Legenda blantika musik Indonesia memang banyak, dari yang masih berkarya hingga yang telah tiada. Dari semua nama yang tidak akan habisnya saya sebutkan, Chrisye memiliki tempat berbeda di sistem pendengaran dan hati saya. Karya-karyanya tidak hanya menjadi catatan emas bagi industri musik, tapi juga bagi saya sendiri. Bagaimana ceritanya Chrisye yang lebih sering dikenal dengan lagu-lagu cinta lewat rangkaian lirik yang tidak murahan, tapi juga memiliki repertoar lagu bernuansa religi untuk membawa kita kembali mengingat akan kuasa-Nya. Dalam kesempatan kali ini, empat lagu mendiang Chrisye telah saya rangkum untuk menjadi teman menutup bulan Ramadan.
1. "Damai Bersamamu"
Beberapa bulan lalu, saya baru mengetahui tentang lagu "Damai Bersamamu" ketika sedang melihat rilisan Chrisye di Spotify. Sebagai first timer, "Damai Bersamamu" langsung menjadi salah satu favorit saya dari pria kelahiran tahun 1949 ini.
Chrisye melantunkan kata demi kata yang membawa kita untuk terus mengucap syukur atas segala bentuk keadaan dalam hidup ini. Mau baik atau buruk, damai itu pasti ada bersama-Nya. Ketika masuk ke bagian chorus, akhirnya kata "Tuhan" ia sebutkan sebagai tokoh pamungkas atas segala bentuk berkat yang kita dapatkan dalam hidup ini.
2. "Jika Surga dan Neraka Tak Pernah Ada" feat. Ahmad Dhani
Pengalaman saya mendengar lagu ini untuk pertama kali cukup unik; lewat sebuah video klip yang ditayangkan di TV pada siang hari. Di sana tampak Chrisye dan Ahmad Dhani saling bernyanyi di sebuah transportasi umum.
Saya dibawa ke dalam cerita kelam dari beberapa penumpang yang mereka highlight sebagai inti cerita dari lagu ini: apakah kita mau terus mengucap syukur dan menyembah-Nya kalau tidak ada imbalan atau hukuman atas nama surga dan neraka?
3. "Ketika Tangan dan Kaki Berkata"
Mungkin "Ketika Tangan dan Kaki Berkata" menjadi lagu paling "seram" dari Chrisye. Kita tidak lagi bicara tentang betapa buruknya kondisi hati saat putus cinta. Lagu ini jauh lebih tinggi dari itu. Bagaimana jika tiba-tiba hari kiamat itu tiba? Apakah kita siap mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukan sepanjang hidup?
"Mohon karunia kepada kami, hamba-Mu yang hina" menjadi kalimat penutup yang tidak hanya mengakhiri lagu secara harfiah, tapi juga menjadi bentuk kesadaran diri untuk kehidupan kita ke depannya lewat nafas yang yang masih mau diberikan oleh-Nya.
4. "Sabda Alam"
"Sabda Alam" memang tidak terdengar seperti lagu yang bisa dikaitkan dengan religi. Tapi bodo amat, saya selalu memaknai lagu ini sebagai bentuk nyanyian syukur atas keindahan alam dan segala jenis kehidupan di dalamnya.
Suasana pagi terasa menjadi latar belakang lagu ini. Ketika banyak manusia yang harus mulai beraktivitas tanpa mengenal lelah, mereka terkadang lupa pentingnya bersyukur atas satu hal terkecil: tetap bisa terbangun dari tidur dan kembali beraktivitas. Apakah hal itu tidak patut disyukuri?
(tim/alm)