Sekitar pertengahan tahun 2013 silam, sekelompok pecinta musik dalam negeri memutuskan untuk berkolektif ria. Waktu itu, mereka mencoba membentuk sebuah organisasi (nirlaba) bernama Irama Nusantara, yang bertujuan untuk menggali, mengumpulkan, dan mengarsipkan kekayaan khasanah musik Indonesia, yang selama ini berserakan tanpa karuan.
Berkembang selama 10 tahun ke belakang, Irama Nusantara yang dihidupi oleh berbagai kalangan pecinta musik, mulai dari pendengar, kolektor, musisi, pegiat industri bahkan akademisi, nyatanya turut memunculkan berbagai wacana juga mimpi-mimpi luhur, yang bermekaran berkat intensnya aktivitas pengarsipan.
"Ketika kami mendirikan Irama Nusantara tahun 2013, kami sangat yakin bahwa arsip merupakan salah satu kepingan vital yang kurang dari ekosistem ini," kata Dian Onno, salah seorang pendiri Irama Nusantara, sekaligus ketua Yayasan Irama Nusantara, dalam keterangan pers. "Tidak jarang, arsip ini membantu menjembatani beberapa permasalahan, atau menghubungkan beberapa pihak yang sebelumnya tidak terhubung. Secara umum, arsip ini ternyata merangkai hal yang samar jadi lebih terpadu."
Untuk itu, di momen 10 tahun perjalanan Irama Nusantara, organisasi yang boleh disebut sebagai pengisi keabsenan peran pemerintah dalam merekam jejak budaya populer dalam negeri ini mempersembahkan suatu pagelaran terpadu bertajuk "Rangkaian Irama". Terdiri dari beberapa program, "Rangkaian Irama" diagendakan menampilkan pameran arsip—sejauh ini Irama Nusantara telah mendigitalisasi lebih dari 7.5000 rilisan berformat shellac, vinyl, hingga kaset dari periode 1920-an hingga 2000-an-musik populer Indonesia, forum diskusi, pemutaran film, hingga pertunjukan musik.
Mengambil tempat di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, yang merupakan lokasi bersejarah bagi titik tolak bangsa sedari masa lampau, "Rangkaian Irama" akan berlangsung selama satu bulan penuh mulai 16 September hingga 15 Oktober 2023 secara cuma-cuma, alias hanya menarik tarif retribusi museum sebesar Rp 2.500.
Gelaran yang menandakan naik-turun perjalanan 10 tahun Irama Nusantara ini lantas menyajikan empat program utama, yaitu pameran arsip Dari Ngak Ngik Ngok ke Dheg Dheg Plas, kongres Konferensi Ria: Arsip Nusantara, forum diskusi Bisik-Bisik Musik, dan festival musik Irama Berdendang. Melalui keempat program tersebut, Irama Nusantara berupaya untuk memberi pengalaman kepada khalayak musik nusantara dalam menyelami lebih dalam dekade lampau budaya populer Indonesia, sekaligus memantik diskusi tentang apa saja yang menarik dan penting untuk keberlangsungan musik Indonesia.
Sementara lain, perihal Museum Kebangkitan Nasional yang digunakan sebagai venue "Rangkaian Irama", adalah satu bentuk dukungan nyata yang diberikan oleh Direktorat Perfilman, Musik, dan Media, Kemendikbudristek kepada Irama Nusantara, yang direkognisisi sebagai fasilitator dan regulator pustakawan budaya Indonesia, yang selama justru luput dari tangan pemerintah. "Misi kami pun selaras dengan Irama Nusantara yang ingin berjejaring, melestarikan, dan mewariskan", kata Ahmad Mahendra, Direktur Perfilman, Musik, dan Media, Kemendikbudristek, pada konferensi pers.
