Interest | Art & Culture

Bono: Gelombang Mitos Penarik Surfer Dunia

Kamis, 20 Oct 2022 16:09 WIB
Bono: Gelombang Mitos Penarik Surfer Dunia
Foto: Pesona Indonesia/Bayu Amde
Jakarta -

Di negara maritim seperti Indonesia, olahraga air merupakan sebuah daya tarik yang khas. Namun begitu, ternyata ada satu olahraga air popular, yakni berselancar, yang justru terjadi di salah satu aliran sungai terpanjang di Pulau Sumatera. Dalam dialek Melayu setempat, aktivitas ini disebut Bekudo Bono. Artinya, mengendarai fenomena tidal bore-atau ombak deras seperti tsunami-bernama 'Bono', yang terjadi di Sungai Kampar, Pelalawan, Provinsi Riau.

Istilah Bono sendiri memang kurang umum didengar. Sebab secara etimologis, Bono diambil dari Bahasa Melayu, yang dalam Bahasa Indonesia berarti 'benar'. Hal ini juga mengartikan, arus atau ombak Bono adalah suatu kepastian yang telah terjadi ada di Sungai Kampar sejak dahulu kala.

Menurut mitos yang dipegang oleh masyarakat, Bono dikatakan sebagai wujud dari 'Tujuh Setan' atau 'The Seven Ghost' roh Anjing Laut, yang menunggangi air untuk mencari mangsa hingga pesisir sungai. Makanya, kedatangan Bono turut diyakini sebagai fenomena yang mematikan.

Akan tetapi, belakangan, fenomena Bono lebih dikenal sebagai fenomena eksotik yang menarik perhatian para peselancar dunia, dan dipromosikan sebagai ajang pariwisata andalan Provinsi Riau.

Sekilas Tentang Bono
Deru ombak raksasa yang terjadi di Sungai Kampar merupakan fenomena langka. Di tanah air, ombak semacam Bono hanya ditemukan di Digoel, Papua-sementara di belahan dunia lain, fenomena ini belum tentu bisa ditemukan. Sekalipun ada, ombak deras tersebut tak melulu mampu dinikmati sebagaimana Bono di Sungai Kampar.

Ombak Bono berasal dari pertemuan air pasang Laut Selat Malaka dan Laut Cina Selatan dengan aliran Sungai Kampar yang meramping di daerah muara. Puncaknya sendiri berlangsung ketika terjadi purnama di musim penghujan-antara bulan Oktober, November, hingga Desember. Di periode ini, volume air Sungai Kampar akan meningkat drastis, dan membuat daerah hilir sungai diterpa gelombang tinggi.

.Para peselancar mengendarai Ombak Bono. Foto: Pesona Indonesia/Bayu Amde

Selain itu, pertemuan arus di aliran muara Sungai Kampar yang menyempit turut menghasilkan gelombang setinggi 4-6 meter, dengan kecepatan mencapai 40-50 km/jam. Dengan kondisi Sungai Kampar yang cukup lebar dan memanjang hingga ratusan kilometer, terkadang puluhan ombak Bono bisa datang secara bersamaan dan bergulung-gulung selama berjam-jam.

Menurut amatan, Bono dapat menjelajah sejauh 50-60 kilometer ke segala penjuru sungai; dari muara di wilayah Desa Pulau Muda, Desa Teluk Meranti, hingga Tanjung Metangor. Ombak Bono di muara-muara Sungai Kampar juga dinamakan sebagai Ombak Bono Jantan, karena mencapai tinggi 6-10 meter. Sedangkan, di persambungan muara Sungai Rokan, terdapat Ombak Bono Betina, karena memiliki intensitas yang lebih ringan.

