Melihat film action dengan satu jagoan yang bisa mengalahkan puluhan hingga ratusan musuh dalam satu kali misi khusus sudah menjadi satu hal yang biasa. Perlu banyak detail dan kreativitas untuk menciptakan storyline film action yang lebih rich agar tidak sama dengan film bergenre sama. Setidaknya bisa dimulai dari karakter utamanya dahulu.
Poin inilah yang terasa dijual oleh trilogi The Equalizer dengan sosok Denzel Washington sebagai sang jagoan. Tepat pada bulan September ini, film The Equalizer 3 telah dirilis dengan plot melawan mafia Italia yang dipenuhi segala bentuk intrik dan politik di dalamnya.
Kesempatan menyaksikan The Equalizer 3 menjadi waktu yang tepat untuk menilai trilogi ini. Apalagi sudah dikabarkan kalau ini merupakan karya penutup dari trilogi yang konsisten dengan penggambaran Denzel sebagai Robert McCall yang selalu berusaha melindungi rakyat kecil dan melawan para penjahat. Mungkin terdengar klise, tapi ternyata trilogi ini selalu memberikan sensasi berbeda dari setiap filmnya.
Review Trilogi The Equalizer
The Equalizer pertama membawa kita ke dalam kehidupan Robert McCall yang ingin hidup tenang dengan masa lalu yang sangat keras dan berdarah-darah. Namun apa yang terjadi selanjutnya membuat ia harus melawan mafia Rusia yang menguasai dunia malam di sudut kota Boston.
Masuk ke The Equalizer 2, aksi McCall didasari misi balas dendam dari kematian temannya yang saat itu sedang melakukan investigasi suatu kasus. Di edisi kedua ini, storyline jauh lebih pelik dan ada unsur politik. Tidak sekadar melawan para penjahat biasa, tapi aksinya membuat ia harus dikejar pasukan tentara bayaran.
Terakhir ada The Equalizer 3 yang membawa McCall ke sudut kota pesisir Italia dengan kehidupan yang jauh lebih damai. Usahanya untuk mencari ketenangan di sana malah membawanya masuk ke dalam konflik antara mafia Italia yang ingin menguasai daerah tersebut. Tentunya McCall tidak tinggal diam membiarkan orang-orang di sekitarnya yang sudah membantunya untuk beradaptasi harus ditindas.
Keseruan The Equalizer 3 memang tidak bisa disangkal sedikitpun. Semuanya terasa padat tanpa harus terlalu banyak aksi laga. Saat menyaksikan film ketiga ini, mereka sama sekali tidak ingin memperlihatkan seberapa kuat McCall. Alih-alih semakin kuat, usia dan ketenangan berpikirnya membuat McCall menjadi lebih wise. Ia tidak selalu berpikir kalau kekerasan harus menjadi senjata utama. Mundur satu langkah untuk bersiap maju dua langkah berhasil digambarkan secara kuat.
Setelah The Equalizer 3 dirilis, sekarang apa yang bisa dilihat dari trilogi ini? Storyline dari film pertama sampai ketiga masih memiliki vibe yang sama. Semua aksi laga dan dialog yang terjadi di dalam film selalu berada dalam porsi yang pas. Kita tidak disajikan seberapa gila aksi stunt dan tembak-tembakan di dalam The Equalizer. Mereka tidak cuma ingin keren-kerenan saja dalam film action ini. Ada perhitungan yang lebih detail sehingga apa yang disajikan kepada penonton memiliki bobot yang memuaskan.
Jika boleh membandingkan, trilogi The Equalizer berhasil unggul daripada John Wick yang juga memiliki storyline serupa. Kalau saja John Wick masih membawa vibe film pertamanya untuk seri-seri selanjutnya, maka posisi kedua franchise film ini bisa saja setara. Ya, kalau kangen dengan action yang lebih terukur, dan tidak cuma sekadar ba-bi-bu, maka trilogi The Equalizer layak masuk jadwal movie marathon kalian selanjutnya.
(tim/DIR)