Setelah merilis EP pada 2019, solois Bilal Indrajaya akhirnya merilis album perdana bertajuk Nelangsa Pasar Turi pada Rabu (28/06) lewat tengah malam. Pada album ini, Bilal mencurahkan perasaan nelangsa yang muncul dari momen-momen perjumpaan serta perpisahan di sepanjang perjalanan hidupnya. Perasaan tersebut dicurahkan ke dalam 9 lagu, termasuk dua single yang sudah dirilis sebelumnya yaitu "Niscaya" dan "Saujana".
Separuh dari album ini sebenarnya berisi lagu lama yang sudah berumur 3-4 tahun, ditulis pada 2019-2020 ketika Bilal sering melakukan perjalanan dari Jakarta ke Surabaya dan sebaliknya, yang menurutnya adalah salah satu momen terendah dalam hidupnya. Beberapa di antaranya menggambarkan keterikatan emosional Bilal terhadap stasiun yang pernah ia singgahi selama masa-masa tersebut, seperti "Juanda", "Sembilan Jam dari Gambir", dan "Nelangsa Pasar Turi".
"Menurut gue, bandara, stasiun, dan terminal adalah tempat paling membahagiakan dan paling menyedihkan, itu tempat 'hello dan goodbye'. Tempat paling melankolis dan nelangsa," ucapnya ketika ditemui saat listening party di Flix Cinema, Ashta, kawasan SCBD pada Selasa (27/06).
Bagaikan sebuah perjalanan, album ini menjadi pengantar bagi pendengar untuk mengarungi berbagai emosi yang muncul saat berjumpa dengan seseorang kemudian berpisah dengannya. Bilal memilih "one trip journey" sebagai deskripsi yang menggambarkan album Nelangsa Pasar Turi. Album ini dimulai dengan "Juanda" yang menggebu, lalu beralih ke suasana melankolis di tengah-tengah dengan "Sembilan Jam dari Gambir", kemudian ditutup dengan bittersweet oleh "Dalam Pelukan".
Album yang dirilis di bawah naungan Aksara Records ini terbilang unik karena lahir dari kolaborasi 5 produser yang turut membantu Bilal, yaitu Ilman Ibrahim, Kurosuke, Lafa Pratomo, Laleilmanino, serta Vega Antares. Meski ada banyak tangan yang terlibat, tapi Nelangsa Pasar Turi tetap menjadi satu kesatuan yang matang.
Untuk musiknya sendiri, Bilal mengaku terinspirasi dari musisi-musisi lama seperti George Duke dan Jackson Five. Tak heran, unsur funk dan jazz rock yang identik dengan musik pop era 80an sangat terasa dalam album ini.
Pada akhirnya, meski liriknya melankolis dan nelongso, tapi mendengar lagu-lagu dalam album ini membuat kita terasa seperti ditemani angin silir-semilir yang menyejukkan hati. Seperti merasa sepi di tengah keramaian, tapi ada keyakinan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Album Nelangsa Pasar Turi sudah bisa didengar di semua platform digital.