Tato, sebuah seni yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu di berbagai kebudayaan, namun sampai detik ini masih terkesan tabu-khususnya di Indonesia sendiri. Di sisi lain, seni merajah tubuh dengan berbagai gambar dan tulisan ini semakin banyak diminati masyarakat, khususnya kalangan anak muda. Mungkin kamu sendiri saat ini juga memiliki minat atau bahkan sudah mempunyai tato di beberapa bagian tubuh. Terkadang ada saja pemikiran tentang pandangan orang lain terkait tato yang dimiliki, baik secara positif atau negatif. Namun sebelum memikirkan hal itu, sebenarnya ada satu lagi pemikiran tentang tato yang jauh lebih penting. Apakah tato itu harus penuh makna atau untuk gaya saja? Jika ditanya seperti itu, maka apa jawaban kamu?
Tato membuat salah satu bagian tubuh memiliki gambar atau tulisan yang tidak akan hilang. Ya, sebenarnya bisa saja dihapus tapi akan membutuhkan waktu panjang dan biaya besar. Itulah mengapa sejak awal, tidak boleh sembarangan saat memilih tato. Daripada menyesal pada kemudian hari, lebih bijaklah dalam memilih desain tato sendiri, termasuk untuk penempatan dan ukurannya.
Tidak boleh sembarangan dalam urusan tato tak hanya dari sisi desain saja. Banyak orang yang merasa bahwa tato harus penuh makna. Makna yang diambil bisa dari perjalanan hidup, percintaan, keluarga, hal-hal yang menjadi favorit kamu, atau yang lainnya. Tato yang penuh makna juga membuat kita lebih senang untuk memilikinya sepanjang hidup tanpa punya pikiran untuk menghapus.
Saya sendiri sebagai orang yang memiliki banyak tato juga sempat memikirkan hal ini. Apakah tato yang saya miliki memang harus penuh makna, atau untuk gaya saja. Itulah mengapa saya bertanya kepada kedua teman saya atas pertanyaan ini agar mendapatkan beberapa point of view dari orang berbeda-beda.
Makna vs Gaya
Saya langsung mewawancarai Almer dan Dini yang bekerja di kantor yang sama. Almer yang memiliki beberapa tato di bagian lengan atas sebenarnya sudah menyukai tato sejak kecil. "Gue memang sudah tertarik sama tato dari kecil banget. Awalnya pas kecil pasti cuma sebatas nganggep ini keren doang, cuma seiring gue makin gede, gue ngeliat tato tuh hal yang personal banget. Kalau buat gue sendiri, alasan gue bikin tato salah satunya adalah untuk penanda fase-fase hidup gue. Tato gue sendiri macam-macam maknanya, ada yang self-reminder (lirik lagu), ada yang karena gue admire ilustratornya (gambar dari komik Hellboy yang gue baca dari SMA), dan lain-lain. Kalau cerita personal soal tato pertama sih, gue bikinnya impulsif karena gue pengen ditato dan kalau nanya nyokap gue yakin nggak dibolehin, makanya gue gas-gas saja waktu itu hehehe. Lebih gampang minta maaf daripada minta izin," ucap Almer.
Hal yang sama juga diutarakan Dini. Dia sendiri tidak pernah ada alasan khusus kenapa akhirnya memilih untuk menato lengannya. "Nggak ada alasan khusus sih. Dari dulu sudah mau, buat ekspresiin diri saja dan semacam buat nunjukin individualitas gue," jelas Dini.
Tentu saja pertanyaan mengapa suka tato hanya menjadi awal dari pembicaraan saya kepada mereka berdua sebelum masuk ke pertanyaan utama, yaitu apakah tato harus memiliki makna atau boleh hanya untuk gaya saja.
Lucunya, Almer sering ditanya pertanyaan yang sama oleh orang-orang yang tidak memiliki tato."Ini pertanyaan yang sering gue terima dari orang yang nggak punya tato hahaha. Gue rasa alasan tiap orang bikin tato tuh sah-sah saja, karena balik lagi ke tato tuh hal personal-apresiasinya bisa dari beragam dimensi. Bahkan ada juga orang yang tatonya banyak dan menganggap dirinya sebagai 'art collector', karena dengan ditato oleh artist yang dia sukai, dia menilainya sama dengan mengoleksi artwork. Ada juga yang tatonya beneran punya personal meaning dengan perjalanan hidupnya. Ada yang sekadar suka dengan aspek visualnya. Menurut gue, nggak ada yang salah dengan semuanya, karena gue rasa buat orang yang tatonya udah banyak pun, nggak akan semuanya punya tingkat meaningfulness yang sama juga. Walau pasti ada ya orang yang gaya-gayaan doang, tapi gue rasa itu akan ada di semua subkultur baik itu tato, otomotif, fashion, atau lainnya," tambah Almer.
Dini yang memiliki dua tato di bagian lengannya juga tidak masalah dengan perihal orang-orang yang memiliki tato hanya untuk gaya saja. "Menurut gue bebas sih, karena setiap orang punya alasan masing-masing pas buat tato. Fine-fine saja kalau orang itu bikin tato karena ada maknanya atau karena suka gambarnya saja. Kalau dari gue sendiri, memang ada beberapa tato yang punya makna khusus dan ada yang pure karena lucu saja gambarnya."
Saya sendiri juga merasakan hal yang sama. Sebenarnya pada awal memiliki tato pada tahun 2021 silam, seluruh gambar dan tulisan yang saya pilih memang memiliki makna penting. Bahkan jika saya menemukan gambar yang keren untuk ditato, ujung-ujungnya saya akan mencari maknanya untuk saya sendiri. Intinya, semuanya harus memiliki makna. Namun seiring berjalannya waktu, pandangan saya tentang makna dalam tato berubah dengan sendirinya.
Dari penjelasan Almer dan Dini, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa makna tato sebenarnya bebas saja sesuai keinginan sang pemilik. Mau memang memiliki makna penting dalam hidup atau untuk gaya karena gambarnya keren atau lucu, maka silakan saja untuk ditato. Toh, pada akhirnya, tato memang merupakan seni yang sangat personal dan sudah seharusnya tidak dipengaruhi oleh pandangan dari orang lain.
(tim/alm)