Interest | Art & Culture

Melihat Lebih Dekat Fenomena TarotTok

Rabu, 22 Dec 2021 14:54 WIB
Melihat Lebih Dekat Fenomena TarotTok
Foto: Koolshoter
Jakarta -

"If this resonates, then this reading is for you," sebuah kalimat pembuka andalan para penggiat tarot dan astrologi di TikTok. Hashtag #tarot di TikTok, yang telah mengumpulkan lima belas milyar total views per 24 November 2021, menyuguhkan ramalan dalam beberapa aspek kehidupan seperti percintaan, keuangan, karir, masa depan, atau umum. Meski terdengar serupa dengan pembacaan tarot pada umumnya jauh sebelum adanya TikTok, keuntungan utama penggiat tarot pada platform ini adalah adanya algoritma yang berpihak pada konten mereka.

"Spirit, how is the future looking for our collective?", sebuah dialog yang menjadi ciri khas para penggiat tarot sembari mengocok tumpukan kartu. Spirit di sini mengacu pada kepercayaan mereka terhadap higher power, yang bisa jadi berarti Tuhan, semesta, atau malaikat, sedangkan collective mengacu kepada penonton. Untuk lebih spesifik, bacaan ditujukan untuk penonton pilihan spirit. Dari sini, kecerdasan algoritma bekerjasama dengan konten tarot yang bertumpu pada "takdir". Konten-konten yang bersifat reassuring dan menaruh harapan ke hati para penonton pun makin marak penggemar, karena secara alami, manusia butuh mendengarkan hal-hal positif sehari-harinya. Namun, entah seberapa seringnya para kreator 'TarotTok' menegaskan bahwa ramalan mereka secara spesifik ditujukan kepada Anda atas kuasa takdir, sebenarnya algoritma TikTok-lah yang membaca pola content-viewing Anda sehingga bisa mengkurasi konten apa yang sekiranya ingin Anda konsumsi.

Popularitas konten tarot di TikTok memang terkesan harmless karena sebagian besar kontennya berisikan pesan umum yang bernada positif seperti "Your crush will make a move soon," atau "Money is coming your way tomorrow," namun bukan berarti komunitas ini luput dari kritik dan kontra. Tarot merupakan sebuah karya seni yang sudah berabad-abad umurnya, sehingga perpindahan digital melalui TikTok banyak memicu kebingungan terutama dari kalangan seniman tarot profesional seperti Theresa Reed, yang telah bekerja di bidang ini selama tiga puluh tahun. "Banyak orang di TikTok yang tidak mengerti apa yang mereka lakukan," ungkapnya, dikutip dari wawancara dengan Mashable. "Kalau benar-benar tertarik dengan tarot, maka kebanyakan orang akan mendedikasikan hidupnya untuk tarot. Namun, kreator TikTok yang hobi tarot terjun untuk karir di bidang ini sebelum memahami seni ini sepenuhnya. Hal ini bisa berbahaya nantinya, untuk mereka dan juga klien mereka."

Selain memposting konten secara gratis dan bebas, kebanyakan para penggiat tarot di TikTok juga membuka praktek 1-on-1 dengan harga yang ditentukan masing-masing. Seringkali, kolom komentar mereka dihiasi testimoni positif dari para pelanggan yang mengklaim bahwa ramalan yang dilakukan terbukti benar. Ryan, atau biasa dikenal di TikTok sebagai @e.mo.tions, melangsungkan prakteknya lewat DM Instagram. Hal yang biasa ditanyakan sangat dasar, mulai dari "Will my ex come back?" atau "Will I get this job?". Meski ia tidak menyebar harga yang ia patok per-ramalan, hal ini sudah menjadi sumber penghasilan untuk Ryan.

Salah satu pertanyaan yang mungkin terlintas di kepala orang awam adalah, apakah ada perbedaan dalam membaca tarot in-person dan online? Menurut Katie Robinson, salah satu seniman tarot profesional, sesi privat membaca tarot online maupun offline tidak ada bedanya. Meski begitu, Katie menganjurkan penonton untuk tidak terlalu serius menanggapi video-video TarotTok yang ditujukan untuk collective , karena hasil bacaan tersebut tidak bisa dijadikan acuan personal, terlepas dari apa yang "takdir" katakan. Namun, Katie juga menambahkan bahwa dirinya (dan para seniman TarotTok lainnya) tetap menikmati konten-konten serupa sehari-harinya, selama konten tersebut dapat memberikan secercah harapan dan energi positif untuk para penikmatnya.

Terlepas dari debat antara takdir atau algoritme, tidak bisa dipungkiri bahwa konten TarotTok menarik untuk ditonton dan mudah dicerna. Pada akhirnya, jika konten tersebut menyalurkan motivasi dan optimisme pada penikmatnya, nampaknya akurasi atau kesucian ramalan menjadi urusan belakangan.

[Gambas:Audio CXO]



(DEA/MEL)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS