Suasana Kota Surabaya pagi itu cukup sendu karena beberapa hari terakhir, Kota Pahlawan ini diguyur hujan selepas Imlek. Cuaca yang bersahabat dengan matahari yang tidak terlalu panas membuat saya bersemangat untuk bertualang di Surabaya.
Namun sayangnya, karena keterbatasan waktu, saya pun mau tak mau harus memikirkan ke mana saja saya harus pergi dan apa saja yang harus saya cicipi di Surabaya. Saat saya sampai di kota ini, saya hanya punya waktu 12 jam saja untuk menikmati setiap sudut kota Surabaya dengan keanekaragaman masyarakatnya.
Tempat Wisata Surabaya untuk 12 Jam
Nah berikut ini adalah beberapa tempat yang saya datangi, dan mungkin bisa menjadi rekomendasi untuk kamu yang mungkin juga ingin bertualang di Surabaya dengan waktu yang sempit.
Alun-Alun Kota Surabaya/ Foto: Dian Rosalina |
1. Alun-alun Kota Surabaya
Tak perlu mahal untuk singgah ke suatu kota—apalagi bagi kamu yang berkantong tipis tapi tetap ingin jalan-jalan. Saat pergi ke Surabaya, cobalah mampir ke alun-alun kota. Di sana saya menikmati beberapa atraksi secara gratis dan juga bisa menambah koleksi foto Instagram.
Arsitektur khas Belanda yang masih terjaga membuat alun-alun kota Surabaya cocok dijadikan tempat foto-foto. Selain itu, di kompleks alun-alun terdapat perpustakaan umum daerah Surabaya. Meskipun cukup kecil untuk ukuran perpustakaan umum daerah, namun koleksi bukunya cukup lengkap.
Exhibition di Alun-Alun Kota Surabaya/ Foto: Dian Rosalina |
Mereka pun menyediakan beberapa komputer dengan fitur multimedia yang ramah anak. Sehingga, anak-anak pun dapat menikmati berbagai permainan edukasi dari komputer perpustakaan tersebut. Bergeser sedikit—di depan pusat informasi wisata—kamu akan menemukan eskalator menuju ruangan exhibition yang biasa digunakan untuk memamerkan karya seniman maupun pameran dari museum.
Kebetulan saat saya berkunjung, exhibition room sedang memamerkan karya-karya foto perjalanan hidup dr. Soetomo atau yang lebih kita kenal Bung Tomo, saat ia masih bekerja di Rumah Sakit (RS) Center Buggerlijk Zienkenhuis (CBS) di Karangmenjangan. Di sisi belakang exhibition room disediakan arena bagi anak-anak muda yang punya hobi bermain skateboard.
Monumen Tugu Pahlawan Surabaya/ Foto: Dian Rosalina |
2. Monumen Tugu Pahlawan dan Museum Sepuluh Nopember Surabaya
Ya, belum lengkap rasanya jika berkunjung ke kotanya para pahlawan tanpa berkunjung ke Monumen Tugu Pahlawan dan Museum Sepuluh Nopember Surabaya. Monumen Tugu Pahlawan Surabaya yang tepat berada di seberang kantor Gubernur Jawa Timur ini dibuat sebagai pengingat perjuangan para pahlawan yang mempertahankan Kota Surabaya dari agresi militer Belanda yang dibantu oleh Inggris.
Di area yang cukup luas tersebut terdapat beberapa patung pahlawan yang menjadi pionir gerakan 10 November. Sedangkan di bagian bawahnya, kamu akan mendapatkan berbagai informasi mengenai timeline perjuangan pahlawan hingga pecahnya peristiwa 10 November 1945.
Patung Peristiwa 10 November 1945/ Foto: Dian Rosalina |
Kamu akan melihat berbagai koleksi museum, mulai dari salinan suara Bung Tomo yang sedang berorasi membakar semangat masyarakat untuk berjuang, koleksi-koleksi senjata yang digunakan oleh para tentara sekutu dan para pejuang Indonesia, dan tentu saja diorama yang menjelaskan peristiwa-peristiwa tersebut.
Untuk masuk ke sini, kamu hanya perlu mengisi data dan membayar Rp5 ribu saja. Bukan harga yang mahal kan untuk mendapatkan sebuah ilmu baru?
3. Warung Tempe Penyet Mbak Noer
Puas berjalan-jalan, tak terasa perut saya mulai keroncongan. Diiringi hujan ringan, saya pun pergi ke sebuah warung makan penyetan yang menyediakan menu berbeda dari warung lainnya. Di warung ini kamu memang masih mendapati menu seperti ayam, bebek, ikan, telor, dan ati ampela. Namun yang membuatnya berbeda adalah pe.
Pe sendiri merupakan sebutan lain dari ikan pari bakar. Ya, Warung Tempe Penyet Mbak Noer ini menyedikan ikan pari bakar sebagai menu signature mereka. Sebagai orang yang kurang suka mencicipi hal baru, saya pun menantang diri saya untuk mencoba menu yang satu ini.
Nasi Pe dan Telor, Menu Signature Warung Tempe Penyet Mbak Noer/ Foto: Dian Rosalina |
Secara bentuk, pe tampak seperti daging iga bakar sebab ada tulang di tengahnya. Saya memesan menu Nasi Pe dan Telor. Dalam satu piring saya mendapatkan telur dadar ukuran besar, nasi, sambal ekstra pedas, daun pepaya rebus, lalapan, dan tentu saja pe bakar. Secara rasa, pe sendiri seperti ikan pada umumnya, namun yang membuatnya berbeda adalah tidak ada rasa amis yang saya rasakan di pe ini.
Dagingnya yang mirip dengan suwiran daging ayam, lalu aromanya yang tidak terlalu aneh, membuat lidah saya pun tak menolak pe. Mungkin semua itu dibantu oleh sambal ulek pedas dari Warung Tempe Penyet Mbak Noer ini. Untuk satu piring Nasi Pe dan Telor serta segelas es teh manis, saya menghabiskan Rp29 ribu.
Secara harga sebenarnya memang agak mahal dari warung penyetan pada umumnya, namun saya rasa wajar karena menu signature pe ini tidak bisa kamu temukan di tempat lain.
4. Klenteng Sanggar Agung dan Patung Brahma 4 Rupa
Tidak seperti biasanya, Surabaya hari itu sangat basah—alias hampir seharian hujan. Tapi hal itu mungkin karena doa-doa dari masyarakat Tiongkok di Surabaya yang ingin tahun kelinci ini dibanjiri rejeki. Dengan semangat itu pula, saya mencoba mengunjungi sebuah kelenteng yang cukup terkenal di Surabaya.
Bukan karena doa-doanya yang manjur saja, tapi juga terdapat sebuah patung Dewi Kwan Im yang berdiri di atas dua naga yang menghadap Selat Madura. Adalah Kelenteng Sanggar Agung, sebuah tempat ibadah umat Konghucu yang berada di dalam kompleks wisata Kenjeran Park.
Sebagai Muslim, awalnya saya merasa segan untuk berkunjung karena takut akan mengganggu orang yang sedang beribadah di kelenteng. Namun ternyata perawat rumah ibadah tersebut menyediakan jalur sendiri bagi orang yang memang sengaja berkunjung ke sana.
Patung Dewi Kwan Im di Sanggar Agung/ Foto: Dian Rosalina |
Saat saya ke sana, suasana pluralisme pun sangat terasa. Di hadapan patung Dewi Kwan Im yang megah bersama 6 dewa lainnya dan 2 naga yang menyangga sang dewi membuat suasana ketika saya memasuki klenteng sangat khidmat. Setelah itu, barulah beberapa rombongan yang juga sengaja berkunjung untuk wisata pun masuk.
Sayangnya di hari itu, hujan turun agak lebat, sehingga saya pun tidak mendapatkan kesempatan untuk melihat birunya langit Surabaya yang biasa menjadi latar belakang patung tersebut.
Patung Brahma atau Buddha 4 Rupa/ Foto: Dian Rosalina |
Puas berkunjung ke patung Dewi Kwan Im, di komplek depan Klenteng terdapat sebuah patung yang tak kalah megahnya, yakni patung Brahma 4 Rupa. Patung setinggi 36 meter berlapis warna emas ini menyimbolkan sifat-sifat yang dimiliki Buddha yakni murah hati, pengasih, adil serta perenungan. Sehingga terasa sekali multikulturalisme di Surabaya.
Tapi sayangnya, kondisi yang kurang terawat di komplek Kenjeran Park membuat suasananya pun terasa seperti taman bermain yang ditinggalkan. Apalagi beberapa wahana ditumbuhi pohon dan ilalang. Untuk tiket masuk, kamu cukup membayar Rp10 ribu saja pada siang hari dan Rp25 ribu pada malam hari.
Penasaran dengan tempat-tempat menarik lainnya di Surabaya yang tim CXO Media rekomendasikan? Simak di Where to Go: Saat Kamu Cuma Punya Waktu 12 Jam di Surabaya (Part 2).
(DIR/alm)