Diterjemahkan oleh Anastasya Lavenia. Untuk versi asli artikel, klik di sini.
Meski ada 8 miliar manusia di bumi, terkadang rasa asing terhadap dunia dan satu sama lain muncul tanpa bisa dihindari. Meski ironis, tapi faktanya keterasingan merupakan pengalaman yang bersifat universal. Terlepas dari apa yang pernah diutarakan oleh banyak orang, hidup tak memiliki buku panduan. Tentu saja ada ekspektasi dan tekanan sosial yang harus dipenuhi, tapi siapa yang menetapkannya? Mungkinkah ekspektasi yang ada sekarang dibuat oleh mereka yang dulu gagal memenuhinya—setelah mereka sendiri juga dibebankan dengan ekspektasi dari generasi terdahulu?
Semakin kita tumbuh dewasa, semakin kita menyadari bahwa kunci dalam menghadapi hidup adalah berimprovisasi. Tak ada satupun orang yang benar-benar tahu jawaban atas segalanya. Mungkin kenyataan ini terdengar pahit dan meresahkan, tapi kita bisa sedikit merasa lega ketika mengetahui bahwa orang lain juga merasakan hal yang sama-dan kita tidak sendirian. Bagi saya sendiri, penghiburan itu datang melalui Epik High.
Saya pertama kali berjumpa dengan musik Epik High di masa akhir perkuliahan, lewat rekomendasi seorang teman. Saat sedang menunda-nunda mengerjakan tugas kelompok, kami bergantian memutar musik. Ketika "Happen Ending" diputar, dalam sekejap saya tertarik untuk menjelajahi diskografi Epik High. Kombinasi antara lirik yang tajam dan melodi yang gloomy dalam lagu ini bagaikan cara mereka untuk mengusir kegelapan yang bersemayam di dalam diri.
Musik Epik High tertanam di benak saya selama bertahun-tahun. Melalui karya mereka, saya akhirnya menyadari bahwa perasaan terasing dan tendensi untuk mencari bantuan lewat kebiasaan-kebiasaan buruk bukanlah pengalaman yang saya alami sendiri.
Setelah lulus kuliah—di usia yang semakin tua namun belum sepenuhnya dewasa—saya mencoba meniti karier sebagai penulis. Membangun karier adalah proses yang melelahkan, keraguan terhadap diri sendiri datang siang dan malam. Belum lagi di fase adulting, kita semua dihadapkan dengan realita bahwa, siap tidak siap, ada beragam tanggung jawab yang harus dipikul. Pada suatu hari kerja yang biasa-biasa saja, Epik High merilis "Home is Far Away". Emosi yang telah terpendam berbulan-bulan akhirnya mengalir lewat lagu berdurasi 4:51 itu.
"The weight of today on top of my sagging shoulders
I wanna put it down for a moment
Home is far away"
Apa artinya "pulang"? Adakah makna mendalam dari kata "rumah"? Kelelahan Oh Hyuk yang merdu dan lirih di bagian awal lagu membuat saya teringat akan momen-momen ketika pulang ke rumah pada malam hari, sembari memikul kecemasan hari itu sebagai bekal. Saat itu juga, muncul kepedihan yang hampa dalam hati. Apakah "pulang" masih memiliki arti ketika pikiran selalu melayang jauh entah ke mana?
"What's always been asked of me
Is to reach a bit higher than I'm able to"
Bahkan sekarang, saya belum berhasil menjadi seseorang yang saya inginkan. Sepanjang hidup, kita selalu didikte untuk menempuh jalan hidup tertentu dan memenuhi ekspektasi tertentu. Apakah tujuan yang saya inginkan berasal dari diri sendiri, ataukah untuk memenuhi keinginan orang lain? Tapi mendengar Tablo—sosok yang saya kagumi—merasakan hal yang sama adalah sebuah bentuk pencerahan, meski ia memiliki jalan hidup yang berbeda dan telah berhasil meraih berbagai hal. Tablo lalu berkata,
"Complicated relationships, it's a paradox
Only relationships exist and there's no room for humans
Afraid of becoming ordinary, I dreamed a dream
But now, I'm jealous of the ordinary
As I stand all alone in the rain
If you don't grow, growing pains is just pain"
Di usia yang lebih muda, menjadi mediocre adalah sesuatu yang saya hindari. Tapi sekarang kalau dipikir-pikir sepertinya ketakutan itu lahir dari kenaifan belaka. Saya kerap meyakinkan diri sendiri bahwa saya sedikit demi sedikit tumbuh dewasa. Sebab kalau tidak, lantas apa gunanya mengalami pergulatan batin selama ini?
"Dreams just become baggage now
My only hope is to just leave it behind and run
Rushing myself to take just one more step
But when I looked up, I'm right in front of a cliff
I look back and all these expectations are lined up behind me
It pretends to support me but it's pushing my back"
Akankah segala sesuatu yang ingin kita capai pada akhirnya menjadi beban? Hidup berjalan tanpa menunggu siapa-siapa. Tak ada waktu untuk menoleh ke belakang. Tapi siapa yang bisa menjamin bahwa tak ada harga yang harus dibayar untuk terus melangkah ke depan? Seperti yang dikatakan Mithra Jin, hal-hal yang dirasa menopang kita untuk bertahan, suatu hari bisa terlihat seperti perangkap. Lagipula, kita tak tahu pengorbanan apa yang dibutuhkan untuk meraih sebuah mimpi-mimpi yang selalu hanya bisa dilihat dari kejauhan.
"The calculating world holds out its hand
I don't want to hold it but I'm even more scared of being empty-handed
I can hold it but would time really be the only thing that goes away?"
***
Lantunan piano moody dari DJ Tukutz yang menemani perjalanan pendek ini adalah musik melankolis untuk perjuangan kolektif yang kita hadapi. Selaras dengan judul album We've Done Something Wonderful, Epik High berhasil memberikan karya yang gemilang, bahkan hanya dengan "Home is Far Away". Sebagai penulis, kata-kata seringkali gagal menyuarakan apa yang kita rasakan—namun sepanjang lagu ini, saya dapat mendengar isi pikiran saya melalui kata-kata orang lain. Lirik-liriknya selalu pas dalam menggambarkan berbagai ketidakpuasan yang selama ini dipendam. Sebab terkadang yang kita butuhkan adalah merasa terhubung dengan orang lain. Sebagaimana tidak ada jawaban instan untuk ini semua, lagu ini juga tak menawarkan sebuah resolusi. Jalan yang harus dilalui masih panjang, tapi tak apa-apa. Sebab kita tidak akan pernah sendirian.