Selagi indeks literasi di Indonesia memerlukan banyak upaya untuk bangkit dari levelnya, warga ibu kota, Jakarta, kembali kedatangan sebuah gelar eksibisi literasi mencolok, yang menampilkan sederet karya dan aktivasi berbasis literasi-seni. Memakai nama Jakarta Art Book Fair (JKTABF) 2023, penyelenggaraan kedua hajat art book ini berlangsung pada 27-29 Oktober lalu, di Pasaraya Blok M, Jakarta Selatan.
Perhelatan JKTABF 2023 ini sendiri seperti tengah menebalkan garis eksistensi progresif dari ekosistem seni-literasi dalam negeri, yang terus berkembang dan menjalar ke berbagai lini kolektif-sebagaimana inisiasi perhelatan JKTABF yang memang berangkat dari kolektivitas para publisis independen lokal.
Selain menampilkan buku-buku seni, zine, publikasi independen, cinderamata kreatif dari berbagai bauran, dan rangkaian lainnya, JKTABF 2023 juga memperlihatkan sejumlah peningkatan di tahun kedua pameran. Misalnya, dengan mengundang lebih banyak nama publisis mancanegara, sampai memilih venue yang bisa menampung lebih banyak partisipan.
Titik Temu Pegiat Literasi
Sekitar ribuan orang setiap harinya mengunjungi JKTABF 2023, yang dibuka sejak pukul 11.00-19.00 WIB. Walaupun tampak tak sepenuh tahun sebelumnya-karena venue acara yang lebih besar-namun penyelenggaraan JKTABF 2023 sudah terbilang cukup untuk menyatakan sebuah gestur: untuk mewadahi sekaligus menyalurkan pertemuan bagi para pelaku dan penikmat konten seni-literasi berkualitas.
Perihal titik temu sendiri, pemilihan lower ground Pasaraya Grande, Blok M sebagai venue sudah cukup merepresentasikan hal tersebut. Sebab, selain hanya sedikit bergeser dari lokasi tahun lalu (M Bloc Creative Space), visi JKTABF 2023 untuk mempertemukan para peminat literasi-seni terdukung oleh integrasi transportasi di bilangan Blok M, yang bisa diakses dari berbagai penjuru ibu kota.
Wujud pertemuan di JKTABF 2023 juga terbaca dari varietas program yang dilangsungkan. Seperti momen peluncuran buku, workshop, pameran photobook, hingga gelar wicara dan diskusi, yang dapat menjadi bahan bakar interaksi serta pembelajaran kreatif bagi masyarakat dari sosok-sosok publisis independen lokal dan internasional.
Sebut saja, gelar wicara antara Daniel Szehin Ho (Tai Kwun / BOOKED: Hong Kong Art Book Fair), Djohan & Marl (Knuckles & Notch), Sungil Noh (sojanggak), dan Januar Rianto (Further Reading), yang membahas topik "Independent Publishing in Asia: Landscapes and Potentials"; pemaparan buku Capitalizing Soul S3/2023 oleh Novita Theresia dari Ticket to Nowhere; sampai diskusi mengenai "Zine Culture in Indonesia: Movement, Infrastructure, and Community".
Di samping memantik geliat kekaryaan industri literasi-seni, para pengunjung JKTABF 2023 juga disuguhkan dengan karya-karya dari para pemain mancanegara. Misalnya, ASIAN_FOOD_DESIGN (Jepang), Ning-Ning's Sari-Sari Store (Hong Kong), Soi Books (Inggris), dan beberapa lainnya.
Kemudian, terdapat pula sebuah aktivasi interaktif dari Whiteboard Journal, di mana para pengunjung JKTABF 2023 dapat mengikuti kuis intuitif untuk mengidentifikasi tipe "kutu-buku" yang tersimpan dalam diri, berdasarkan beberapa indikator tertentu.
JKTABF 2023 akhirnya selesai dengan kesan yang menyenangkan bagi para pengunjung, yang entah sebatas pulang dengan oleh-oleh Instagram Story estetis, beberapa lembar stiker gemas, cinderamata dan merchandise, atau mungkin setumpuk buku estetik beserta pandangan segar mengenai dunia publikasi independen.
Dan yang paling ihwal, JKTABF 2023 sudah cukup untuk mewujudkan pergerakan nyata industri literasi-seni dalam negeri, yang selama ini menyimpan segudang potensi untuk memperkaya aspek-aspek seni dan tradisi literatur di kalangan masyarakat Indonesia.
(RIA/alm)