Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berinisiatif untuk memperindah ibukota dan memeriahkan perhelatan ASEAN Games 2018 dengan membangun sebuah instalasi seni di jantung kota Jakarta. Dirakit oleh Joko Avianto, instalasi Getah Getih terinspirasi dari cerita Majapahit tentang pasukan getah getih yang mengibarkan bendera merah putih saat berangkat perang. Komposisi Getah Getih terdiri dari 1.500 bambu biodegradable yang disusun melilit, dengan ujungnya yang membentuk ekor yang menghadap ke Bundaran HI. Dibangun dengan material bambu, Getah Getih terlihat kontras berada diantara gedung-gedung modern.
Pembongkaran Getah Getih pada Juli 2019 lalu sempat menjadi pusat perhatian masyarakat. Beberapa pihak menganggap bahwa hal itu adalah sebuah pemborosan karena dana yang dikeluarkan untuk satu instalasi tersebut telah menghabiskan 550 juta, atau setengah miliar. Terhitung sejak peresmiannya di bulan Agustus 2018, Getah Getih hanya bertahan selama 11 bulan. Melalui Twitter, masyarakat menyuarakan keluh kesahnya bahwa dana tersebut lebih baik dipakai untuk keperluan lain. Namun, tidak lama setelah pembongkaran, dipasangnya instalasi baru bernama Gabion. Disekeliling Gabion, dibangun taman kecil yang telah ditanam bougenville, lollipop, dan lidah mertua. Tapi, Gabion juga menghabiskan dana yang tidak kecil. Dengan menggunakan konstruksi bronjong kawat yang berisikan batu-batu besar, dana pembangunan Gabion adalah sebesar 110 juta.
Upaya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk memperindah ibukota terus menuai kritik. Banyak pihak yang melihat bahwa anggaran pemerintah terbuang untuk sesuatu yang tidak penting. Seharusnya, Pemprov DKI berhati-hati dalam menggunakan APBD dan mengeluarkan anggaran yang proporsional dalam upaya mempercantik sudut Ibukota. Berkaca dari Getah Getih, sangat disayangkan jika anggaran sebesar 550 juta ujung-ujungnya hanya bisa dipakai untuk membangun tanggul di sekitar sungai.
(HAI/HAL)