Bagi para penggemar manga maupun anime, pasti sudah tidak asing dengan One Piece. Karya mangaka terkenal, Eiichiro Oda ini merupakan salah satu serial komik paling terkenal dan juga dicintai di seluruh dunia. Setelah ribuan chapter manga dan episode anime, Netflix menjawab harapan para nakama sebutan penggemar One Piece dengan mengadaptasinya di dunia nyata lewat One Piece Live Action.
Sebagai seorang penggemar yang telah mencintai One Piece sejak kecil, saya tentu sangat antusias untuk menyaksikan tayangan perdananya, sama seperti para nakama di seluruh dunia. One Piece Live Action akan menjadi sebuah awal perjalanan sang calon raja bajak laut, Monkey D. Luffy dalam mengarungi lautan untuk menemukan harta karun peninggalan Gol D. Roger, One Piece.
Sebagai serial yang paling ditunggu-tunggu, tentu saja ada banyak harapan dan ekspektasi yang diharapkan dari One Piece Live Action ini. Apalagi sang mangaka, Oda, turun tangan menjadi produser eksekutif yang memantau buah karya dua sutradara dan penulis, Steven Maeda serta Matt Owens tersebut.
Beruntung CXO Media mendapat kesempatan untuk menyaksikan secara langsung episode pertama dari karya fenomenal asal Jepang tersebut. Sebagai disclaimer, saya mencoba untuk objektif memberikan ulasan episode pertama One Piece Live Action ini karena saya adalah penggemar.
Review One Piece Live Action
Sama seperti trailer yang sudah diberikan oleh Netflix beberapa waktu lalu, adegan pertama dibuka oleh flashback ketika Gol D. Roger (Michael Dorman) yang pada saat itu dikenal sebagai raja bajak laut akan dieksekusi di tengah lapangan kota Loguetown. Monkey D. Garp (Vincent Regan) sebagai vice admiral Marinir adalah orang yang menangkap Roger sekaligus eksekutor.
Sebelum Roger akhirnya dieksekusi, ia pun diberi kesempatan oleh Garp untuk mengucapkan kata-kata terakhir. Sambil tertawa, ia pun menantang para bajak laut untuk mencari harta karun yang dia tinggalkan di pulau terakhir di Grand Line, One Piece. Saat itulah, adegan langsung beralih ke waktu masa depan, di mana Luffy (Iñaki Godoy) sedang berada di atas kapal yang nyaris tenggelam. Lalu secara tidak sengaja naik ke atas kapal bajak laut Alvida (Ilia Isorelýs Paulino) dan bertemu dengan Coby (Morgan Davies).
Sesekali pula ada alur maju-mundur yang menampilkan masa kecil Luffy yang bertemu dengan Shanks (Peter Gadiot) dan memakan buah Gomu Gomu No Mi. Luffy dan Coby pun melanjutkan perjalanan mereka ke Pulau Goat. Di sanalah pertama kali Luffy bertemu dengan Roronoa Zoro (Mackenyu) dan Nami (Emily Rudd). Mereka pun bertarung menghadapi para marinir agar bisa lolos dari Kapten Marinir, Morgan (Langley Kirkwood).
Setelah lolos, mereka pun akhirnya pergi bersama menaiki kapal dan Luffy pun berpisah dari Coby yang memiliki cita-cita sebagai seorang marinir. Inilah yang menjadi penanda awal perjalanan panjang Luffy sebagai bajak laut yang akan bertemu dengan kru-krunya yang lain dan juga berbagai musuh yang mencoba menghalangi impiannya.
Penggambaran yang Pas Tanpa Berlebihan
Sebenarnya ada banyak orang yang skeptis tentang One Piece yang dibuat dalam format live action. Apalagi karya ini dicintai di seluruh dunia, bahkan hingga berbagai karakternya menjadi anime crush pertama banyak orang. Tapi, bagi kamu yang sudah menjadi nakama sejak dulu, poin penting yang harus di-bold adalah perbedaan cerita dengan versi anime, manga, maupun film anime.
Meskipun tidak sama, saya tetap menerimanya dengan rasa kekaguman yang luar biasa. Menerjemahkan karakter-karakter komik menjadi nyata bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Sesekali saya pun harus menahan air mata karena terharu serta mengapresiasi Steven Maeda dan Matt Owens yang mampu menulis kisah One Piece tanpa harus menghilangkan esensi terpenting dalam setiap alurnya.
Saking menikmati episode pertama One Piece Live Action, saya pun tidak sadar berapa lama screening ini berlangsung. Saya hanya kagum, bahwa sebagian besar penggambaran di manga atau anime, bisa ditampilkan di dunia nyata. Sudah sepantasnya para kru yang membuat set yang ada di gambar dibawa ke dunia nyata, mendapat big applause.
Latar lautan luas, kapal-kapal bajak laut yang di komik terlihat kecil, seakan menjadi nyata ketika di bawa ke dalam serial live action. Hal ini pun memberikan kepuasan dan kekaguman tersendiri bagi saya.
Selain itu, pemilihan karakter live action yang dipilih langsung oleh Oda pun menjadi tonggak utamanya. Monkey D. Luffy yang diperankan Iñaki Godoy asal Meksiko, Roronoa Zoro yang diperankan Mackenyu asal Jepang, Emily Rudd asal Amerika Serikat, Sanji yang diperankan Taz Skylar asal Inggris, dan Usopp yang diperankan Jacob Gibson keturunan Jamaika, menurut saya sukses memerankan peran mereka layaknya manga dan anime yang diciptakan oleh Oda.
Arc East Blue dalam One Piece Live Action mungkin akan terasa cepat bagi para penggemar. Namun, sama seperti yang saya katakan di judul, ini adalah awal perjalanan. Perjalanan One Piece Live Action untuk menemukan jalan ke hati para penggemar dan non-penggemar di seluruh dunia.
Bagi saya, One Piece Live Action seakan mimpi menjadi nyata, di mana manga dan anime first crush yang sudah saya baca dan saksikan lebih dari 25 tahun ini, ternyata bukan hanya sekadar khayalan sang penciptanya. Nantikan One Piece Live Action hanya di Netflix hari ini!
(DIR/alm)