Jika ada satu kata yang bisa mewakili tema besar pada Synchronize Festival 2022 hari kedua, satu kata itu adalah reuni. Hanya di Synchronize, personil grup musik yang sudah lama berpisah akhirnya bersatu kembali untuk memberikan pertunjukan sekali seumur hidup bagi para penonton. Tanggal 8 Oktober 2022 menjadi tanggal yang bersejarah bagi setidaknya 3 grup musik Indonesia.
Ada yang reuni setelah 5 tahun, ada juga yang reuni setelah 50 tahun. Pastinya, momen reuni ini tak hanya mengharukan bagi para musisi, tapi juga bagi para penggemar yang menyaksikan kebersamaan mereka di atas panggung. Selain reuni, Synchronize juga banyak memberikan kejutan spesial yang membuat pertunjukan hari kedua ini semakin monumental. Apa saja momen-momen bersejarah yang terjadi di 8 Oktober 2022? Berikut rangkumannya!
Pertunjukan Perdana Batavia Madrigal Singers di Panggung Festival
Batavia Madrigal Singers/ Foto: Anastasya Lavenia |
Siapa bilang pertunjukan paduan suara hanya bisa dinikmati di gedung konser? Batavia Madrigal Singers, kelompok paduan suara yang memenangkan European Grand Prix, untuk pertama kalinya tampil di panggung festival. Di panggung Synchronize, ensembel vokal ini menampilkan 36 penyanyi terbaiknya di Dynamic Stage. Penampilan dari mereka nyatanya mampu membius penonton yang hadir. Mereka membawakan beberapa lagu daerah seperti 'Bungong Jeumpa' dan 'Sik Sik Sibatumanikam', beserta cover lagu populer 'Bahasa Kalbu'.
Dara Puspita 'Comeback' Setelah 50 Tahun
FLEUR! Spirit of Dara Puspita/ Foto: Insan Burhansyah |
FLUER! menggandeng musisi-musisi perempuan Indonesia untuk membawakan lagu-lagu dari grup musik legendaris Dara Puspita. Beberapa musisi dan grup musik yang ikut berkolaborasi adalah NonaRia, MMS, dan Endah Widiastuti. Momen bersejarah pun terjadi ketika personil Dara Puspita kembali ke atas panggung setelah vakum selama 50 tahun. Grup musik senior ini berhasil menggebrak panggung Synchronize dan membuat penonton bernyanyi dengan riang gembira. "Hidup musisi wanita Indonesia!" ujar Titik Hamzah dari atas panggung.
Reuni Payung Teduh dengan Pusakata
Payung Teduh x Pusakata/ Foto: synchronizefest |
Siapapun yang menjadi pendengar setia Payung Teduh pasti kecewa ketika mendengar kabar bahwa Mohammad Istiqamah (Is) alis Pusakata memutuskan untuk mundur dari band ini tahun 2017 silam. Pasalnya, vokalis band folk ini telah menjadi wajah dari Payung Teduh dengan suaranya yang khas. Namun setelah 5 tahun, akhirnya reuni terjadi di panggung Synchronize. Payung Teduh pun berhasil membuat suasana malam itu benar-benar teduh, terutama ketika membawakan lagu-lagu dari album Dunia Batas.
Nostalgia Musik 2000an bersama Radja dan Alam
Radja/ Foto: Insan Burhansyah |
Malam itu, ada dua penampilan yang sukses membuat penonton bernostalgia dengan era 2000an, yaitu penampilan dari Alam dan Radja. Siapa yang tak kenal Alam? Penyanyi rock dangdut yang terkenal berkat lagu 'Mbah Dukun' ini pernah menjadi ikon 2000an berkat lagunya itu. Alam yang tampil nyentrik mengenakan baju hitam kelap-kelip memberikan aksi panggung yang berhasil membuat semua penonton berjoget sesuka hati. Di malam yang sama, Ian Kasela membuat seisi Gambir Expo bernyanyi bersama Radja. Barisan penonton pun mengular hingga ke luar area Forest Stage. Suasana semakin pecah ketika mereka membawakan 'Cinderella' dan 'Jujur'.
Reuni Emosional Cokelat
Cokelat/ Foto: Insan Burhansyah |
Hari kedua Synchronize Festival ditutup dengan emosional ketika Cokelat kembali ke atas panggung dengan formasi awal band tersebut. Di sela-sela penampilan, diputar video berisi wawancara dengan masing-masing personil mengenai momen ketika Kikan dan Ervin keluar dari Cokelat 12 tahun yang lalu. "Ervin adalah orang pertama yang gue kasih tahu kalau gue mau cabut. Waktu gue kasih tau kalau gue mau cabut, Ervin bilang, 'Kalau lu cabut, gue cabut," ucap Kikan dalam video. Para personil Cokelat pun meneteskan air mata ketika mereka membawakan 'Luka Lama' dan 'Jauh'.
Hari kedua Synchronize Festival 2022 membuktikan bahwa festival ini bukan hanya sekedar perayaan pesta dalam rangka bersenang-senang. Melainkan menjadi suatu bentuk penghormatan dan apresiasi kepada musisi-musisi dalam negeri yang telah membentuk wajah musik Indonesia.
(ANL/tim)