Tanggal 3 Mei diperingati sebagai Hari Kebebasan Pers Sedunia. Bisa dikatakan, pers adalah mata dan telinga masyarakat, yang menjaga agar publik selalu teredukasi mengenai dunia di sekitar mereka. Pers memiliki kuasa untuk mendorong perubahan, tapi dalam menjalankan tugasnya pers juga memiliki banyak tantangan. Tak jarang, kisah dari para jurnalis juga tak kalah menariknya dibanding artikel yang mereka tulis.
Dalam rangka menyambut Hari Kebebasan Pers, kami memberikan rekomendasi film yang mengangkat jurnalisme. Film-film ini menceritakan the power of media dan bagaimana orang-orang di baliknya bekerja. Berikut adalah beberapa film yang harus kamu tonton!
A Taxi Driver/ Foto: IMDb |
A Taxi Driver (2017)
A Taxi Driver adalah film Korea yang berangkat dari kisah nyata mengenai Gwangju Uprising pada 1980. Saat itu, kondisi di Gwangju sangat mencekam; pemerintah memberlakukan darurat militer, korban warga sipil berjatuhan, dan semua akses ke Gwangju ditutupi.
Di sinilah cerita dimulai, ketika supir taksi dari Seoul bernama Kim Man-soeb (Song Kang-ho) mengantarkan penumpang dari Seoul ke Gwangju. Kim tidak tahu bahwa penumpang tersebut adalah seorang jurnalis dari Jerman, Jürgen "Peter" Hinzpeter, yang ingin meliput peristiwa Gwangju. Ia juga tidak tahu kalau kondisi di Gwangju sedang kacau.
Sampai di Gwangju, kedatangan Peter disambut baik oleh mahasiswa dan warga sipil yang berdemonstrasi. Namun Peter dan Kim harus mempertaruhkan keselamatan mereka karena dituduh komunis oleh rezim tentara yang menguasai Gwangju. Dengan bantuan Kim, Peter akhirnya berhasil menyiarkan footage mengenai kondisi sebenarnya yang terjadi di Gwangju kepada dunia. Namun hingga hari ini, identitas sebenarnya dari supir taksi tersebut masih belum diketahui.
Spotlight/ Foto: IMDb |
Spotlight (2015)
Pada 2002, koran Boston Globe menerbitkan laporan investigasi mengenai kekerasan seksual sistemik yang terjadi di Gereja Katolik; ada ratusan kasus pelecehan terhadap anak yang dilakukan oleh pastor dan ditutupi oleh Gereja. Spotlight adalah film yang mengangkat tim jurnalis Boston Globe yang berusaha untuk mengungkap kasus tersebut.
Spotlight menggambarkan kesulitan yang dialami para jurnalis dalam mengungkap kebenaran, terutama ketika mereka harus berhadapan dengan institusi yang berkuasa. Mereka harus menggali fakta, menghubungi para korban, dan berhadapan langsung dengan petinggi gereja yang dipuja-puja oleh jemaat. Meski memberi apresiasi kepada Boston Globe, tapi film ini juga menunjukkan bahwa ada banyak yang dikorbankan jurnalis dalam menjalankan pekerjaan mereka.
The Post/ Foto: IMDb |
The Post (2017)
Media memiliki tugas utama untuk memberitakan kebenaran kepada publik, tapi seringkali hal ini terkendala oleh kepentingan; baik itu kepentingan pemilik media atau orang-orang berkuasa yang berada dalam jejaring media. Masalah ini tergambarkan dalam The Post ketika Katherine Graham (Meryl Streep), pemilik The Washington Post, menghadapi pilihan sulit untuk menerbitkan Pentagon Papers.
Pentagon Papers adalah kumpulan dokumen rahasia berisi fakta mengenai keterlibatan pemerintah Amerika Serikat dalam Perang Vietnam. Dilema Katherine muncul tatkala ia berteman dengan orang-orang pemerintahan yang terlibat dalam Pentagon Papers. Dengan menerbitkan berita ini, ia akan dikucilkan, kehilangan investor, dan menghadapi kemarahan Presiden Nixon. Pada akhirnya, Katherine memutuskan untuk menerbitkan berita tersebut.
She Said/ Foto: IMDb |
She Said (2022)
Pada 2017, publik dikejutkan dengan berita mengenai kekerasan seksual di Hollywood yang melibatkan produser ternama Harvey Weinstein. Berita ini mendorong sejumlah aktris untuk berbicara mengenai pelecehan yang mereka alami, dan akhirnya melahirkan gerakan MeToo. Di balik gerakan MeToo, ada peran besar media, khususnya The New York Times. Inilah kisah yang diangkat ke dalam film She Said.
She Said bercerita tentang dua jurnalis The New York Times, Jodi Kantor dan Megan Twohey, yang melakukan investigasi terhadap pelecehan seksual yang dilakukan Harvey Weinstein. Menariknya, Ashley Judd-salah satu aktris yang menjadi korban Harvey ikut muncul dalam film ini dengan berperan sebagai dirinya sendiri.
The French Dispatch/ Foto: IMDb |
The French Dispatch (2021)
Sebagian besar film yang mengangkat jurnalisme adalah film drama atau thriller mengenai jurnalisme investigasi. Memang, dibanding jurnalisme investigasi, liputan mengenai human interest, fashion, atau pop culture, terdengar banal dan tak signifikan. Tapi, liputan-liputan yang dekat dengan keseharian ini sebenarnya menyimpan sisi humanis yang mungkin terlupakan oleh banyak orang. Inilah yang diangkat oleh Wes Anderson ke dalam filmnya yang berjudul The French Dispatch.
Dijuluki oleh kritikus sebagai "surat cinta untuk jurnalisme", film ini bercerita tentang keseharian macam-macam jurnalis di majalah fiktif bernama The French Dispatch. Setelah kematian sang editor, tim redaksi menyusun edisi terakhir majalah yang berisi 4 artikel dan 1 obituari. Keempat artikel itu mengangkat cerita yang berbeda-beda; mulai dari sosok seniman yang kini mendekam di penjara, kota Ennui-sur-Blasé dari mata penduduknya, hingga artikel mengenai protes mahasiswa.
Dengan gaya storytelling khas Wes Anderson yang quirky, The French Dispatch adalah tribute bagi jurnalis yang mendedikasikan diri mereka untuk menulis-terlepas dari apapun topiknya.
Deretan film di atas adalah bukti bahwa kisah orang-orang yang bekerja di balik layar media juga layak untuk diceritakan. Sebab di balik setiap artikel berita yang kita baca, ada jurnalis yang bekerja tanpa lelah untuk menghasilkan karya jurnalistik yang bisa dinikmati oleh banyak orang. Siapa tahu, sebentar lagi ada produser atau sutradara yang tertarik membuat film tentang pekerja media online.