Seperti yang kita ketahui, Disney berhasil menggarap kembali proyek live-action untuk sederet cerita-cerita manis yang pernah menemani masa kecil banyak orang. Kali ini, Princess Ariel yang merupakan seorang putri duyung dari kerajaan bawah laut sukses disempurnakan ke layar lebar kembali dengan Halle Bailey yang memerankan karakter Ariel. Berbeda dengan garapan Disney, cerita asli mengenai mermaid ini sudah hadir dan dipublikasikan semenjak tahun 1837 oleh seorang penulis asal Denmark, Hans Christian Andersen, dengan tema dan nuansa yang lebih gelap.
Dalam versi Andersen, putri duyung yang menjadi karakter utama lebih memilih untuk memotong lidahnya dan dibakar hidup-hidup oleh pangeran ketika ia memilih wanita lain hingga akhirnya ia larut menjadi buih lautan, dibandingkan menyelamatkan hidupnya sendiri dengan menusuk pangeran tersebut tepat di jantungnya dan mandi dengan darah dari pangeran yang dicintainya.
Mengulas sejarahnya, Terry Breverton menulis tentang mitos tentang hal ini di dalam bukunya yang berjudul Phantasmagoria: A Compendium of Monsters, Myths, and Legends. Ia menulis bahwa pada sekitar 4.000 tahun yang lalu sebelum adanya putri duyung, hiduplah seorang merman yang bernama Ea, seorang dewa laut Babilonia.
Ea memiliki tubuh manusia pada bagian atas dan bagian tubuh bawahnya berupa layaknya ikan. Ia dikatakan sebagai salah satu dewa yang memberikan dampak baik, karena membawa seni dan sains kepada manusia serta memerangi kejahatan di saat yang bersamaan. Kini, Ea dikenal oleh orang Yunani sebagai Poseidon atau Neptunus bagi orang Romawi.
Salah satu legenda putri duyung paling awal muncul di Suriah sekitar 1.000 SM tentang dewi Atargatis. Dalam legendanya, Atargatis jatuh cinta pada seorang manusia. Namun tragisnya, dia secara tidak sengaja membunuh kekasihnya dan melompat ke danau, mengambil bentuk ikan karena malu atas tindakannya.
Terlepas dari usahanya, bagaimanapun air danau tidak dapat menyembunyikan kecantikan dewi Atargatis sehingga dia dapat mempertahankan bentuk manusianya dari pinggang ke atas namun bagian tubuh bawahnya menyerupai seekor ikan. Kisah ini menyebabkan stigma yang melekat pada masyarakat mengenai mengonsumsi ikan di wilayah tersebut. Menurut penulis Suriah Lucian dari Samosata hal ini dikarenakan banyak yang percaya bahwa dewi Atargatis yang menyerupai ikan tersebut masih ada dan berkeliaran di laut.
Mitos yang paling umum mengenai putri duyung ini adalah kemampuan mereka untuk bernyanyi dengan merdu sebagai caranya untuk memikat para pelaut agar lompat ke dalam lautan. Tujuannya? Tidak ada. Mereka hanya ingin menggoda dan menenggelamkan manusia ke dasar lautan untuk hiburan semata saja.
Eksistensi putri duyung memang hingga saat ini memang hanya sebatas mitos dan legenda belaka, bahkan belum ada penemuan yang pasti mengenai keberadaan mereka. Namun, tersiar sejarah bahwa para pelaut dari berabad-abad yang lalu mengklaim bahwa mereka pernah melihat putri duyung secara langsung.
Christopher Columbus yang merupakan seorang penjelajah adalah salah satu orang yang mengatakan bahwa ia pernah melihat mermaid secara langsung ketika menjelajah lautan. Menurutnya, putri duyung yang ia temui aslinya tidak secantik dan seindah yang digambarkan dongeng-dongeng dan sejarah yang ada.
Gambaran putri duyung di berbagai budaya
Di setiap negara dan budaya, mitos perihal eksistensi putri duyung cukup berbeda satu dengan yang lainnya. Meskipun pada umumnya putri duyung dipercaya sebagai gadis cantik setengah ikan yang pandai bernyanyi untuk memikat para pelaut dan menyeret mereka ke dasar laut, ada pula budaya-budaya lain yang menganggap bahwa putri duyung adalah sebuah berkah dan pertanda baik bagi para pelaut.
Di Tiongkok dan Korea, putri duyung adalah sebuah legenda yang mendeskripsikannya sebagai wanita cantik, lembut, serta sebuah anugrah untuk lautan, bahkan air matanya dapat berubah menjadi butiran mutiara. Masyarakat Tiongkok dan Korea melihat putri duyung sebagai seorang dewi yang memperingatkan para nelayan tentang badai laut dan malapetaka yang akan datang.
Berbeda dengan persepsi masyarakat Tiongkok dan Korea, masyarakat Jepang, Inggris dan Brazil justru percaya bahwa putri duyung adalah salah satu dari banyaknya dark creature yang melegenda. Mereka adalah sebuah simbol yang menggambarkan badai dan nasib buruk sehingga pelaut harus menjauh dari makhluk ini. Meskipun digambarkan sebagai perempuan cantik, mereka selalu disalahkan apabila ada manusia yang menghilang di Amazon.
Ada atau tidaknya makhluk yang satu ini memang sejauh ini masih menjadi sebuah mitos belaka. Belum ada penelitian lebih jauh mengenai eksistensinya hingga sampai saat ini. Meskipun masih menjadi misteri, mengetahui fakta bahwa hanya sebesar 10% saja dari lautan yang diteliti dan diketahui, masih ada 90% lainnya yang belum banyak diketahui, mungkin saja mereka benar-benar ada, kan?
(DIP/alm)