Adat, Mitologi dan Daya Tarik Bono
Mulanya, masyarakat setempat memanfaatkan Bono sebagai ajang ketangkasan bertarung para pendekar Melayu di tanah pesisir karena membawa arus yang menantang. Tetapi saat ini, fenomena yang berlangsung di sungai terpanjang kelima di Pulau Sumatera tersebut beranjak menjadi suatu atraksi wisata yang menarik masyarakat, hingga pegiat selancar mancanegara.

Walau demikian, para tetua di pesisir Sungai Kampar meyakini bahwa Bono merupakan wujud roh penjaga sungai. Hal ini berasal dari sebuah cerita rakyat menarik sewaktu Belanda menjajah Indonesia. Diceritakan, pasukan Belanda yang terhalang arus sungai terus menembakan peluru ke arah ombak, sebab mereka terpengaruh kepercayaan setempat-yang menyebut ada 7 makhluk penjaga Sungai Kampar yang melindungi masyarakat sekitar.

.Ombak Bono di Sungai Kampar Foto: thesearch.ripcurl.com

Alhasil, setelah Belanda mengatasi hal ini dengan cara mereka, orang-orang mulai beranggapan kalau makhluk penjaga Sungai Kampar berwujud Bono hanya tersisa 6. Hal ini terlihat dari masih banyaknya ombak yang muncul dan menyebar bersamaan, namun tidak lebih ganas dibanding masa lalu. Percaya atau tidak, cerita legenda di Sungai Kampar ini justru menjadi daya tarik lebih bagi atraksi olahraga air-dan festival-yang sekarang banyak dihelat di sana.

Agenda Surfing Dunia
Bono di Sungai Kampar telah terendus pegiat surfing lokal dan internasional sejak satu dekade ke belakang. Salah satu apparel olahraga air asal AS, Rip Curl, bahkan pernah mengabadikan pencarian Bono dalam seri dokumenter di tahun 2011 lalu, yang turut memopulerkan Bono ke mata dunia, hingga bisa dilihat sebagai momen bersenang-senang para peselancar lokal maupun internasional.

Uniknya, keseruan ombak Bono juga berkembang menjadi ajang pemecahan rekor berselancar, sebagaimana pencapaian James Cotton tahun 2018, yang melakukan Bono surfing selama 1,2 jam sejauh 17,2 km berhasil mencatatkan namanya ke dalam Guinness World Records. Rekor yang dicatatkan James tersebut mengalahkan rekor berselancar terjauh sebelumnya yang dicapai Steve King usai berselancar sejauh 12,3 km selama 1 jam 13 menit di tempat yang sama.

Hal yang berpotensi membawa dampak positif bagi iklim pariwisata Indonesia usai pandemi ini lantas diolah dengan baik oleh Pemerintah Provinsi dan Dinas Pariwisata Riau, terutama setelah Menparekraf saat ini, Sandiaga Uno menyambutnya dengan semangat. Untuk itu, pihak-pihak berkepentingan telah melakukan inovasi pariwisata di Sungai Kampar, dengan mengemasnya ke dalam rangkaian event besar; seperti menambahkan agenda Bono Jazz Festival, hingga menyandingkannya dengan festival Bekudo Sampan.

Dinas Pariwisata Riau dan Kementrian Parekraf Indonesia bahkan telah mencanangkan International Bono Surfing Festival dan Bekudo Bono, sebagai rangkaian agenda pariwisata di Riau dan Indonesia, yang terangkum di dalam Calendar of Events Pariwisata Riau tahun 2022, bertema Riuh Riau 'The Soul of Zamatra', yang rencananya dihelat pada bulan November mendatang.

Setelah vakum 2 tahun karena pandemi, Festival Selancar Internasional yang memanfaatkan ombak Bono-yang pernah mem-viralkan aksi youtuber bernama Rina 'Bono' yang tergulung ombak tersebut, akan kembali digelar pertengahan bulan depan, dengan mendatangkan sekitar 11 surfer internasional.

[Gambas:Youtube]

[Gambas:Audio CXO]

(RIA/tim)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS