Interest | Art & Culture

Menelusuri Legenda di Balik Hari Kasih Sayang

Selasa, 08 Feb 2022 12:00 WIB
Menelusuri Legenda di Balik Hari Kasih Sayang
Foto: Unsplash Cristina Hernandez
Jakarta -

Meski menyatakan cinta bisa dilakukan kapan saja, seluruh dunia merayakan Hari Kasih sayang atau Valentine's Day yang jatuh di tanggal 14 Februari. Mulai dari mereka yang menyatakan rasa cinta kepada orang yang disukai hingga merayakannya dengan orang yang dikasihi, Hari Kasih Sayang telah dinobatkan sebagai hari penuh sukacita.

Ada berbagai cara untuk merayakannya, mulai dari memberi cokelat yang telah menjadi token cinta hingga membuatkan mixtape untuk token yang lebih modern. Namun di balik riuh rendah perayaan ini, legenda Valentine's Day menyimpan cerita yang sedikit berbeda. Berbeda dari perayaan Hari Kasih Sayang yang dipenuhi rasa bahagia, legenda asal mula perayaan ini diselimuti banyak misteri.

Kesepakatan umumnya adalah Hari Valentine berangkat dari memperingati kematian Santo Valentinus atau Saint Valentine. Namun, dalam sejarah Gereja Katolik, setidaknya ada tiga orang suci yang bernama Valentinus. Santo Valentinus yang paling terkenal legendanya adalah seorang pastor yang hidup di Abad ke-3 Romawi Kuno.

Pada masa itu, Kaisar Claudius II melarang semua laki-laki lajang untuk menikah, agar mereka bisa bertugas dengan lebih baik sebagai tentara. Pernikahan pun menjadi tindakan ilegal pada masa itu. Valentinus yang tidak setuju dengan aturan tersebut akhirnya menikahkan pasangan secara diam-diam. Setelah ketahuan, Valentinus kemudian ditangkap dan dipenjara di rumah seorang aristokrat bernama Asterius.

Asterius memiliki seorang anak perempuan penyandang tuna netra, yang akhirnya berteman dengan Valentinus. Menurut legenda, Valentinus berhasil menyembuhkan kebutaan dari perempuan tersebut, dan mengajarkannya ajaran-ajaran kekristenan. Sebelum Valentinus dihukum mati pada tanggal 14 Februari, ia mengirimkan surat kepada putri dari Asterius, yang diakhiri dengan ungkapan 'From your Valentine'.

Uniknya, kisah Valentinus di Roma ini memiliki kesamaan dengan kisah Valentinus yang lain, yaitu seorang Uskup dari Terni yang juga mati dipenggal. Santo Valentinus dari Terni juga dipercayai sebagai sosok di balik perayaan hari Valentine. Besar kemungkinannya, cerita ini sesungguhnya berasal dari satu orang yang sama.

Selain legenda Santo Valentinus, legenda lain menyebutkan bahwa hari Valentine berawal dari festival Lupercalia yang diadakan setiap tanggal 15 Februari di Roma Kuno. Beberapa sumber menyebutkan Lupercalia sebagai sebuah perayaan yang dipenuhi kekerasan. Lupercalia merupakan sebuah perayaan akan kesuburan yang berasal dari kepercayaan pagan yang didedikasikan untuk dua penemu Roma yaitu Romulus dan Remus.

Dipercaya bahwa ketika Romulus dan Remus masih bayi, mereka dirawat dan dibesarkan oleh sesosok serigala betina (Lupa) di guanya yang sakral. Pada masa Lupercalia, masyarakat Romawi kuno akan mengorbankan kambing, di mana kulit kambing tersebut kemudian akan dicelupkan ke dalam darah kurban. Selanjutnya, kulit tersebut digunakan untuk mencambuk para perempuan. Mereka percaya bahwa dengan begitu para perempuan tersebut akan diberi kesuburan. Tak hanya itu, perempuan muda di situ juga akan menaruh nama mereka di sebuah wadah.

Layaknya undian, laki-laki lajang akan mengambil salah satu nama dari wadah tersebut. Nama yang diambil akan menjadi pasangan dari laki-laki tersebut untuk satu tahun, dan biasanya akan berujung ke pelaminan. Namun setelah Roma mengalami kristenisasi, Paus Gelasius I menggabungkan Lupercalia dengan Hari Valentine untuk menghilangkan ritual pagan.

Berdasarkan sejarah di atas, hampir tidak ada unsur-unsur romantis atau percintaan dalam legenda hari Valentine. Legenda pertama merujuk ke sosok Santo Valentinus yang menjadi martir dan diangkat menjadi orang kudus karena kegigihannya memegang ajaran Kristus. Di sisi lain, legenda kedua menelusuri festival kesuburan melalui tradisi pagan yang ada dalam budaya Romawi Kuno.

Lantas, mengapa akhirnya hari Valentine diperingati sebagai Hari Kasih Sayang?

Ratusan tahun setelah peristiwa di atas, tepatnya di masa abad pertengahan, seorang penyair dari Inggris bernama Geoffrey Chaucer menulis sebuah puisi berjudul "Parliament of Fowls". Dalam puisi ini, ada sebuah bait yang mengatakan bahwa burung-burung akan memilih pasangan mereka di hari Valentine. Puisi ini kemudian menjadi basis akan pemaknaan hari Valentine sebagai hari kasih sayang, yang berlanjut hingga hari ini.

Legenda di balik perayaan Hari Kasih Sayang memang rumit dan diselimuti misteri. Namun, ia tak mengurangi semangat kita dalam memaknai tanggal 14 Februari. Bagi masyarakat modern, perayaan hari Valentine telah menjadi ritual tersendiri yang tak akan luntur walau ditelan zaman. Sebab, manusia dan pengekspresian cinta tak dapat dipisahkan.

[Gambas:Audio CXO]

(ANL/DIR)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS