Prostitusi dan kemiskinan adalah lingkaran setan yang menjerat banyak perempuan. Tak hanya rentan mengalami kekerasan, para perempuan yang bekerja sebagai PSK ini juga kerap dieksklusikan dari masyarakat. Ini adalah potret realita yang tergambarkan dalam film terbaru dari sutradara Sanjay Leela Bhansali, Gangubai Kathiawadi. Film yang diangkat dari buku Mafia Queens of Mumbai karya jurnalis Hussain Zaidi ini mengangkat perjalanan Gangubai, seorang 'Ratu Mafia' di Kamathipura pada era 1950an-1960an. Kamathipura yang terletak di Mumbai merupakan salah satu red-light district terbesar di India.
Gangubai (Alia Bhatt) tidak pernah berpikir dirinya harus berakhir menjadi Pekerja Seks Komersial. Dulu, namanya bukanlah Gangubai melainkan Ganga. Ganga adalah seorang anak dari keluarga terhormat, ayahnya adalah seorang pengacara. Ganga yang memiliki impian untuk menjadi bintang film, diajak kabur ke Mumbai oleh kekasihnya, Ramnik, dengan iming-iming kesempatan belajar akting bersama bibinya.
Namun sesampainya di Mumbai, alih-alih dibawa bertemu bibinya, Ramnik justru membawa Ganga ke sebuah rumah bordil di Kamathipura. Ganga pun harus menelan pil pahit karena Ramnik telah menjualnya ke muncikari bernama Sheela seharga 1000 Rupee. Pada waktu itu, Ganga masih berumur 16 tahun. Setelah dipaksa menjual keperawanannya, Ganga pun mengubah namanya menjadi Gangu.
Gangu dan PSK lain yang ada di rumah bordil tersebut sering kali harus menjadi korban kekerasan dari para laki-laki yang datang ke sana. Sebab, muncikari yang mempekerjakan mereka tak memberikan proteksi ataupun memperhatikan kesejahteraan mereka. Suatu hari, Gangu 'dipaksa' melayani seorang laki-laki bernama Shaukat Khan. Gangu dianiaya hingga masuk ke rumah sakit, dan Shaukat Khan pergi tanpa membayarnya. Ia pun pergi mencari pertolongan ke Karim Lala, seorang mafia yang berkuasa di Kamathipura. Dengan bantuan Karim Lala, Gangu berhasil membalaskan dendamnya kepada Shaukat Khan dan mendapat proteksi.
Peristiwa yang menimpa Gangu membuatnya bersikukuh untuk memberikan nasib yang lebih baik bagi dirinya dan juga perempuan yang menjadi PSK di Kamathipura. Setelah Sheela tiada, Gangu pun menggantikannya menjadi muncikari. Gangu selalu memikirkan kesejahteraan para PSK yang bekerja di sana, mulai dari memastikan mereka tak pernah dipukuli hingga memberikan mereka hari libur. Tak hanya itu, Gangu juga ingin agar anak-anak yang lahir dari para PSK tidak terjerumus kembali ke dunia prostitusi seperti ibu mereka. Salah satunya, dengan memperjuangkan hak anak-anak ini untuk mendapatkan pendidikan.
Meski prostitusi merupakan bisnis yang telah lama menghidupi perekonomian Kamathipura, tapi para PSK ini rentan mendapat stigma dan ditolak oleh masyarakat sekitar. Tak jarang, mereka tidak diperlakukan seperti manusia. Kondisi ini mendorong Gangu untuk mencalonkan diri menjadi perwakilan distrik Kamathipura. Setelah memenangkan pemilihan ini, Gangu pun berubah menjadi Gangubai. Dalam satu kesempatan, Gangu diundang menjadi salah satu pembicara pada kampanye yang memperjuangkan hak-hak perempuan. Di sini, Gangu memberikan sebuah pidato yang berapi-api mengenai hak-hak para Pekerja Seks Komersial. Pidatonya ini berhasil menarik perhatian banyak orang terutama para aktivis dan politisi. Bahkan, melalui pidato ini, Gangu berhasil mendapatkan audiensi bersama Perdana Menteri India, Jawaharlal Nehru.
Potret perjalanan Gangubai dalam film ini menggambarkan realita jutaan perempuan India yang terjerat prostitusi. Di India, rumah bordil menjamur di kawasan kumuh. Para perempuan yang lahir dalam kemiskinan pun memiliki pilihan yang terbatas, antara berusaha kabur dan dipukuli atau berpasrah dan masuk ke dalam dunia prostitusi. Ketika mendengar kata 'mafia', mungkin yang muncul di kepala kita adalah sosok kriminal yang melanggar hukum. Tapi, Gangubai adalah 'Ratu Mafia' yang pada akhirnya mampu memberikan harapan baru bagi banyak perempuan di India.