Kita semua pasti setuju bahwa K-pop merupakan sebuah fenomena yang sangat besar dalam 10 tahun terakhir. Berkat konsep unik yang dibawakan di setiap album yang dirilis, nada-nada yang catchy, koreografi yang energik, hingga visual para pelaku industrinya yang seperti boneka bahkan malaikat, K-pop memang kini diakui sebagai industri yang memiliki audiens global yang berhasil membawa laba besar untuk industri musik Korea Selatan.
Selain membawa inovasi baru dalam dunia permusikan, K-pop juga menjadi sebuah genre yang berhasil membentuk komunitasnya tersendiri dengan berbagai perilaku yang sampai saat ini menjadi identitas bagi para penggemar idola-idola K-pop. Bagaimana tidak? Industri K-pop yang merajalela di dunia ini mendukung para penikmatnya dengan memberikan berbagai fasilitas yang membuat mereka menjadi lebih terhubung dan terikat dengan para idolanya. Dengan platform tambahan seperti Bubble dan Weverse yang membuat para penggemar dapat selalu up-to-date dengan idola-idolanya.
K-pop memang sudah menjadi sebuah fenomena global yang memikat jutaan penggemar di seluruh dunia. Sejarah dan pencapaiannya kini menjadi landasan gaya hidup para penggemarnya serta cara mereka menggunakan sosial media. Bahkan, behavior para penggemar K-pop atau yang biasa disebut dengan K-poper ini sudah sangat melekat dan sulit untuk dilepaskan dalam kehidupan sehari-hari. Melekatnya kultur penggemar K-pop yang kerap menyangkutpautkan berbagai aspek kehidupan mereka dengan K-pop biasa disebut dengan Kpopfication.
Apa itu Kpopfication?
Kpopfication merupakan sebuah istilah yang mengacu pada perilaku penggemar K-pop yang membuat berbagai hal yang ada di luar dunia K-pop menjadi dunia K-pop. Contoh salah satu Kpopfication yang sukses adalah penyanyi dangdut tanah air, Nassar.
Nassar atau biasa disebut dengan King Nassar merupakan salah satu sosok yang sangat amat bertolak belakang dengan K-pop idol maupun K-pop behavior. Namun, seiring berjalannya waktu, entah bagaimana ceritanya Nassar menjadi salah satu sosok yang sangat dielu-elukan oleh para penggemar K-pop, meski genre musiknya saja sudah berbeda. Kpopfication yang menyasar pada King Nassar adalah bagaimana para penggemarnya yang juga merupakan penggemar K-pop mulai memanggilnya Oppa (sebutan untuk kakak laki-laki dari perempuan dalam Bahasa Korea) di media sosial bahkan secara langsung ketika Nassar sedang beraksi di atas panggung.
Bahkan, ada pula penggemar King Nassar yang membuatkan official lightstick (benda kecil dengan desain tertentu yang bercahaya untuk memeriahkan konser, juga menjadi identitas sebuah grup K-pop) khusus untuk Nassar seorang. Meskipun bukan diproduksi secara massal dan untuk kebutuhan komersil, lightstick Nassar ini mendapatkan banyak sorotan dari para penggemar K-pop.
Lightstick Nassar/ Foto: Twitter: @qkejrhfifo |
Kpopfication Nassar ini juga menghasilkan berbagai ide kreatif dari para penggemar K-pop yang juga turut menyukai Nassar sebagai seorang penyanyi. Mulai dari desain album ala idola K-pop hingga photocard, sebuah item K-pop yang kerap dikoleksi dan memiliki harga mahal di pasaran—tergantung dengan langka atau tidaknya photocard tersebut. Uniknya lagi, hal-hal yang disebutkan di atas merupakan sebuah gerakan atau sebuah konsep yang sama sekali tidak melibatkan oleh manajemen Nassar, melainkan organik dari para penggemar K-pop sendiri.
Tidak selesai dengan Kpopfication Nassar, kini Kpopfication yang sedang ramai di media sosial juga mengekori nama calon presiden nomor urut 1, yaitu Anies Baswedan. Kpopfication yang ramai mengenai Anies Baswedan ini dikepalai oleh akun @aniesbubble yang mulai muncul pada bulan Desember 2023.
Menurut informasi yang didapatkan oleh media yang berhasil mewawancarai sosok di balik akun @aniesbubble, akun ini dibuat karena adanya kesamaan perilaku Anies Baswedan dengan artis K-pop yang sering melakukan live di media sosial untuk bercengkrama dengan para penggemar di tengah-tengah kesibukannya. Sosok di balik akun tersebut mengatakan bahwa Anies Baswedan melakukan dialog dengan masyarakat—terutama kaum milenial dan Gen Z-saat live, layaknya K-pop idol yang sering melakukan hal tersebut di Bubble, platform yang digunakan oleh idola K-pop untuk berinteraksi dengan fansnya.
Kpopfication Anies Baswedan semakin meluas seiring dengan popularitas akun @aniesbubble yang berhasil mendapatkan perhatian luas dengan lebih dari 120.000 pengikut. Akun tersebut secara konsisten membagikan klip-klip singkat dari siaran langsung Anies Baswedan di TikTok, menggunakan Bahasa Korea seperti akun penggemar K-pop. Keberhasilan ini secara tidak sengaja menarik perhatian komunitas K-pop secara besar-besaran dan secara bersamaan meningkatkan elektabilitasnya dalam pemilu tahun ini.
Gerakan Kpopfication Anies Baswedan ini juga meliputi banner hingga lightstick burung hantu yang menjadi emoji representasinya. Uniknya lagi, para penggemar K-pop yang turut serta dalam Kpopfication Anies Baswedan juga menggalang dana untuk membantu periode kampanye calon presiden nomor urut satu ini dengan tema-tema dan hal-hal yang berkaitan dengan K-pop, mulai dari photocard dan banner yang disebar oleh penggemar di setiap acara kampanyenya di berbagai kota, hingga rencana untuk membawakan food truck seperti penggemar K-pop yang membawakan food truck saat idolanya sedang melakukan promosi album.
Fenomena Kpopfication memang menarik dan menyenangkan untuk diikuti, terutama bagi penggemar K-pop. Meskipun demikian, keterlibatan politik dalam konteks K-pop bisa menjadi hal yang cukup sensitif. Hal ini disebabkan oleh ketidaknyamanan banyaknya penggemar K-pop yang tidak ingin melihat idolanya digunakan sebagai alat kampanye. Meskipun begitu, pendukung Kpopfication berpendapat bahwa hal ini dapat diterima oleh para penggemar K-pop asalkan berasal secara organik dari komunitas mereka, bukan diinisiasi oleh tokoh politik itu sendiri. Layaknya yang dikatakan oleh penggemar K-pop di X, mempolitisasi K-pop memiliki perbedaan dengan meng-K-popkan atau Kpopfication politik.
Secara garis besar, Kpopfication merupakan sebuah hal yang cukup menarik apabila diperhatikan lebih jauh. Tidak hanya bagi para penggemar K-pop yang bisa benar-benar relate dengan kulturnya, namun berbagai istilah baru yang menjadi inside joke para penggemar K-pop apabila ditelisik lebih jauh akan sangat membuka wawasan baru melalui pendekatan ini.
(DIP/alm)