Waktunya mengucapkan selamat tinggal kepada Otis, Eric, dan Maeve, sebab serial Sex Education telah berakhir dengan tayangnya musim keempat. Ketika pertama tayang pada 2019, Sex Education langsung menjadi tontonan yang dicintai oleh banyak generasi muda. Dengan berani, serial drama komedi ini mengangkat lika-liku kehidupan remaja lewat isu yang paling tabu dan sensitif untuk dibicarakan, yaitu seks.
Kehadiran serial yang semacam membuka percakapan penting mengenai seksualitas yang selama ini sulit untuk diakses oleh anak muda. Otis tidak hanya membantu teman-temannya, tapi juga kita sebagai penonton yang memiliki banyak pertanyaan tentang diri kita sendiri. Kalau ada serial yang mampu merepresentasikan Gen Z sekaligus merangkum segala hal yang dihadapi oleh generasi ini, Sex Education adalah jawabannya.
Kesuksesan terbesar serial ini adalah kelihaiannya dalam merangkai narasi yang heartfelt dan nuanced mengenai kehidupan remaja lewat karakter-karakter yang relatable. Meski isu-isu yang dibicarakan Sex Education-seperti body positivity, penerimaan diri, hingga sexual harassment-banyak diangkat oleh serial lain, tapi creator Laurie Nunn berhasil mengangkatnya secara authentic tanpa terkesan riding the wave. Namun, narasi yang telah dibangun secara solid selama 3 musim mengalami sedikit keretakan di musim terakhirnya. Lalu, bagaimana akhir dari perjalanan Otis dkk?
Konklusi Sex Education yang Kurang Memuaskan
Di musim keempat dan terakhir, Otis dan kawan-kawan pindah ke Cavendish College setelah Moordale Secondary High terpaksa ditutup karena dijual. Sementara itu, Maeve pindah ke Wallace University di Amerika agar bisa mewujudkan mimpinya menjadi penulis. Namun, ada yang terasa janggal dari musim ini sebab beberapa karakter lama tidak kembali; seperti Lily yang gemar menulis cerita fiksi alien, Ola yang hampir menjadi saudara tiri Otis, serta Olivia dan Anwar yang tidak pernah absen menemani Ruby.
Kekosongan karakter ini diisi oleh karakter baru yang merupakan pelajar di Cavendish College-sebuah institusi pendidikan yang sangat "woke" dan membebaskan muridnya untuk menjadi diri mereka sendiri. Keinginan Otis untuk membuka jasa sex therapist pun menemui hambatan tatkala ada murid bernama O yang juga membuka klinik di Cavendish. Sementara itu, Eric menemukan teman-teman baru dalam sosok Abbi, Roman, dan Aisha.
Sayangnya, karakter-karakter baru ini terasa seperti token karena pengalaman mereka masing-masing tidak diceritakan lebih dalam-sesuatu yang sebenarnya cukup mengejutkan karena Sex Education selama ini berhasil menghadirkan karakter yang kompleks. Tapi ada banyak karakter yang mendapat closure di musim ini; seperti Adam yang akhirnya berdamai dengan ayahnya, Eric yang berani mengambil keputusan mengenai identitas dan kepercayaannya, hingga Maeve yang berhasil mewujudkan mimpinya.
Sementara itu, closure dari karakter Otis justru kurang memuaskan. Masih ada banyak utang-utang yang belum ia tunaikan-baik kepada karakter lain maupun kepada dirinya sendiri. Jadi meski Sex Education memberikan penutup yang emosional, konklusinya terasa belum tuntas.
Momen Terbaik dari Sex Education
Meski konklusi dari musim keempat ini kurang memuaskan, tapi legacy yang ditinggalkan Sex Education akan terus hidup untuk waktu yang lama. Bagaimanapun juga, Sex Education berperan besar dalam mendefinisikan tontonan seperti apa yang ditawarkan oleh Netflix. Ia juga telah menjadi benchmark bagi para creator yang ingin mengangkat kehidupan remaja. Di bawah ini kami merangkum momen-momen terbaik dari Sex Education yang merepresentasikan aspek-aspek terbaik dari serial ini.
