Mike Flanagan, master of modern horror, kembali memberikan suguhan horor lewat serial berjudul The Midnight Club. Satu hal yang membedakan karya Flanagan dari yang lain adalah bagaimana ia selalu menempatkan manusia dan pengalamannya sebagai pusat dari cerita. Misalnya, The Haunting of Hill House (2018) mengeksplorasi tema mengenai duka dan trauma, sedangkan Midnight Mass (2021) mengeksplorasi tema mengenai agama. Kali ini, lewat The Midnight Club, Flanagan mengeksplorasi rasa takut terhadap kematian dan apa yang menanti sesudahnya.
"To those before, to those after. To us now, and to those beyond. Seen or unseen, here but not here," -The Midnight Club.
Diangkat dari novel YA (young-adult) karya Christopher Pike, The Midnight Club bercerita mengenai sekelompok remaja yang berkumpul setiap tengah malam untuk menceritakan kisah-kisah hantu. Keseluruhan dari mereka didiagnosa menderita penyakit terminal dan menjalani perawatan bersama di hospice bernama Brightcliffe yang dikelola oleh Dr. Georgina Stanton. Selain berbagi cerita horor, mereka juga membuat sebuah perjanjian: siapapun yang meninggal terlebih dahulu harus mengirimkan tanda bahwa afterlife memang benar-benar ada.
Cerita dimulai ketika klub ini kedatangan anggota baru bernama Ilonka. Ilonka baru saja akan memulai studinya di Stanford University ketika ia didiagnosa menderita kanker tiroid. Di Brightcliffe ia berkenalan dengan remaja yang lain, yaitu Kevin, Natsuki, Spencer, Anya, Amesh, Cheri, dan Sandra. Namun Ilonka ternyata memiliki agenda tersembunyi di Brightcliffe, ia mendapat informasi bahwa dahulu ada pasien bernama Julia Jayne yang berhasil keluar dari sini dengan kondisi sembuh total. Ilonka pun menggali informasi, dan di tengah pencariannya ia menemukan sebuah jurnal misterius mengenai sebuah sekte pemujaan bernama Paragon.
Apabila kalian mencari tontonan horor yang bisa menciptakan rasa takut, kalian tidak akan puas dengan The Midnight Club. Meski memiliki banyak jumpscare, tapi penampakan hantu yang seram bukanlah sajian utama dalam serial ini. Mirip seperti Midnight Mass, The Midnight Club dipenuhi dengan banyak dialog panjang yang membawa kita lebih dekat dengan masing-masing karakternya.
The Midnight Club memiliki satu plot utama serta side plot yang ada di setiap episode. Setiap side plot yang muncul adalah bentuk eksplorasi terhadap struggle dan ketakutan yang dialami masing-masing karakter. Namun sayangnya, banyaknya side plot ini membuat plot utama mengenai misteri sekte Paragon terasa kurang memuaskan.
Sensitivitas Flanagan dalam mengangkat pengalaman dan emosi manusia adalah sesuatu yang jarang ada dalam genre horor. Tapi aspek ini harus seimbang dengan nuansa horor yang berhasil dihadirkan. Sayangnya, dalam hal ini The Midnight Club kurang berhasil. Episode terakhir masih menyisakan banyak pertanyaan, meski mungkin ini adalah pembuka jalan untuk season kedua. Meski The Midnight Club kurang "menggigit", serial ini tetap membawa sesuatu yang baru dan layak untuk disaksikan.
(ANL/alm)