Saya tidak pernah menganggap diri saya sebagai seseorang yang artsy atau bahkan paham mengenai hal-hal yang berbau seni. Namun, bukan berarti saya enggan untuk mengenal lebih dalam atau bahkan langsung turun tangan dalam proses pembuatan karya seni. Untungnya, beberapa hari yang lalu saya berkesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas pottery wheel yang diselenggarakan oleh Ganara Art di Plaza Indonesia.
Sebelum duduk di wheel-nya, semua partisipan diminta untuk memperhatikan tata cara dan langkah-langkah untuk membuat sebuah karya seperti gelas, mangkuk atau vas oleh guru yang akan membimbing kelas pottery pada sore itu. Mulai dari peletakan jari tangan pada clay hingga cara memberikan sentuhan akhir pada proses penyelesaian, semuanya dijelaskan secara lengkap dan jelas.
Setelah selesai dengan presentasi singkat, kami pun diminta untuk langsung memulai proses pottery pada meja masing-masing. Awalnya, saya ragu untuk mulai menyentuh clay yang ada di hadapan saya. Namun, setelah melihat peserta lain yang ada di sebelah saya sudah mulai untuk melakukan shaping, saya pun terdorong untuk langsung membasahi tangan dan ikut melakukan shaping layaknya yang sudah dipraktikkan sebelumnya pada presentasi awal.
Bongkahan clay yang belum dibentuk/ Foto: CXO Media/Dinar Pamugari |
Tidak disangka, menyentuh dan membuat bentuk pada clay ternyata sangat menyenangkan dan dapat saya katakan sebagai stress reliever. Saat peserta lain sudah terlihat setengah jalan dan bentuk yang ingin mereka capai sudah mulai terlihat, saya masih struggling untuk mencari tahu bentuk apa yang sebenarnya ingin saya dapatkan untuk hasil akhir.
Namun, setelah bertanya dan meminta bantuan pada guru yang mondar-mandir untuk memastikan partisipan tidak kesulitan, saya memilih untuk membuat vas kecil yang entah bagaimana bentuknya belum saya pikirkan.
Bongkahan clay tersebut pun mulai saya bangun untuk terlihat semakin tinggi dan membuat ruang di bagian tengah sambil memastikan dinding di setiap sisinya tidak begitu tipis dan tetap kokoh. Setelah mulai meninggi, saya mencoba untuk membuat sedikit lekukan pada bagian luar untuk membuat vas tersebut terlihat lebih cantik. Sempat bergulat dengan bagian bibir vas, saya berakhir dengan bentuk yang identik dengan kelopak bunga lily.
Sebenarnya, proses pembuatan pottery ini masih cukup panjang di mana hasil pottery harus dikeringkan pada suhu ruangan dalam beberapa hari dan dilanjutkan dengan proses pembakaran. Seusai proses pembakaran, pottery pun siap untuk dicat dan dihias dengan sesuka hati. Namun, karena waktu yang terbatas, kami hanya berhenti pada proses pengeringan di suhu ruangan.
Pottery wheel ini adalah sebuah experience yang menyenangkan bagi saya pribadi. Tidak hanya menyenangkan, pottery wheel juga mendorong saya untuk berpikir kreatif sekaligus menerjemahkan apa yang diimajinasikan menjadi sebuah bentuk seni yang dibuat oleh tangan sendiri.
(DIP/DIR)