Dari Ngak Ngik Ngok ke Dheg Dheg Plas sampai Irama Berdendang
Mengutip Gerry Apriryan, program manager Irama Nusantara, "Rangkaian Irama" ini bermaksud untuk memperlihatkan apa yang sudah dikerjakan Irama Nusantara selama sedekade kepada publik, selagi menunjukan pentingnya posisi pengarsipan dalam ekosistem musik nasional. "Harapannya masyarakat bisa langsung merasakan fungsinya, dan menangkap pentingnya arsip, terutama di lingkup musik Indonesia. Sehingga kemudian semakin banyak orang yang tertarik untuk mengolah koleksi kami atau bahkan mungkin ikut berkontribusi," ujar Gerry saat jumpa pers.
Pameran arsip Dari Ngak Ngik Ngok ke Dheg Dheg Plas merujuk dari buku berjudul sama yang ditulis oleh Ignatius Aditya, mulai Sabtu, 16 September hingga Minggu, 15 Oktober 2023. Pameran ini disiapkan dengan mengambil tiga bingkai waktu perkembangan industri musik populer di tahun 1960 hingga 1969; tepatnya pra '60-an, '60-'65 (di bawah Orde lama), dan '66-'69 (Orde Baru).
Kemudian, publik juga bisa lebih dalam "mengalami" eksistensi budaya pop Indonesia era 1960-an, lewat pemutaran enam film legendaris Indonesia, dengan menggandeng Kineforum. Film-film seperti Amor & Humor (1961, sutradara Usmar Ismail), Bintang Ketjil (1963, sutradara Wim Umboh & Misbach Yusa Biran), dan beberapa film lainnya akan diputar setiap akhir pekan (17, 23, 30 September, dan 7 Oktober 2023, pukul 15:30, dan 14 & 15 Oktober 2023 pukul 12:30 dan 15:30), di Ruang Audio Visual, Museum Kebangkitan Nasional.
Program berikutnya adalah Konferensi Ria: Arsip Nusantara yang digelar pada Sabtu, 14 Oktober 2023, pukul 10:00 hingga 17:00. Ini merupakan ruang temu dan berbagi pengalaman para pegiat arsip budaya populer dari seluruh Indonesia, mengenai seluk-beluk kearsipan sekaligus berjejaring. Program ini terbatas untuk para undangan yang terdiri dari para pegiat arsip budaya populer dari seluruh Indonesia.
Selanjutnya, ada juga sembilan program diskusi bertajuk Bisik-Bisik Musik (pada 14 Oktober 2023, pukul 12:30 hingga 18:00, dan 15 Oktober 2023, pukul 10:00). Rangkain satu ini ditujukan bagi para pegiat historis, industri, akademik, dan juga penggunaan Hak Kekayaan Intelektual, yang ingin mengangkat dialog terkait arsip musik populer Indonesia dari sudut pandang. Beberapa topik yang akan dibahas di antaranya "Mengakses Ingatan Musikal Lewat Arsip Visual", "Arsip Inisiatif Kewargaan dan Kerja Komunitas", dan masih banyak lainnya.
Program keempat alias yang paling akhir dari "Rangkaian Irama" adalah Irama Berdendang, yang dihiasi lebih dari 20 artis akan terlibat dalam pertunjukan musik dengan konsep tribute, cover version, dan DJ set. Dilangsungkan pada yang 14 dan 15 Oktober 2023, nama-nama seperti Diskoria, Nonaria, Bangkutaman, Kurosuke, The Panturas, Louise Monique & Galabby Thahira, hingga beberapa DJ Selekta, akan membawakan lagu-lagu Disko Klasik Indonesia, Persembahan untuk Ismail Marzuki, lagu-lagu Pop Kreatif Indonesia, juga pertunjukan penghormatan kepada Eka Sapta, dan Kenang-Kenangan Roekiah.
Info selengkapnya mengenai "Rangkaian Irama" dapat diakses lebih lanjut melalui laman resmi iramanusantara.org, atau akun Instagram @iramanusantara.
(RIA/alm)