Musisi legendaris, Iwan Fals, 'turun gunung' untuk merespon tragedi besar yang terjadi di Kanjuruhan, Malang (1/10/2022). Kali ini, Om Iwan yang belakangan lebih gemar menggarap lagu-lagu bertema cinta dan persatuan, kembali merekam sebuah tragedi kelam melalui ayat-ayat baladanya yang menyayat hati.
Berjudul 'KANJURUHAN 110'22', Iwan Fals meluapkan kesedihannya atas peristiwa yang menghilangkan ratusan nyawa tersebut dengan cinta. Tembang berdurasi 5 menit 26 detik tersebut, diunggah Om Iwan pada platform YouTube Iwan Fals Official kemarin (5/10) malam. Di samping melantunkan dukanya, pemilik hit 'Bento' tersebut juga mengharapkan yang terbaik kepada para korban.
Kanjuruhan banyak ajarkan/ tentang kebersamaan, tentang kepedulian/ bunga-bunga yang bermekaran/ disirami airmata dan doa-doa/
Pergi pergilah kau dengan senang hati/ tak ada yg pernah siap melepasmu/ salam satu jiwa untuk prestasi/ salam penuh cinta untuk dunia/
Lagu bertema tragedi semacam ini memang bukan kali pertama Om Iwan menceritakan ulang kejadian yang menyedihkan. Sebelumnya, ia juga pernah merangkum beberapa peristiwa kelam di Indonesia pada beberapa nomor terdahulu. Misalnya, lagu '1910' soal kecelakaan kereta di Bintaro, atau 'Celoteh Camar Tolol' yang menuliskan tenggelamnya Tampomas.
Kanjuruhan banyak ajarkan/ tentang kebodohan tentang kemunafikkan/ awan gelap kegembiraan/smoga segra menyingkir, dari langitku/
pergi pergilah kau dengan senang hati/ tinggallah kami entahlah, bagaimana nanti
salam satu jiwa untuk Sang Sepi/ smoga semua ini tak terulang lagi/
Aum Singo Edan/
Rindu kasih sayang, rindu serindu-rindunya/
Meski lagu 'Kanjuruhan 110'22' lebih bernuansa perih dan duka, ciri Om Iwan pada lagu-lagu tragedinya terdahulu, yang lebih terkesan kritis dan sompral, masih bisa ditemui dalam balada teranyar ini. Hanya saja, kematangan seorang Iwan Fals tampak kental berperan di dalam lirik, sehingga berhasil mengkonversi hujaman kritik pedas menjadi rangkaian kata-kata yang indah nan halus tanpa menghilangkan fakta tragedi Kanjuruhan.
Malang nian ratusan jiwa melayang/ terinjak-injak kaki saudaranya sendiri/ Malang nian gas airmata melayang/ nafas tersedak sesak di ruang terkunci/
Malang nian engkau duhai sayang/ Tapi kuyakin "Tuhan tunjukkan jalan"/ Malang nian engkau wahai sayang/ Tapi kuyakin jalanmu kan terang benderang
(RIA/DIR)