Hampir setahun telah lewat sejak kami menerbitkan daftar rekomendasi road movie untuk menemani perjalanan mudik edisi pertama. Kini, Idulfitri kembali berada di depan mata—banyak di antara kamu mungkin masih menempuh perjalanan pulang. Tentu, rumah dan orang-orang yang akan ditemui telah terbayang terus-menerus dalam benak dalam perjalanan ini.
Jika rekomendasi film kami tahun lalu semuanya telah selesai kamu tonton, tenang saja, karena kami hadir dengan rekomendasi baru yang bisa kamu saksikan dalam perjalanan mudik tahun ini! Kali ini, kami kembali mengumpulkan sejumlah road movie dari berbagai dekade untuk dinikmati dalam perjalanan pribadimu. Selamat menempuh perjalanan pulang kampung dan selamat menonton!
Nomadland (Chloe Zhao, 2020)
Film pemenang Oscar ini menceritakan tentang Fern, seorang perempuan berusia 60 tahun yang memutuskan untuk menjual barang-barang yang ia miliki, membeli mobil van, dan berkelana menjelajahi Amerika Serikat setelah kehilangan pekerjaan dan kematian suaminya.
Diadaptasi dari buku nonfiksi berjudul Nomadland: Surviving America in the Twenty-First Century karya Jessica Bruder, film arahan sutradara Chloe Zhao ini memperlihatkan betapa besarnya lanskap Amerika Serikat yang ditampilkan secara sangat sentimental. Melalui perjalanan Fern, kita turut dibawa memaknai kebebasan, hubungan kita dengan orang lain, serta dengan diri kita sendiri.
Thelma and Louise (Ridley Scott, 1991)
Salah satu film paling ikonik Ridley Scott, Thelma and Louise menceritakan tentang perjalanan liburan akhir pekan sepasang sahabat. Thelma merupakan seorang ibu rumah tangga dan Louise berprofesi sebagai waitress. Dalam perjalanan mereka menuju kabin destinasi liburan, mereka memutuskan untuk berhenti di suatu bar.
Singkat cerita, suatu insiden yang terjadi di bar tersebut memaksa Thelma dan Louise untuk meninggalkan rencana liburan mereka untuk memulai perjalanan yang baru. Tanpa memberikan spoiler, perjalanan tersebut memberikan dampak yang signifikan bagi kehidupan sepasang sahabat ini.
The Mitchells vs. the Machines (Mike Rianda, 2021)
Katie Mitchell adalah seorang remaja yang bercita-cita menjadi pembuat film. Ayahnya, Rick, adalah seorang pria paruh baya yang tidak menyukai teknologi. Ketika Katie diterima di kampus di California, Rick tidak sengaja merusak laptop Katie. Sebagai upaya bonding pasca insiden tersebut, Rick mengajak seluruh anggota keluarga mereka untuk mengantar Katie ke kampusnya bersama-sama menggunakan mobil. Di saat bersamaan, entrepreneur teknologi Mark Bowman merilis produk robot asisten rumah yang berujung memberontak dan menculik seluruh manusia untuk dikirim ke luar angkasa.
Di tengah invasi para robot ini, keluarga Mitchell harus mempertahankan diri, memperbaiki hubungan mereka, hingga akhirnya menyelamatkan dunia. Film animasi ini merupakan debut bagi sutradara Mike Rianda, yang berhasil memperlihatkan kompleksnya hubungan keluarga dalam setting road movie bercampur fiksi ilmiah.
The Darjeeling Limited (Wes Anderson, 2007)
Setahun setelah kematian ayah mereka, tiga bersaudara Francis, Peter, dan Jack Whitman bertemu kembali untuk pertama kalinya dalam suatu perjalanan panjang menggunakan kereta di India. Perjalanan tersebut diatur dan direncanakan oleh sang kakak tertua, Francis, sebagai bentuk rekonsiliasi terhadap hubungan mereka yang semakin renggang.
Tanpa diketahui oleh Peter dan Jack, salah satu alasan Francis merencanakan perjalanan tersebut adalah untuk menemukan ibu mereka, yang telah meninggalkan mereka selama bertahun-tahun. Selama perjalanan, hubungan mereka yang memang sudah tak sedekat dulu pun kian naik-turun, namun insiden demi insiden akhirnya membuat mereka menemukan ulang makna hubungannya satu sama lain.
Le Grand Voyage (Ismaël Ferroukhi, 2004)
Ketika menunggu ujian Baccalauréat, seorang remaja Prancis-Maroko, Réda, justru diminta oleh ayahnya untuk mengantarkannya beribadah Haji menggunakan mobil—dari Provence hingga Mekkah. Hubungan mereka yang "berjarak" sedikit demi sedikit menjadi kian dekat sepanjang perjalanan, di mana sang ayah dan anak mencoba mengerti satu sama lain.
Dalam berkomunikasi, Réda hanya menggunakan bahasa Prancis sedangkan sang ayah hanya menggunakan bahasa Arab—memperlihatkan adanya "gap" identitas antara mereka. Namun, tentu saja, perjalanan bisa mengubah perspektif kita. Keras kepalanya ayah dan anak ini menyembunyikan perasaan bahwa keduanya sangat menyayangi satu sama lain, dan perjalanan panjang ini akan mendefinisikan ulang hubungan mereka selamanya.
(cxo/tim)