walaupun baru mulai menikmati popularitas yang masih menanjak, saat itu sangat lumrah melihat band major label merilis album dalam jangka waktu setiap satu sampai dua tahun sekali. Sebut saja Padi, Sheila on 7, bahkan Dewa 19 sekalipun.
Melihat langsung apa yang terjadi saat Bintang di Surga dirilis ke pasaran menjadi bukti bagaimana album ini tidak pernah bisa dilupakan dalam sejarah musik tanah air. Bayangkan saja, 10 lagu yang termuat harus diciptakan di tengah sibuknya tur Peterpan dari kota ke kota. Di pikiran normal seperti kita, ada potensi berkurangnya kualitas akibat deadline untuk penyelesaian album tersebut. Belum lagi fisik dan pikiran yang sudah terlanjur lelah. Namun apa yang akhirnya tersaji dalam Bintang di Surga? Saya bisa memberikan pernyataan kalau album Bintang di Surga adalah magnum opus Peterpan.
20 Tahun Bintang di Surga dari Peterpan
Tepat pada tahun 2024, Bintang di Surga telah memasuki umur 20 tahun, yang jika diterapkan pada umur manusia, berarti harus menjadi semakin dewasa. Sebenarnya kata "dewasa" sudah terasa dari setiap lagu di dalamnya yang memiliki taraf catchy di atas normal. Kerasnya persaingan industri sekaligus tekanan label untuk menciptakan lagu-lagu terbaik menjadikan Peterpan digembleng oleh sang produser, Noey Java Jive.
Kepemimpinan Noey yang terkenal dengan tangan dingin dalam mengasah batu menjadi berlian membuat keenam personil paham seberapa serius tugas yang mereka emban. Selama tiga minggu, mereka "diasingkan" dalam sebuah villa di Lembang dengan jadwal setiap hari yang tertata rapi oleh Noey sendiri. Ternyata hasil yang dipetik tidak pernah mengkhianati perjuangan. Kelahiran Bintang di Surga yang terdengar prematur jika dilihat di atas kertas, sama sekali berbanding 180 derajat ketika kaset dan CD album ini terus diduplikasi oleh Musica Studios.
Masyarakat menyambut single perdana dari Bintang di Surga dengan tangan terbuka. Buktinya terlihat dari sudut lampu merah, radio di rumah, sampai music player di mobil yang terus menerus memutar Bintang di Surga demi mendengarkan track pertamanya. Fakta kesuksesan single tersebut terus mempertahankan premis dari seorang musisi yang pernah saya dengar dalam sebuah interview di YouTube belasan tahun kemudian. "Kalau lagu lu udah dinyanyiin sama pengamen dan lu liat langsung, berarti album lu sukses." Dan itulah yang terjadi saat "Ada Apa Denganmu" dirilis sebagai ujung tombak.
Lagu tersebut benar-benar meledak sampai mendiang Didi Kempot merilis "translation" versi Jawa berjudul "Ono Opo Awakmu". Saya ingat rilisan tersebut sempat dicap sebagai salah satu momen paling katro pada tahun tersebut oleh majalah HAI-sebuah hal yang wajar mengingat pada masa itu, kita masih mencoba gagah-gagahan sebagai yang paling cool. Mungkin kalau momen itu bisa diulang pada saat mendiang masih berkarya dalam empat tahun terakhir, saya rasa kita akan ikutan berjoget ria di Synchronize Festival sambil diiringi "Ono Opo Awakmu".
Namun Bintang di Surga tidak hanya "Ada Apa Denganmu". Masih ada "Mungkin Nanti", "Ku Katakan Dengan Indah", "Khayalan Tingkat Tinggi", "Bintang Surga", dan "Di Atas Normal". Selain itu ada karya underrated seperti "Di Belakangku", "Aku", dan "2 DSD" yang tidak kalah kuat untuk masuk ke otak kita, lalu memohon agar diputar setiap hari.
Jika ada orang-orang yang berusaha meng-skip lagu-lagu di atas saat memutar album ini, sepertinya ada yang salah. Album ini benar-benar terproduksi dengan kadar serba pas. Lirik yang memperlihatkan keahlian Ariel sejak mengilhami puitisme Kahlil Gibran, riff gitar yang mampu mengisi satu sama lain, bassline yang tidak mencoba menyalip instrumen lainnya, ketukan drum yang bermain sederhana, dan sound keyboard yang mengangkat kemegahan Bintang di Surga.
Penjualan Bintang di Surga tercatat secara resmi mencapai 3,2 juta keping. Itu pun belum dihitung lagi setelah belasan tahun kemudian, apalagi saat era Spotify mulai menjadi cara menikmati paling mudah. Begitu pun dengan jutaan CD bajakan yang dinikmati oleh berbagai kalangan tanpa terkecuali.
Rolling Stone Indonesia sampai memasukkan Bintang di Surga ke dalam "150 Album Indonesia Terbaik" dengan menduduki peringkat 116 pada tahun 2007 silam. Yarra Aristi, penulis notes untuk album ini sempat menuliskan, "... dengan sekejap menyulap mereka menjadi salah satu band paling sibuk di Indonesia. Lewat album ini pun, akhirnya Ariel makin dikenal namanya karena skandal-skandalnya dengan para perempuan cantik mulai muncul ke permukaan." Sebuah tulisan yang menyatakan sebuah fakta, sekaligus meramal kasus besar yang menimpa Ariel dengan dua perempuan beberapa tahun kemudian.
Judul artikel ini menggunakan istilah "magnum opus" yang berarti a large and important work of art, music, or literature, especially one regarded as the most important work of an artist or writer. Melihat apa yang dihadirkan Bintang di Surga, saya rasa pernyataan yang sempat tertulis pada artikel ini sudah tepat untuk memenuhi penggambaran magnum opus. Pencapaian yang terekam oleh zaman terasa cukup menjadi bukti bahwa Bintang di Surga yang telah memasuki kepala dua akan terus dirayakan dan diingat sebagai album terbaik Peterpan.
(tim/alm)