Sebagai penikmat film horor, bagi saya tak ada yang lebih menegangkan dari menyaksikan teror yang dialami secara nyata oleh para karakternya. Inilah yang membuat saya menyukai film horor found footage. Menonton film found footage terasa seperti sedang menyaksikan kejadian nyata, sebab ia menangkap kengerian yang dialami oleh para karakternya secara candid. Lalu saya pun bertanya-tanya, apakah kejadian ini sungguh-sungguh terjadi? Film found footage pertama yang saya tonton pada waktu itu adalah Quarantine (2008) yang bercerita tentang seorang reporter televisi yang terjebak di dalam sebuah gedung. Dari situlah saya tahu, kalau film found footage menawarkan pengalaman menonton yang berbeda.
Found footage sendiri merupakan sebutan untuk teknik pembuatan film yang menceritakan sebuah kisah melalui rekaman video. Penggunaan teknik ini memberi efek seakan-akan kita sedang menyaksikan rekaman dari peristiwa yang benar-benar terjadi dan videonya baru saja ditemukan maka dari itu ia dinamakan "found footage". Ada beberapa metode yang biasanya digunakan untuk membuat film found footage, yaitu penggunaan sudut pandang orang pertama, pseudo-documentary, rekaman berita, atau rekaman kamera pengawas. Sebenarnya, found footage tidak hanya digunakan untuk film horor. Tapi, teknik ini sangat populer digunakan untuk film yang menegangkan.
Ilustrasi film found footage/ Foto: Kyle Loftus - Pexels |
Teknik found footage pertama kali digunakan untuk film horor Cannibal Holocaust yang dirilis tahun 1980. Tapi, popularitas teknik ini baru melejit di awal 2000an setelah digunakan pada film The Blair Witch Project (1999). The Blair Witch Project sendiri bercerita tentang tiga mahasiswa jurusan film yang pergi ke hutan untuk membuat film dokumenter mengenai legenda Blair Witch. Ketiganya pun hilang, dan yang ditemukan hanya rekaman dokumenter yang mereka buat. Kala itu, film tersebut berhasil memantik rasa penasaran audiens karena mengaburkan batas antara mana yang kisah nyata dan mana yang berdasarkan naskah film.
Selain itu, biaya pembuatan film found footage yang relatif lebih murah juga membuat para pembuat film berlomba-lomba mengikuti kesuksesan The Blair Witch Project. Dua dekade setelah The Blair Witch Project, popularitas film found footage masih terus meningkat. Di bawah ini, kami merangkum beberapa film horor found footage terbaik sepanjang masa yang bisa memicu adrenalin. Sudah siapkah kamu?
As Above, So Below/ Foto: IMDb |
As Above, So Below (2014)
Banyak yang menginterpretasikan film ini sebagai adaptasi modern dari Inferno, bagian pertama dari puisi Divine Comedy yang ditulis oleh Dante Alighieri. Di puisi tersebut, Dante menyusuri 9 lingkaran neraka yang masing-masing merepresentasikan dosa manusia. Perjalanan menuju lubang neraka-itulah kesan yang saya dapatkan ketika menonton film ini. Film ini mengajak penonton untuk mengikuti perjalanan tokoh utamanya, Scarlett Marlowe, untuk menemukan philosopher's stone yang menurutnya tersembunyi di sebuah makam kuno di bawah tanah kota Paris. Dengan ruang bawah tanah yang sempit dan teror mencekam yang tersimpan di setiap sudutnya, film ini menawarkan pengalaman horor yang unik dan penuh misteri.
Keramat/ Foto: IMDb |
Keramat (2009)
Dibuat tahun 2009, mungkin beberapa efek pada film ini kalah dibandingkan dengan film-film yang lebih modern. Namun bagi saya pribadi, Keramat tetaplah salah satu film horor lokal terseram sepanjang masa dan sangat revolusioner pada masanya. Tak banyak film Indonesia yang menggunakan teknik found footage, apalagi yang dieksekusi sebaik Keramat.
Cerita dimulai ketika sebuah tim berangkat ke Yogyakarta untuk memproduksi sebuah film, termasuk juga merekam proses behind the scene. Namun, perlahan masing-masing kru dan pemain mulai mengalami beragam keanehan. Dengan budaya Jawa yang kental, film ini menyajikan mistisisme yang dibalut dengan kearifan lokal. Menariknya lagi, film ini dibuat tanpa skenario. Sang sutradara, Monty Tiwa, memberikan arahan kepada pemain 15 menit sebelum adegan dimulai. Sehingga, semua ketakutan dan emosi lain yang muncul di film ini terasa sangat nyata, dan mungkin memang begitu yang mereka rasakan saat itu.
Dabbe/ Foto: IMDb |
Dabbe: The Possession (2013)
Film horor dari Turki ini sukses membuat saya terbayang-bayang setelah menontonnya. Kisah ini dimulai ketika seorang psikiater bernama Ebru pergi mengunjungi teman masa kecilnya, Kubra. Ebru yang datang bersama seorang pengusir setan bernama Faruk, berniat untuk membantu Kubra yang diduga kerasukan jin di malam pernikahannya. Ebru yang tidak mempercayai hal-hal supernatural pun bersikeras bahwa Kubra seharusnya dibawa ke rumah sakit, ia pun merekam proses pengusiran setan untuk membuktikan bahwa yang dialami oleh temannya sebenarnya bisa dijelaskan oleh sains. Namun, ketika ritual pengusiran setan tidak kunjung berhasil, satu per satu rahasia dari masa lalu Ebru dan Kubra mulai terungkap. Film ini menggabungkan unsur agama dengan tema seputar penyembahan setan.
The Medium/ Foto: IMDb |
The Medium (2021)
The Medium telah resmi masuk ke daftar film horor favorit saya. Film yang diproduksi di Thailand ini banyak menyoroti isu seputar kepercayaan lokal dan budaya Asia Tenggara yang masih kental dengan mistisisme. Dibuat dengan gaya mockumentary, film ini menyoroti keseharian dari seorang dukun di pedesaan Thailand bernama Nim yang dipercayai sebagai perantara Dewa Bayan. Dewa Bayan sendiri dipercayai telah hadir melalui sosok perempuan di keluarga Nim dari generasi ke generasi. Namun, keponakan Nim, yaitu Mink, perlahan mulai menunjukkan perubahan perilaku. Mink pun diduga dirasuki oleh roh jahat, dan berbagai ritual mulai dilakukan agar Mink selamat. Berbagai adegan disturbing, brutal, dan creepy, siap menanti kalian di film ini.
Gonjiam: Haunted Asylum/ Foto: IMDb |
Gonjiam: Haunted Asylum (2018)
Tak ada lokasi yang lebih menyeramkan daripada bangunan bekas rumah sakit jiwa yang ditutup setelah seluruh pasiennya mati karena diduga dibunuh oleh direktur rumah sakit. Namun ternyata, tempat ini mengundang ketertarikan beberapa YouTuber untuk membuat konten uji nyali. Enam orang partisipan akhirnya melakukan live broadcast sambil menelusuri sudut-sudut rumah sakit. Di pertengahan film terungkap bahwa tim di balik kanal YouTube tersebut sengaja memanipulasi beberapa efek seram demi meningkatkan viewers konten mereka. Namun setelah fakta ini terungkap, barulah teror yang sesungguhnya dimulai. Di film ini, ada beberapa adegan terseram yang sukses membuat saya merasakan adrenaline rush. Apabila dari awal hingga pertengahan film kita disajikan adegan yang biasa-biasa saja, siap-siap untuk menghadapi teror non-stop di bagian pertengahan hingga akhir film.
(ANL/DIR)