Musik adalah salah satu bagian peradaban manusia yang tak pernah lekang oleh waktu. Selama ribuan tahun, musik berkembang mulai dari suara-suara sederhana yang digunakan untuk berkomunikasi, hingga membentuk nada-nada yang kita kenal hari ini dan tercipta menjadi alunan yang indah.
Musik yang bisa kita nikmati lewat platform-platform musik favorit hari ini, awalnya hanya bisa didengar secara langsung saja. Namun seiring berkembangnya pengetahuan dan penemuan manusia, industri musik pun ikut bertumbuh hingga kini bisa disimpan melalui file-file data yang direkam.
Merayakan Hari Musik Nasional, CXO Media mencoba mengenalkan kembali berbagai wadah yang digunakan untuk penyimpanan musik dari masa ke masa di abad ke-20, yuk simak apa saja alat-alat itu!
Fonograf Edison/ Foto: Unsplash |
Fonograf Silinder Edison - 1877
Di awal abad ke-20 atau memasuki abad modern, para penemu di dunia mencoba mencari cara untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Thomas Edison menemukan cara untuk mendengarkan suara. Ia menciptakan fonograf silinder yang terbuat dari lilin. Ini juga cara pertama untuk mendengarkan pesan telefon.
Vinyl/ Foto: Unsplash |
Vinyl - 1888
Pada tahun 1888, Emile Berliner menemukan piringan datar pertama. Rekaman ini terbuat dari karet vulkanisasi dan tidak terlalu besar. Diameternya antara 12.5 cm dan 18 cm. Vinyl awalnya akan dimainkan di Gramofon, yang menggunakan stylus seperti jarum halus untuk melacak lekukan pada alur halus pada rekaman.
Getaran yang dihasilkan akan ditransfer dari stylus ke 'diafragma' yang disalurkan melalui pengeras suara. Berabad-abad, gramofon akhirnya berkembang jadi pemutar rekaman modern dan masih dianggap sebagai salah satu cara terbaik untuk mendengarkan musik berkualitas tinggi.
Kaset/ Foto: Unsplash |
Kaset - 1966
Berabad-abad orang-orang di dunia menggunakan vinil sebagai alat untuk merekam, menyimpan dan menjual musik. Namun sayangnya bahan yang mahal membuat manusia harus mencari solusi dari masalah ini. Setelah ditemukannya karya ilmiah elektro-magnetik dan listrik, industri musik dunia maju lebih pesat dari perkiraan.
Pada 1966 munculnya bentuk penyimpanan data suara yang lebih modern dan lebih compact. Adalah kaset yang ditemukan oleh Philips pada tahun 1962 yang dikenal meringkas audio lebih baik. Berkat ukurannya yang kecil dan portabilitas yang mudah, kaset ini akan menjadi gamechanger di industri musik.
Sebelumnya kaset yang hanya bisa didengarkan lewat alat pemutar yang besar, pada 1981, Sony memperkenalkan Walkman, pemutar musik portabel untuk memutar kaset yang bisa dibawa ke mana-mana.
Compact Disk/ Foto: Unsplash |
Compact Disk (CD) 1980
Setelah mengeluarkan Walkman, Sony bersama Philips mengeluarkan Compact Disk atau CD. CD pertama yang dibuat oleh mereka mampu menampung sekitar 74 menit musik. Selain itu, CD juga lebih compact, portabel, murah, dan lebih bisa menampung audio berkualitas tinggi daripada piringan hitam atau kaset.
Tak seperti vinil atau kaset, CD tidak bergantuk pada kontak fisik apapun untuk membaca atau menulis data. CD menggunakan optik atau lampu laser yang berkedip untuk merekam dan membaca informasi dari cakram logam yang mengkilap. Pada pemutar CD, satu-satunya yang menyentuhnya adalah cahaya dari laser tersebut.
MP3 - 1987
Pada akhir tahun 80an, seorang spesialis matematika dan elektronik, Brandenburg asal Jerman menemukan sebuah metode baru untuk mengompresi musik, bernama MP3. MP3 merupakan singkatan dari MPEG Audio Layer III--standar untuk kompresi audio yang membuat file musik menjadi lebih kecil dengan sedikit atau tanpa penurunan kualitas suara.
Namun butuh waktu lebih dari 10 tahun untuk mereka merilis MP3 di publik. Pada 1999, MP3 pertama kali diperkenalkan dan diputarkan melalui fitur buatan Windows yang dirilis setahun sebelumnya bernama Winamp.
Apple iPod/ Foto: Unsplash |
Apple iPod - 2001
Seiring berkembangnya dunia digital, orang-orang pun mulai beralih dari analog menjadi digital, tak terkecuali dalam mendengarkan lagu. Pada 2001, Apple memperkenalkan sebuah perangkat penyimpanan musik yang mampu menampung ratusan hingga ribuan file lagu. Bahkan saat itu, kita mendengarkan musik secara digital selama 10 jam non-stop.
Cloud - Sekarang
Ya, dunia internet yang semakin berkembang membuat industri musik menuju arah yang lebih modern dan kini bisa diakses oleh siapapun juga di mana pun. Saat ini, musik tak hanya direkam dan disimpan dalam sebuah storage melainkan cloud mode penyimpanan data komputer di mana data digital disimpan di server yang hanya dapat diakses melalui internet.
Cloud Storage memungkinkan para musisi untuk menyimpan, mengakses, dan memelihara data. Sehingga mereka tidak perlu memiliki dan mengoperasikan pusat datanya sendiri, memindahkan pengeluaran dari model pengeluaran modal ke operasional. Cloud Storage dapat diskalakan, memungkinkan musisi memperluas atau mengurangi jejak data mereka sesuai kebutuhan. Jadi file penyimpanan musik akan bertahan selamanya tanpa takut rusak atau hilang.
Spotify/ Foto: Unsplash |
Itulah wadah-wadah yang digunakan untuk menyimpan file musik oleh para musisi dunia dari abad ke abad. Meskipun sebagian besar bukan menjadi favorit untuk musisi menyimpan audio musiknya, namun sayang rasanya bila kegunaan wadah ini terlupakan begitu saja dimakan zaman. Agaknya di Hari Musik Nasional ini, kita mengingat kembali aspek-aspek yang selama ini mendukung semakin majunya industri musik--tak hanya dalam negeri tapi juga di seluruh dunia.
(DIR/ari)