Maeve pergi ke klinik aborsi (season 1)
Aborsi bukanlah keputusan yang mudah, apalagi bagi seorang remaja. Dalam salah satu episode, kita diajak untuk berempati kepada karakter Maeve yang melalui proses aborsi sendirian. Di klinik, Maeve tak mendapat penghakiman dari petugas medis ataupun orang-orang yang ada di klinik tersebut. Momen yang dialami oleh Maeve digambarkan secara humanis, termasuk ketika ia bertemu dengan pasien aborsi lainnya. Lagu "Asleep" dari The Smiths yang menjadi musik latar dalam adegan ini pun sukses membuat suasananya menjadi lebih emosional.
Eric menjadi dirinya sendiri (season 1 - season 4)
Meski semua karakter dalam serial ini memiliki porsi cerita masing-masing, tapi Eric Effiong adalah bintang utama dalam Sex Education. Sulit untuk memilih momen terbaik dari Eric, karena sosoknya yang unapologetically himself membuatnya menjadi karakter iconic yang begitu dicintai. Tapi, ada satu adegan di season 1 yang membekas, yaitu ketika Eric berbicara dengan ayahnya di depan sekolah. Di situ, ayahnya mengaku kalau ia takut Eric akan tersakiti oleh dunia yang belum menerima siapa dirinya. Eric lalu menjawab dengan berani kalau lebih baik ia tersakiti saat menjadi dirinya sendiri. "Maybe, I am learning from my brave son," jawab ayahnya.
Percakapan tentang aseksualitas (season 2)
Sex Education membuka banyak percakapan mengenai orientasi seksual, salah satunya aseksualitas. Di season kedua, kita diperkenalkan dengan karakter Florence yang mengalami kebingungan dengan dirinya sendiri. Dalam sebuah sesi terapi bersama Jean, Florence mengaku ia tidak ingin melakukan hubungan seksual dan merasa dirinya tidak utuh. Perasaan Florence ini kemudian divalidasi oleh Jean yang berkata "Sex doesn't make us whole. And so how could you ever be broken?" Dialog ini mengajarkan kita bahwa value seseorang tidak ditentukan oleh orientasi seksualnya.
"It's just a stupid bus!"(season 2)
Suatu ketika, Aimee mengalami pelecehan seksual ketika sedang naik bus menuju sekolah. Awalnya, Aimee denial terhadap pengalaman traumatis ini. Tapi lalu ia merasa takut setiap kali hendak naik bus. Suatu pagi, Aimee mendapati Maeve, Vivian, Ola, Lily, dan Olivia sedang menunggu di halte bus. Solidaritas dari teman-temannya membuat Aimee berani naik bus dan mereka duduk bersama-sama dalam perjalanan menuju ke sekolah. Tidak diragukan lagi kalau ini adalah momen terbaik dari Sex Education.
Pemakaman Erin (season 4)
Kematian Erin, ibu Maeve, adalah salah satu dari runtutan kejadian buruk yang dialami Maeve dalam season 4. Maeve mengalami kesusahan dalam memproses dukanya, namun dengan bantuan orang-orang terdekatnya ia akhirnya mampu melaluinya. Meski ibunya adalah seorang pecandu narkotika, tapi Maeve tetap menyayanginya. "A mother can be a shit parent sometimes, and you can still love them and want them to get better. And someone can be an addict and still be generous and kind," ucap Maeve dalam eulogy-nya. Pemakaman ini kemudian ditutup dengan manis ketika mantan guru musik Maeve memainkan lagu "With or Without You" dari U2.
Adam berdamai dengan ayahnya (season 4)
Salah satu character arc terbaik dalam serial ini adalah ketika Adam yang dulunya adalah seorang perundung berakhir menjadi pelatih hewan berhati lembut. Aspek penting dari perjalanan karakter Adam adalah relasi dirinya dengan Michael, sang ayah yang berwatak keras. Di sepanjang serial, kita diajak melihat bagaimana Michael berusaha untuk berubah demi Adam. Setelah proses yang berat, keduanya akhirnya bisa berdamai dan kembali membangun hubungan sebagai ayah dan anak.
Momen-momen di atas merangkum segala hal yang patut dirayakan dari Sex Education. Meski perjalanan Otis dkk telah berakhir, tapi cultural impact dari serial ini akan terus terasa; entah dalam bentuk ulasan, rekomendasi tontonan, atau meme yang berseliweran di internet. Dengan segala kekurangan yang dimiliki semesta Sex Education, rasanya wajar apabila kita berharap akan ada serial atau film serupa yang bisa melanjutkan legacy-nya, atau bahkan melampauinya.
(ANL/alm)