Melalui film Moxie, saya diperkenalkan kepada sebuah lagu berjudul Rebel Girl dari band punk Bikini Kill. Moxie sendiri adalah film yang mengisahkan seorang murid SMA pemalu bernama Vivian yang memutuskan untuk menulis anonymous zine demi melawan budaya patriarki di sekolahnya. Seperti film-film Netflix lainnya yang diproduksi untuk audiens Gen Z, Moxie mencoba membawa nilai-nilai 'wokeness' dan feminisme ke dalam drama remaja. Sebagai sebuah film, Moxie sendiri tidak sempurna. Tapi satu hal yang saya syukuri adalah bagaimana film ini memperkenalkan saya dan audiens muda perempuan lainnya kepada Bikini Kill.
Bikini Kill merupakan band punk rock yang terbentuk tahun 1990 di Olympia, Washington, Amerika Serikat yang beranggotakan Kathleen Hanna, Billy Karren, Kathi Wilcox, dan Tobi Vail. Bikini Kill sendiri digadang-gadang sebagai pelopor Riot Grrrl sebuah gerakan yang melawan seksisme di skena musik punk.
Bikini Kill/ Foto: Rolling Stone |
Era 90-an adalah eranya musik punk, band-band seperti Nirvana, Misfits, dan Bad Religion pun menjadi idola bagi banyak kawula muda. Dengan lirik anti-establishment dan musik yang keras, musik punk menjadi saluran bagi banyak anak muda untuk mengekspresikan kemarahan mereka. Datang ke gigs, meneriakkan lirik sekencang-kencangnya, dan bersenggolan dengan sesama pengunjung dalam moshpit adalah cara yang sahih untuk melepaskan rasa marah, sedih, atau untuk sekedar bergembira. Sayangnya, skena musik punk didominasi oleh laki-laki dan sering terasa seperti boys' club.
Karena tak terima dengan kondisi di atas, banyak aktivis feminis akhirnya membentuk band punk mereka sendiri. Hingga akhirnya, lahirlah band-band seperti Bikini Kill, Bratmobile, 7 Year Bitch, Babes in Toyland, Lunachicks, dan masih banyak lagi. Bersama-sama, band-band ini menciptakan ruang aman bagi perempuan untuk bisa mengekspresikan diri mereka melalui musik punk. Lagu ikonik dari Bikini Kill, Rebel Girl, pun akhirnya menjadi unofficial anthem dari gerakan Riot Grrrl. Rebel Girl sendiri memiliki lirik tentang rasa cinta dan solidaritas antar perempuan. Penggalan liriknya berbunyi:
Love you like a sister always
Soul sister, rebel girl
Come and be my best friend
Will you, rebel girl?
Lebih dari musik, Riot Grrrl adalah sebuah bentuk aktivisme akar rumput. Selain membuat musik, band-band tersebut juga memproduksi zine berisikan ideologi feminis. Pada tahun 1991, Bikini Kill mempublikasikan zine edisi kedua yang berisi Riot Grrrl Manifesto. "BECAUSE us girls crave records and books and fanzines that speak to US that WE feel included in and can understand in our own ways," tulis Kathleen Hanna, frontwoman Bikini Kill, dalam manifesto tersebut.
Meski gerakan ini muncul di tahun 90an, tapi semangat dari Riot Grrrl masih relevan hingga saat ini. Sebab, maskulinitas masih menjadi ciri dominan dalam skena punk yang kerap mengeksklusifkan diri dari perempuan. Selain itu, bukan rahasia lagi kalau kasus pelecehan masih sering terjadi kepada personil band perempuan maupun penonton gig perempuan. Skena musik seharusnya bisa menjadi ruang aman bagi siapa saja, terlepas dari apa pun gendernya.
(ANL/HAL)